PAK HARTO, NEGARAWAN SENIOR DI DUNIA, HARI INI 71 TAHUN[1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Hari ini Pak Harto, Presiden Republik Indonesia yang lahir tanggal 8 Juni 1921 di Desa Kemusuk, Yogyakarta, genap berusia 71 Tahun. Dalam usia yang bagi rata rata orang Indonesia sudah tua, namun dari apa yang dilakukan oleh Pak Harto akhir akhir ini, kelihatan usia 71 tahun bukan mencerminkan ketuaan, tapi malah yang terlihat adalah begitu matangnya Pak Harto sebagai seorang negarawan senior di dunia.
Dalam usia seperti itu, berbagai keputusan penting yang sebelumnya tidak diperkirakan orang lain, bisa muncul dari Pak Harto. Salah satu diantaranya, masih segar dalam ingatan kita, Peristiwa Dili 12 November 1992. Untuk menyelesaikan peristiwa itu Pak Harto membentuk Komisi Penyeledikan Nasional (KPN) dan pada waktu basil KPN masih dibicarakan orang, Pak Harto selaku Panglima Tertinggi ABRI sudah mengambil keputusan penting yaitu mengganti dua jenderal yang bertanggung jawab langsung dengan peristiwa Dili tersebut.
Keputusan bersejarah yang juga tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan dianggap paling berani adalah ditolaknya semua bantuan BeIanda kepada Indonesia dan agar Belanda yang sudah 25 tahun menjadi ketua, tidak lagi menjadi ketua IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia). Penolakan itu dilakukan dengan mengirim surat kepada PM Belanda Ruud Lubbers tanggal 25 Maret 1992. Dengan keputusan ini berarti IGGI yang tahun ini sebagai penyurnbang sekitar 16% APBN 1992/ 1993 otomatis bubar.
Sebelum surat itu dilayangkan, Pak Harto sebenamya sudah memberi peringatan kepada Belanda melalui pidatonya ketika menerima surat-surat kepercayaan Dubes Belanda yang baru van Royen di Istana Merdeka bulan Februari 1992. Walapun demikian Belanda tampaknya masih tetap mengancam untuk menunda bantuan baru kepada Indonesia. Sikap Belanda yang dinilai menggunakan bantuan untuk alat intimidasi menyebabkan surat tanggal 25 Maret 1992 itu harus dikeluarkan.
Pemilu dan GNB
Hari ini, Pak Harto berulang tahun dan besok 9 Juni 1992, sebanyak 107.565.697 rakyat Indonesia akan berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk memberikan suaranya dalam rangka Pemilu 1992.
Sebagai puncak dari kegiatan Pemilu ini adalah Sidang Umum MPR yang akan berlangsung tahun depan yang salah satu acaranya adalah memilih Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 5 tahun mendatang.
Namun, sebelum acara pemilihan mandataris MPR itu berlangsung, pada awal September mendatang Indonesia akan menjadi penyelenggara KTT Gerakan Nonblok (GNB) X. Dengan demikian Pak Harto sebagai Presiden Republik Indonesia akan menerima penyerahan kedudukan sebagai Ketua GNB dari Yugoslavia yang saat ini menjadi ketuanya.
Banyak yang mempertanyakan peran apa sebenarnya yang bisa dilakukan GNB dalam kondisi perang dingin sudah mereda seperti sekarang ini. Jawaban pertanyaan tersebut sudah dikemukakan Pak Harto ketika membuka Konferensi Tingkat Menteri (KTM) GNB di Denpasar, Bali tanggal14 Mei yang lalu.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa fokus utama GNB ditujukan pada bidang perekonomian. Dan menurut Pak Harto apabiIa GNB berhasrat mempertahankan relevansinya dalam dunia yang terus berubah secara cepat, GNB tidak bisa bersikap acuh terhadap masalah-masalah global seperti pelestarian lingkungan hidup, perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, masalah demokrasi, dan apa yang disebut oleh negara-negara maju sebagai “pemetintah yang baik”.
Dengan terpilihnya Indonesia sebagai ketua dan tempat KTT GNB X secara aklamasi dalam KTM GNB di acara Ghana September 1991, maka sebenarnya negara-negara anggota GNB pasti sudah memiliki keyakinan bahwa gerakan ini di bawah pimpinan Indonesia dengan Pak Harto sebagai Presidennya, akan mampu menunjukkan wibawanya sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dunia. Dan tampaknya dalam usia 71 tahun ini Pak Harto sebagai Presiden Republik Indonesia akan mampu membuat sejarah, tidak saja bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia secara keseluruhan melalui GNB. Selamat Ulang Tahun Pak Harto.
Sumber: Suara Pembaruan (08/6/1992)
______________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 709-711.