PAK HARTO BERMALAM TAHUN BARU DI SOLO “SEMOGA LANGKAH KITA LEBIH BAIK”

PAK HARTO BERMALAM TAHUN BARU DI SOLO

“SEMOGA LANGKAH KITA LEBIH BAIK”[1]

 

Solo, Merdeka

KITA Solo seolah mendapat kehormatan dalam perayaan tahun baru 1995 ini. Betapa tidak, Presiden Soeharto bersama Ny Tien Soeharto memilih berada di kota kelahiran ibu negara itu saat-saat pergantian tahun, Sabtu malam kemarin.

Kesederhanaan keluarga Presiden Soeharto terasa sekali dalam acara menyambut tahun baru di Ndalem Kalitan. Pak Harto yang malam itu mengenakan kemeja putih lengan panjang dan sarung putih garis-garis, selalu menyebar senyum khasnya kepada undangan yang hadir.

Saat memotong tumpeng pada detik-detik pergantian tahun, Pak Harto mengharap tahun 1995 lebih baik dari tahun sebelumnya.

Satu-satunya putra/i Presiden yang hadir, yakni Ny. Siti Hutami Ningsih yang akrab dipanggil Mbak Mamiek. Beberapa kerabat Mangkunegaran juga nampak hadir. Sedangkan dari kalangan pejabat terlihat antara lain, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Soeyono, Walikota Solo HR Hartomo, dan Danrem Warastratama Kol. Inf Joko Soegijarto.

Sepuluh menit sebelum pukul 24.00 WIB, Presiden muncul ditengah para kerabat dan tamu undangan di ruang keluarga tengah. Dengan penuh keramahan, menyambut para tamunya. Begitu jarum detik mulai mendekati pergantian tahun, acara dibuka dengan doa syukur bersama yang dipimpin oleh salah seorang kerabat Mangkunegaran. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Pak Harto.

“Semoga langkah kita akan lebih baik dari tahun sebelumnya.” kata Pak Harto yang dilanjutkan dengan jabat tangan dan saling memberi ucapan selamat tahun baru dengan kerabat keluarga dan tamu undangan yang hadir.

Acara berlangsung hanya sekitar 15 menit. Setelah para tamu berpamitan pulang, Pak Harto dan Ibu meninggalkan ruang tamu tengah menuju ruang dalam Ndalem Kalitan.

Sebelumnya pada siang hari, Sabtu 31 Desember 1994, Pak Harto dan Ibu Tien nyekar (ziarah) ke makarn Mangadeg, Karanganyar. Pak Harto dan rombongan tiba di kompleks makam keluarga itu sekitar pukul 15.00 WIB. Rombongan meninggalkan Mangadeg, menuju Solo pukul 18.00 WIB.

Suasana Puncak

Suasana kota-kota lain pada tahun baru kemarin, tampaknya tak banyak berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Kawasan Puncak Jawa Barat, misalnya, tetap menjadi salah satu terpadat pada tahun baru. Meskipun hujan turun amat deras Sabtu malarn mulai pukul 20.00 hingga 23.15 WIB, tetapi arus warga Jakarta yang mengalir ke kawasan itu tetap tak tertahankan. Mereka memasuki kawasan wisata itu baik dengan menggunakan kendaraan roda empat, motor, sepeda, bahkan berjalan kaki.

“Tahun lalu lebih ramai dan sempat terjadi macet total di sepanjang Ciawi­Puncak. Sekarang sama sekali tidak, macetnya hanya mulai pukul 23.00 WIB.” kata seorang petugas polisi dari Polres Bogor.

Kendati demikian, para petugas dan pengunjung yang diminta komentarnya mengatakan, jumlah penggembira yang ingin menghabiskan tahun 1994 di Puncak, tidak kalah dengan jumlah pengunjung setahun yang lalu.

“Hanya saja kemacetan lalulintas sepanjang jalur Puncak tidak terjadi, karena para pengendara mobil secara kebetulan berangkatnya tidak bersamaan waktunya, sehingga tidak terjadi penumpukan kendaraan.” kata beberapa pengunjung dan polisi.

Sejak Sabtu sore, kendaraan roda empat, sepeda motor, sepeda dan pejalan kaki, mulai berdatangan di sekitar Tajur, Bogor. Di perempatan menuju jalur Puncak tersebut, puluhan petugas polisi berjaga-jaga mengamankan kelancaran lalulintas.

Bahkan polisi langsung melaksanakan Operasi Lilin (operasi kelancaran dan ketertiban lalulintas) terhadap ratusan kendaraan roda dua yang hendak ke Puncak, sementara kendaraan angkutan umum bus, sama sekali tidak diperkenankan melalui jalur itu.

“Kami melepas motor yang memiliki surat lengkap, tapi yang tidak, kami tahan.” kata seorang petugas.

Meskipun tidak macet, namun arus kendaraan terus mengalir tak putus putusnya, hingga pukul 20.00 WIB hujan deras mulai mengguyur kawasan Puncak. Menghindari terpaan hujan, para pengendara motor, sepeda dan pejalan kaki mulai memadati warung-warung di sisi jalan itu untuk berteduh, sementara kendaraan roda empat dengan leluasa terus merayap ke atas.

Puluhan ribu orang yang ingin melepas tahun di Puncak, Bogor, sepertinya cemas, karena hingga pukul 23.00 WIB, hujan masih tetap turun. Namun, 15 menit selepas pukul sebelas malam, curahan air tiba-tiba saja berhenti, sehingga mereka yang berteduh di warung-warung langsung menghambur kejalanan.

Tepat pukul 00.00 WIB, ribuan mobil yang antri di sepanjang jalur Puncak Pas, berhenti sejenak, meniup terompet, membunyikan klakson, dan saling berpelukan dengan sesama saudara dan rekan mereka.

Sementara itu, ratusan penggembira lainnya di sepanjangjalan membakar kembang api, petasan, meniup terompet, dan menari-nari.

Jalur di titik Puncak Pas itu macet total sepanjang kurang lebih dua kilometer pada saat waktu pergantian tahun tersebut.

Tidak ada Korban

Beberapa dari puluhan petugas yang disiagakan di sepanjang jalur Puncak mengatakan, pada malam Tahun Baru itu tidak ada kecelakaan yang berarti, hal ini karena para pengemudi sangat berhati-hati akibat padatnya kendaraan. Kendati demikian para petugas itu menyesali para penggembira yang ingin melepas akhir tahun di Puncak, karena sebenarnya mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa.

“Lihat saja, mereka tidak melakukan apa-apa. Mereka membawa mobil dan ke Puncak, setelah itu mobil lalu didiamkan di tengah jalan.” katanya.

Menurut pengamatan, hingga pukul 03.00 WIB, arus kendaraan yang melaju dari arah Bogor ke Puncak terus padat sama banyaknya dengan arus balik dari Puncak menuju Bogor-Jakarta.

Sumber : MERDEKA (02/01/1995)

_____________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 703-705.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.