Pahlawan Tiga Jaman

Singaraja, 22 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di rumah

PAHLAWAN TIGA JAMAN [1]

Mungkin Bapak terkejut menerima surat ini karena Bapak belum mengenal saya. Saya salah satu pengagum Bapak. Saya kagum pada Bapak yang telah banyak berjasa pada negara tercinta ini.

Saya dapat mengetahui dari sejarah, bagaimana Bapak memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949, sehingga bangsa Indonesia dapat membuktikan kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia masih ada. Yang lebih penting lagi bagaimana Bapak menghadapi G 30 S/PKI 1965. Bagaimana jadinya jika G 30 S/PKI berhasil?

Bapak telah memimpin selama 32 tahun negeri tercinta ini, perubahan besar telah terjadi sehingga Bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Bagi saya Bapak adalah pahlawan yang hidup di 3 jaman. Jaman penjajahan, orde lama, dan orde baru. Tapi belakangan ini banyak orang yang memperlakukan Anda secara tidak adil, tidak sopan dan lain sebagainya. Dalam pikiran saya, timbul satu pertanyaan, inikah balasan bagi seorang pahlawan besar?

Dari hal-hal tersebut saya juga menilai bahwa bangsa kita telah kehilangan kebudayaan sebagai bangsa yang besar. Karena menurut orang bijak “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Tapi apa yang dilakukan kepada Bapak malah sebaliknya. Saya nggak habis pikir mengapa mereka berbuat seperti itu. Tapi percayalah bahwa di antara jutaan umat manusia di Indonesia tidak semua berbuat demikian, masih banyak orang yang mengagumi, menghormati, menghargai jasa-jasa Bapak. Salah satunya adalah saya.

Saya sekarang sebagai tenaga honorer di RS TNI-AD Singaraja. Saya tinggai di asrama. Saya jalan kaki dari asrama sampai tempat kerja. Tapi itu tidak mematahkan semangat saya untuk tetap dapat hidup.

Maaf sebelumnya kalau terlalu lancang. Harta Bapak menurut media massa trilyunan rupiah. Saya sih tidak mempersoalkan harta Bapak, wajar kalau Bapak kaya karena Bapak menjadi presiden selama 32 tahun. Tapi ada baiknya jika sudi kiranya Bapak membagikan sedikit dari harta Bapak untuk orang yang memerlukan seperti saya. Maaf, kalau terlalu lancang, baru kenal sudah minta uang. (DTS)

Pengagum Bapak,

Mahendra Singaraja,

Bali

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 137-138. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.