PAGI INI SOEHARTO BERTEMU RAMOS, CHUAN LEEKPAI, BOLKIAH

PAGI INI SOEHARTO BERTEMU RAMOS, CHUAN LEEKPAI, BOLKIAH [1]

 

 

Bandar Seri Begawan, Suara Karya

Presiden Soeharto dijadwalkan pagi ini, Selasa (6/10/1992) mengadakan serangkaian pembicaraan dengan tiga kepala pemerintahan ASEAN, yakni Presiden Pilipina Fidel Ramos, PM Muangthai Chuan Leekpai dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, di Bandar Seri Begawan, Brunei.

Ini merupakan pertemuan pertamanya dengan sejumlah kepala pemerintahan ASEAN, semenjak Presiden Soeharto menjabat sebagai Ketua Gerakan Non Blok.

Presiden dan rombongan tiba di Bandar Seri Begawan Senin sore (5/ 10), Kedatangan Presiden di Brunei Darussalam untuk memenuhi undangan menghadiri Perayaan Perak (25 Tahun) kenaikan Tahta Sultan Brunei Hassanal Bolkiah.

Senin malam Presiden bersama sejumlah kepala-kepala negara/pemerintahan lainnya menghadiri jamuan kenegaraan yang diselenggarakan Sultan Bolkiah, dalam rangkaian perayaan tersebut.

Pembicaraan Presiden dengan Fidel Ramos dan Chuan Leekpai dilaksanakan di Wisma Negara Jerudong, tempat menginap Presiden Soeharto dan Ibu Tien. Sedang pertemuannya dengan Sultan Bolkiah diselenggarakan di Istana Nurul Iman, tempat tinggal Sultan.

 

Puncak Perayaan

Untuk pertama kalinya sejak 1949, Sultan dan rakyat Brunei menyelenggarakan Perayaan Perak Kenaikan Takhta Sultan Brunei. Berbagai kegiatan mengiringi perayaan tersebut mulai 1 September hingga 18November, dan tanggal 5 Oktober merupakan puncak acara karena bertepatan dengan tanggal penobatan Hassanal Bolkiah sebagai Sultan Brunei.

Persiapan untuk penyelenggaraan perayaan ini dilakukan sejak dua tahun lalu. Sultan Hassanal Bolkiah merupakan penguasa raja ke-29 Kesultanan Brunei. Ia naik tahta 5 Oktober 1967, menggantikan ayahnya, Aim Sultan Haji Omar Ali yang mengundurkan diri.

Makna dari penyelenggaraan perayaan akbar ini tidak sekadar untuk mengukir sejarah. Namun lebih dari itu juga mempunyai makna mengingatkan kepada generasi muda akan pentingnya sejarah, tradisi dan filosofi Kerajaan Brunei yang merupakan Kerajaan Islam Melayu yang sudah berlangsung sejak 600 tahun.

Perayaan ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada rakyat Brunei yang kini berpenduduk 256.000 jiwa itu menyatakan penghargaan mereka atas kepemimpinan Sultan selama 25 tahun memerintah.

Rakyat Brunei menilai kesejahteraan dan kemajuan pembangunan yang dicapai Brunei selama ini, tak lepas dari kepemimpinan Sultan Bolkiah .

Acara kegiatan perayaan disiapkan oleh Komite Eksekutif yang beranggotakan 54  orang dan 18 panitia pelaksana. Lebih dari 40 acara yang berlangsung satu setengah bulan.

Puncak dari acara ini adalah, Sultan Bolkiah memimpin arak-arakan dari Istana Nurul Iman memutari pusat Kota Bandar Seri Begawan dengan mengendarai kereta. Arakan-arakan ini  mengingatkan kembali arak-arakan yang dilaksanakan pada tahun 1967 ketika Bolkiah dinobatkan sebagai Sultan Brunei.

 

Sumbang Bosnia

Mengawali puncak acara Perayaan Perak Kenaikan Takhta, Sultan Bolkiah mengadakan pertemuan tatap muka dengan “sesepuh” dan kerabat kerajaan, dengan para kepala-kepala pemerintahan I negara asing yang diundang termasuk dari ASEAN dan raja-raja Malaysia.

Tamu-tamu penting pemerintahan yang diundang antara lain Presiden Soeharto, Presiden Fidel Ramos, PM Malaysia Mahathir Mohamad, PM Muangthai Chuan Leekpai, Presiden  Singapura Wee Kira Wee dan PM Goh Chok Tong, Yang Dipertuan Agong Malaysia Azlan Shah, Putra Mahkota Muangthai aha Vajiralongkorn. Selain itujuga utusan khusus Ratu Elizabeth, Pangeran Edward.

Dalam pidato pada acara temu muka tersebut Sultan Bolkiah mengutuk pembantaian warga muslim di Bosnia, dan sebagai pernyataan keprihatinan tersebut Sultan memberikan sumban gan 1 juta dolar AS kepada rakyat Bosnia.

“Kita telah mengetahui bahwa orang-orang Islam di Bosnia telah ditindas dan dianiaya, maka dasar kita ialah memerangi kezaliman itu sambil turut menyumbangkan sedikit bantuan,”kata Bolkiah .

Bolkiah menegaskan, Brunei ingin menjalin hubungan kerja sama dengan negara manapun, seperti halnya dengan negara-negara ASEAN, asal dengan prinsip, dan semangat saling menghormati. Dengan prinsip ini, kata Bolkiah, negaranya akan mendapatkan banyak sahabat dan dengan prinsip ini pula negaranya ikut membela hak-hak kemanusiaan, sebagaimana kejadian di Bosnia-Herzegovina .

Luar Biasa

Khusus menyinggung tentang Perayaan Perak Kenaikan Takhta, Bolkiah menyebutkan bahwa penobatan dirinya sebagai Sultan menggantikan ayahnya Haji Omar Ali Saifuddin 25 tahun lalu sungguh merupakan hal yang luar biasa dan di luar dugaan.

“Keputusan pengunduran diri ayahanda dari takhta dan mengangkat beta sebagai Sultan tak pernah di duga oleh siapa pun,” katanya.

Tugas yang diamanatkan ayahnya, kata Bolkiah dinilai tidak ringan, karena harus bisa memelihara keamanan, meingkatkan taraf hidup rakyat dan kemakmuran negara serta memuliakan Islam sebagai agama bagi rakyat Brunei.

Menurut Bolkiah, sistem pemerintahan yang dijalankan selama ini telah berjalan dengan baik. Sistem pemerintahan yang diwarisi dari pendahulunya telah berhasil menciptakan kesejahteraan dan keunggulan untuk Brunei Darussalam.

“Bagi kita hubungan raja dengan rakyat bukanlah semata-mata berasaskan tradisi antara yang memerintah dan yang diperintah, tetapi juga dijalin oleh tanggungjawab secara timbal balik dalam rangka sama-sama menunaikan amanat Allah menurut batas­batas yang diridhoi,” katanya.

Usai mengadakan pertemuan tatap muka, Sultan Bolkiah dengan kendaraan kereta berkeliling kota dan di elu-elukan rakyatnya.

Sumber: SUARAKARYA (06/10/1992)

 

___________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 356-358.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.