PABRIK UREA PUSRI IV DIRESMIKAN

HM Soeharto dalam berita

Presiden: Kritik Lumrah dan Wajar

PABRIK UREA PUSRI IV DIRESMIKAN [1]

 

Jakarta, Merdeka

Perbedaan pendapat, rasa tidak puas dan kritik-kritik adalah lumrah dan wajar, bahkan itu menunjukkan bahwa demokrasi tetap dijunjung tinggi, dan sama sekali tidak mati, Presiden Soeharto menegaskan dalam pidatonya di Palembang Sabtu pagi, ketika meresmikan pabrik pupuk Pusri IV.

Namun diingatkan oleh Kepala Negara, bahwa perbedaan pendapat, rasa tidak puas serta kritik-kritik itu hendaknya disalurkan melalui jalan-jalan yang demokratis, konstitusionil dan dibenarkan hukum. Apabila tidak demikian, maka perbedaan pendapat dan rasa tidak puas itu akan dapat menjadi awal kekacauan dan perpecahan.

Berpidato di depan ribuan undangan, para menteri, duta besar negara sahabat dan karyawan-karyawan Pusri, ditegaskan Presiden, bahwa pembangunan yang kita kerjakan harus merupakan usaha besar dari masyarakat sendiri, dikerjakan dengan penuh gairah oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh masyarakat.

Sejak kita melaksanakan pembangunan hampir 10 tahun lalu, pembangunan pertanian dalam arti luas kita beri prioritas yang paling utama. Dengan menempuh jalan ini, menurut Presiden, berarti kita berusaha agar bagian terbesar dari rakyat, berjuta-juta petani akan mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki tingkat hidupnya, dan perbaikan penghasilan petani ini akan meningkatkan daya beli dimana akhirnya akan mendorong perkembangan sektor lain.

Masyarakat maju dikatakan tidak lain masyarakat dengan industri yang kuat. Dengan melaksanakan beberapa kali Repelita kita akan tiba pada tingkat dimana industri yang kokoh dengan dukungan pertanian yang kuat, yang semuanya itu akan dapat menjadi landasan bagi terwujudnya masyarakat adil dan makmur seperti yang di cita-citakan.

Dinyatakan pula setelah kita bekerja selama 10 tahun ini kita mulai merasakan adanya kemajuan kemajuan lahir dan batin. Dalam waktu ini kita telah menaikkan produksi di segala bidang, sandang, pangan, bahan bangunan. Kita telah membangun banyak sekali industri, tapi diakui bahwa kita belum puas atas segala hasil yang dicapai itu. Namun dilihat dari segi kemajuan itu adalah penting karena akan mempertebal kepercayaan akan diri sendiri.

Ditegaskan dalam melaksanakan pembangunan, kita tidak boleh menutup diri dari kritik. Kritik yang membangun akan dapat memperbaiki apa yang belum baik, membuat lebih baik yang sudah baik. Bahkan dalam pembangunan, kita mungkin juga mempunyai perbedaan pendapat dalam berbagai hal.

Memberikan sambutan sebelum Kepala Negara berturut-turut, Dirut Pusri Hasan Kasim, Gubernur Sumsel Asnawi Mangkualam dan Menteri Perindustrian. Dengan mulai berproduksi pabrik pupuk Pusri IV yang letaknya bersampingan dengan Unit I, ll dan Ill, Pusri seluruhnya mampu menghasilkan 1,5 juta ton pupuk urea setahunnya.

Biaya Pusri IV diperoleh dari Pemerintah Indonesia, Bank Dunia, Dana Pembangunan Saudi Arabia dan dari P.T. Pusri.

Menteri Perindustrian M. Jusuf menyebutkan dengan selesainya Pusri IV akan menambah kemampuan Indonesia untuk mengekspor pupuk ke luar negeri dimana pada tahun 1978 menyusul pula peresmian pabrik pupuk Kujang di Cikampek.

Pusri I Mulai berproduksi tahun 1963 dengan kapasitas 100.000 metrik ton tiap tahun. Pusri ll berproduksi tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 metrik ton urea tiap tahun, sedangkan Pusri III berproduksi 1976 dengan kapasitas 570.000 metrik ton per tahun. Dan Pusri IV dengan kapasitas yang sama yaitu 570.000 metrik ton tiap tahunnya.

Bahan baku Urea adalah gas alam yang disalurkan dari ladang minyak Prabumulih, diproses dengan air dan udara menghasilkan ammonia yang selanjutnya diproses menjadi butir-butir pupuk. (DTS)

Sumber: MERDEKA (28/11/1977)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 488-489.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.