PACUAN SENJATA DORONG KEAMANAN INTERNASIONAL SEMAKIN RAWAN
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Presiden Soeharto menghimbau agar Konferensi Perlucutan Senjata sebagai satu satunya forum perundingan multilateral dibidang perlucutan senjata lebih meningkatkan peranan dan pelaksanaan tugas serta kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh masyarakat internasional untuk mewujudkan tercapainya hasil-hasil konkret eli semua bidang perundingan.
Pesan Presiden Soeharto tersebut ditujukan kepada seluruh delegasi konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa tanggal 2 Agustus 1988 dan dibacakan oleh Duta Besar Wisber Loeis, Wakil Tetap RI pada PBB di Jenewa yang menjabat kedudukan Presiden Konferensi tersebut selama bulan Agustus 1988.
Diungkapkan dalam pesan itu, bahwa perjalanan sejarah menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai dampak berupa kemudahan-kemudahan bagi kehidupan umat manusia.
Namun tidak dapat diingkari bahwa kemajuan-kemajuan itu mempunyai satu segi yang membahayakan kelangsungan hidup manusia dengan segala peradabannya. Kemajuan yang dicapai itu tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk tujuan pembangunan dan perdamaian akan tetapi juga untuk tujuan-tujuan pembangunan dan perdamaian akan tetapi juga untuk tujuan-tujuan militer, terutama yang pembuatan persenjataan yang memiliki daya pemusnah luar biasa.
“Bila dibiarkan berlarut-larut pacuan senjata dan menjadikan situasi keamanan internasional semakin rawan,” kata Kepala Negara.
Disamping itu,demikian Presiden Soeharto lebih lanjut, pacuan senjata juga telah dan akan semakin menyerap sumber daya dan dana dunia yang terbatas, yang sesungguhnya lebih diperlukan oleh negara-negara di dunia untuk kepentingan pembangunan ekonomi dan sosial.
Sebelumnya Kepala Negara mengungkapkan bahwa pacuan senjata khususnya senjata nuklir dewasa ini telah mencapai tingkat yang sangat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Masyarakat dunia sangat khawatir akan situasi tersebut karena situasi demikian akan dapat mengakibatkan terjadinya perang yang menakutkan dan sangat membahayakan kelangsungan hidup manusia beserta peradabannya.
“Dicapainya persetujuan INF antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet dapat dianggap sebagai titik tolak bagi usaha-usaha untuk mencapai perlucutan senjata secara menyeluruh. Untuk itu diharapkan agar perundingan tersebut dapat dilanjutkan sehingga akhimya tercapai tujuan penghapusan senjata nuklir secara menyeluruh,”ujar Presiden Soeharto dalam pesannya.
Indonesia merupakan salah satu dari 40 anggota Konferensi Perlucutan Senjata yang merupakan Forum Multilateral Tunggal merundingkan pelbagai aspek masalah perlucutan senjata. Penunjukan untuk menjadi Presiden Konferensi Perlucutan Senjata eli Jenewa selama bulan Agustus 1988 ini ialah yang kedua kalinya.
Pada saat ini konferensi sedang aktif mengupayakan terselesaikannya konvensi pelarangan senjata kimia. Sementara itu, diharapkan pula konferensi dapat memanfaatkan momentum yang positif, dalaril melaksanakan perundingan masalah perlucutan senjata nuklir secara lebih berhasil guna tercapainya persetujuan bilateral Amerika Serikat-Uni Sovyet mengenai penghapusan senjata nuklir berdaya jangkau menengah.
Kehormatan
Di awal pesannya, Presiden Soeharto mengungkapkan kehormatan untuk kedua kalinya menjadi Presiden Konferensi Perlucutan Senjata yang merupakan forum bilateral guna merundingkan masalah perlucutan senjata. Kehormatan tersebut terasa lebih bermakna lagi bagi Indonesia mengingat pada tanggal 17 bulan ini seluruh rakyat Indonesia akan memperingati proklamasi kemerdekaannya yang ke-43.
Ditegaskan pula bahwa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menggariskan agar bangsa Indonesia ikut aktif memperjuangkan terwujudnya ketertiban dunia dan kesejahteraan hidup umat manusia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, agar malapetaka yang telah menelan korban jiwa dan harta akibat peperangan tidak terulang lagi.
“Guna memenuhi tugas konstitusional tersebut, MPR telah memberikan mandat kepada saya untuk mengarahkan politik luar negeri Republik Indonesia dengan meningkatkan peranan Indonesia dalam usaha menyelesaikan pelbagai masalah Internasional yang mengancam perdamaian dan ketertiban dunia serta yang bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan seperti masalah perlucutan senjata”, ujar Presiden Soeharto.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (05/08/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 411-412.