“PAK HARTO SANG PANUTAN” BUKU KESAN GENERASI MUDA[1]
Jakarta, Suara Karya
jelang ulang tahun Presiden Soeharto ke 73 yang jatuh pada 8 Juni besok, menerima hadiah berupa sebuah buku berjudul “Pak Harto Sang Panutan”. Buku itu diserahkan oleh ketua yayasan Penerbit buku itu Setya Novanto, Senin di Istana Merdeka.
Buku setebal 582 halaman itu disusun oleh Djudjuk Juyoto ST dan diterbitkan oleh yayasan Bina Generasi Buku ini berisikan pandangan dan komentar generasi penerus, baik mereka itu publik figur, maupun tokoh yang memiliki prioritas di bidangnya masing-masing seperti kalangan politisi, artis, atlet, kalangan profesional, dan lain-lain.
Pak Harto setelah menerima buku itu menyarankan agar disebarluaskan ke generasi muda dan generasi penerus, karena buku tersebut sangat bermanfaat serta tidak dibuat dengan rekayasa, tetapi dibuat secara spontanitas. “Maksud dibuatnya buku Pak Harto Sang Panutan sebagai ungkapan rasa turut serta bersyukur dan berbahagia, pada ulang tahun Bapak Presiden yang ke 73, 8Juni 1994,” kata ketua Yayasan Bina Generasi Drs. Setya Novanto. Buku tersebut disiapkan dalam waktu satu setengah tahun, direncanakan akan diterbitkan sebanyak 10.000 sampai 30.000 eksemplar, serta akan distribusikan kepada generasi muda antara lain melalui koperasi-koperasi pemuda/mahasiswa, serta yayasan-yayasan sosial.
Buku “Pak Harto Sang Panutan “terdiri dalam tiga bagian, yakni bagian pertama Pak Harto sebagai Kepala Rumah Tangga, bagian kedua Pak Harto sebagai Pemimpin Nasional, dan bagian ketiga Pak Harto sebagai Pemimpin Dunia dan Proyeksi ke Depan. Dalam bagian pertama artis kondang Camelia Malik antara lain mengutarakan, “Sosok beliau masa kini dengan memutih rambutnya, tampak semakin matang dan berwibawa. Senyuman yang tulus dengan roman muka yang tampan dan rambut putih merupakan perpaduan serasi bagi seorang pemimpin bangsa, seorang negarawan, seorang bapak, dan panutan bangsa”.
Bintang film Rano Karno menulis antara lain, “Untuk saya dari sekian banyak falsafah atau filsafat kehidupan yang dijalani Pak Harto, ada satu yang saya praktekkan dalam kehidupan pribadi selama ini yaitu tentang pola alon-alon waton kelakon (biar lambat asal selamat). Falsafah alon-alon waton kelakon saya terapkan sepenuh hati dalam berkarir di rimba perfilman nasional”. Pemain bulutangkis yang mengangkat nama bangsa Susi Susanti mempunyai kesan, “Kalau masyarakat bertanya-tanya, kedamaian apa yang bisa saya rasakan dari figur kewibawaan Pak Harto? Tentu kedamaian sebagai seorang atlet atau olahragawan. Kedamaian itu saya rasakan kalau ada kesempatan mendapat dukungan beliau sebagai atlet yang akan bertanding membela nama bangsa di forum dunia.”
Tokoh pengusaha muda Fadel Muhammad menulis, “Dalam pandangan saya, Pak Harto selalu berhasil melahirkan keputusan-keputusan dengan kualifikasi mampu mengantisipasi tantangan-tantangan jangka panjang, mampu memenuhi dan menjawab tantangan jangka pendek dan menengah yang mendesak, melahirkan keadilan dan ketenteraman dalam masyarakat”. Wanita pengusaha Poppy Dharsono berkesan, “Mengapa Pak Harto dimana mana selalu berwibawa? Mungkin karena beliau memang orang yang humble, atau tidak tinggi hati dalam segala hal. Kalau Pak Harto dihormati sebagai tokoh negara Dunia Ketiga atau dunia pada umumnya, karena keunggulan kepribadian beliau sebagai seorang yang rendah hati dan tidak pernah sombong.”
Pengacara muda Henry Yosodiningrat mempunyai pandangan, “Pak Harto adalah insan konstitusional. Pak Harto penuh kedamaian, berjiwa-besar seolah-olah ditantang dengan suatu sikap yang keras, maka beliau sebagai militer, sebagai prajurit yang sudah sarat di medan pertempuran, sikap keras beliaupun akan muncul.”(A-6)
Sumber : SUARAKAYA (07/06/1994)
________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 707-708.