PAK HARTO PERKUAT EMANSIPASI EKONOMI

PAK HARTO PERKUAT EMANSIPASI EKONOMI

 

 

Jakarta, Merdeka

Wakil Ketua Komisi I DPR, Theo L Sambuaga mengingatkan, tidak perlu membanding-bandin gkan isi pidato Bung Kamo di PBB mengenai pembangunan tata dunia baru dengan pidato Presiden Soeharto dalam pembukaan KTT Gerakan Non Blok yang lalu, sebab masing-masing zaman punya tantangan sendiri-sendiri. Namun nafaspetjuangannya sama dan berkelanjutan.

“Gagasan dasar Bung Karno waktu itu untuk membebaskan dunia dari dominasi penjajahan, sedangkan Pak Harto membebaskan dunia dari dominasi dan hegemoni. Kalau fokus perjuangan Bung Karno untuk pembebasan politik, Pak Harto adalah memperkuat emansipasi ekonomi bagi kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial,” tegas Theo Sambuaga di Jakarta, Jumat siang.

Pendapat senadajuga disampaikan anggota Komisi I DPR yangjuga Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (FPDI) Marcel Beding. Dia bahkan menambahkan bahwa Bung Karno punya visi jauh ke depan untuk membangun tata dunia baru dari situasi banyak negara masih belum merdeka. Sedangkan Presiden Soeharto mempunyai ciri khas pendekatan kerjasama untuk menggantikan suasana konfrontatif pada era pasca perang dingin.

Namun itu semua benang merahnya masih tetap ada, yaitu cita cita membangun dunia baru. Sebab itu tidak perlu kita ini membanding-bandingkan antara keduanya, tandas Marcel Beding lagi. Di lain pihak Theo Sambuaga menilai yang pasti KTT Gerakan Non Blok mempunyai benang merah kesinambungan dengan apa yang dicetuskan Konferensi Asia Afrika dengan Dasa Sila Bandungnya itu. Bung Karno titik beratnya membebaskan dunia dari dominasi politik yaitu perjuangan anti penjajahan, sedangkan dewasa ini tantangannya adalah ketidakadilan ekonomi yang menyebabkan banyak negara berkembang tidak punya kesempatan dan peluang membangun.

Semua itu, lanjut Theo, disebabkan oleh struktur ekonomi dunia yang pincang dan didominasi kepentingan negara-negara maju tertentu. Sebab itu fokus perjuangan GNB saat ini adalah bagaimana memperjuangkan terwujudnya struktur ekonomi dunia yang lebih adil dan bebas dari himpitan proteksionisme. Dengan demikian arus investasi dan alih teknologi lebih lancar serta memungkinkan negara-negara berkembang membangun mengejar ketinggalannya.

Untuk keperluan tersebut, katanya lagi, cara pendekatan sekarang adalah mengkonsolidasikan potensi Selatan serta mengadakan dialog dan kerjasama saling menguntungkan dengan negara Utara.

“Jadi kalau dulu pendekatannya lebih konfrontatif, karena fokusnya adalah pembebasan politik, sekarang ini pendekatannya melalui dialog karena realita yang dihadapi adalah kesenjangan ekonomis dan penyelesaiannya pun memerlukan bentuk kerja sama,” ungkapnya.

Sedangkan Marcel Beding mengaku terkesan pada usul-usul yang dikemukakan Presiden Soeharto pada pidato pembukaan KTT Gerakan Non Blok, karena telah menggambarkan pemikiran tentang bagaimana Gerakan Non Blok tersebut bisa berfungsi secara berdaya guna dalam situasi dunia seperti sekarang ini.

“Masalahnya sekarang, bagaimana upaya untuk menjabarkan pemikiran Presiden Soeharto tersebut hingga dapat dioperasionalkan. Jadi, bukan kata-kata indah di atas kertas saja melainkan harus sebagai pedoman untuk dilaksanakan secara konkrit terhadap berbagai kegiatan sebagai sumbangan Gerakan Non Blok untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia,” tegasnya.

 

 

Sumber : MERDEKA (12/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 197-198.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.