Pesan Presiden Kepada Kanak-Kanak:
PAHAMI, HAYATI DAN AMALKAN PANCASILA
Presiden Soeharto memesankan agar anak2 mulai memahami Pancasila dan belajar untuk memiliki kesadaran dan kekuatan batin dalam penghayatan dan pengamalan Pancasila, yang bisa dipelajari dari sekolah, belajar dari suri tauladan dari kalangan keluarga serta masyarakat serta yang terpenting adalah bisa belajar dari diri sendiri dan semua perbuatan sehari-hari.
Memberikan petuah, pesan2 dan amanatnya tanpa teks pada Hari Kanak-kanak Internasional di Alun2 Pancasila TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Rabu pagi, yang sekaligus juga merupakan peringatan Hari Pendidikan Nasional dan 100 tahun Kelabiran RA Kartini, Kepala Negara lebih jauh mengharapkan agar segala perbuatan se-hari2 di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat dapat digunakan melatih diri guna mengisi kekuatan batin dan kesadaran batin untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila.
"Mau tidak mau kamu harus melatih dirimu sendiri bahwa kepuasan yang kau peroleh daripada makan tadi adalah sangat tergantung dari perbuatan serta pekerjaan orang lain, tidak hanya satu dua, akan tetapi puluhan bahkan ratusan. Tanpa pekerjaan mereka tidak mungkin kamu akan bisa makan sekalipun kalian mempunyai uang untuk membelinya", pesan Presiden kepada lebih dari 8000 murid sekolah SD se DKI tadi.
Pesan Kepala Negara tadi diberikan setelah menjelaskan, untuk makan haruslah ada orang lain yang menyiapkan, baik makannya sendiri maupun bahan makanan yang dimasak demikian pula untuk berpakaian dan bermain-main haruslah ada orang lain untuk menyiapkannya.
Bantuan Orang Lain
Untuk itu selanjutnya Kepala Negara memesankan agar mulai dari anak2 haruslah menyadari bahwa segala kepuasan yang didapat adalah atas bantuan dari orang lain, maka wajarlah apabila anak2 belajar untuk melatih diri sendiri memiliki kesadaran dan perasaan untuk menghargai pekerjaan orang lain, menghargai pengorbanan orang lain dan berterimakasih atas bantuan orang lain dengan berkeinginan untuk menolong orang lain, setidak2nya membalas budi pada orang lain.
Ditegaskan juga, latihan tadi dapat digunakan untuk mempunyai keyakinan perlunya kerjasama, gotong royong dengan orang lain sekaligus juga untuk memupuk rasa kemanusiaan, cinta kepada sesama manusia berdasarkan tenggang rasa agar tidak sewenang-wenang.
Menurut Kepala Negara kekuatan kesadaran batin atas dasar rasa dan ingin mencintai sesama manusia, ingin menghormati orang lain, membalas budi dan menghargai orang lain tsb, diperlukan dalam penghayatan dan pengalaman Pancasila, kata Presiden.
Presiden juga menekankan agar ariak-anak bisa memiliki cita2 membalas budi, kepada orang tua bukan dengan harta benda, tetapi berpedoman "mikul duwur mendem jero", artinya dapat menjunjung tinggi nama baik orang tua dan dapat menanam dalam segala perbuatan segala yang kurang baik yang dapat mencemarkan nama baik orang tua.
Kasih Sayang
Perayaan Tahun Internasional Anak2 1979 yang merupakan gabungan kegiatan berthema
"Dengan Kasih Sayang Mendidik Anak Untuk Menjadi Generasi Penerus Yang Mantap, Tangguh Dan Bertanggungjawab".
Hadir di alun2 Pancasila TMII Selasa pagi sejumlah 8400 murid dari 336 SD DKI yang merupakan seperdelapan dari jumlah SD seluruh DKI.
Tiap sekolah diwakili 25 murid dari kelas 4-6. Semuanya mengenakan seragam putih2 dengan topi pandan Iebar, berdiri rapi di depan para tamu yang duduk dibawah tenda tambahan menghadap Monumen Pancasila. Di sebelah kanan dan kiri masing2 1 unit ensemble musik Bina Musika.
Bertindak sebagai Komandan Upacara Mohamad Husein, seorang murid SD kelas 5 yang dengan lantang memberi laporan kepada Presiden.
Setelah mengheningkan cipta yang dipimpin oleh Presiden sendiri berlangsung, pembacaan Pancasila dan pembacaan Pembukaan Undang2 Dasar 1945.
Diiringi musik lagu "Satu Nusa, Satu Bangsa", serta didampingi anak2 yang mengenakan pakaian daerah seluruh Nusantara dilakukan pembacaan ikrar. Acara semuanya dilakukan oleh anak2.
Ketua Panitia, Ny. Emil Salim dalam kesempatan tersebut menyampaikan kenang2an simbolis kepada Josi Widayati, murid SD kelas VI.
Menurut panitia, anak2 yang hadir diutamakan murid2 SD yang tak mampu dari pinggir2 kota dan anak2 yang belajar di Pulau Seribu.
Kepada murid2 sekolah yang belum sempat hadir selama Tahun Internasional Anak2 1979 diberi 50 karcis bebas untuk memasuki TMII. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (02/05/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 488-490.