PANEN RAYA OPERASI LAPPO ASE :
PRESIDEN BANGGA, BERTERIMA KASIH
KEPADA PARA PETANI
Presiden Soeharto menyatakan kebanggaan dan terima kasihnya kepada para petani dengan terus meningkatkan produksi beras yang benar-benar ditandai dengan angka yang benar-benar mengesankan.
Kepala Negara mengungkapkan hal itu ketika dia hari ini berada di Watampone, Sulsel, pada upacara panen raya “Operasi Lappo Ase” di Kabupaten Tingkat II Bone.
“Tingkat produksi yang tinggi ini terutama adalah hasil jerih payah para petani dengan bantuan para pembimbingnya. Untuk itu sekali lagi saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya,” kata Presiden
Peningkatan produksi beras tidak lain tujuannya adalah untuk kaum tani yang merupakan lapisan terbesar masyarakat kita.
Usaha peningkatan produksi pangan tidak saja bertujuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan pangan kita, tetapijuga mempunyai tujuan untuk meningkatkan pendapatan kaum tani yang merupakan lapisan terbesar masyarakat Indonesia.
Kata Presiden lagi, “Sesuai dengan GBHN maka dalam Repelita III ini kita hams berusaha keras agar dapat mencuk:upi kebutuhan pangan menuju swasembada”.
Dengan perbaikan para petani akan meningkat pula harkat dan martabat serta kesejahteraan sebagian terbesar rakyat Indonesia yang umumnya tinggal dipedesaan, Dengan peningkatan produksi pangan impor pangan dapat dikurangi, kata Presiden, ini berarti pengeluaran devisa yang setiap tahun berjumlah jutaan dollar. sehingga devisa tersebut untuk membiayai kegiatan sehingga dapat lebih mempercepat pelaksanaan pembangunan di bidang-bidang lainnya.
“Peningkatan produksi pangan juga berarti perbaikan penghasilan berjuta-juta petani,” kata Presiden.
Kata Presiden lagi, “perbaikan penghasilan petani berarti bertambah daya beli masyarakat. Besarnya daya beli masyarakat berarti pasaran yang bertambah luas bagi produksi industri dan produksi lainnya yang berati bertambah luasnya kegiatan ekonomi.”
Presiden Soeharto minta agar usaha meningkatkan produksi pangan terutama beras mendapat perhatian secara sungguh-sungguh.
Presiden menyatakan keyakinnya bahwa dengan melaksanakan sebaik-baiknya Panca Usaha dan Intensifikasi peluang untuk menaikkan produksi pangan sangat besar yang akhirnya terwujudnya tekad kita untuk berswasembada pangan.
Kata Kepala Negara, “Operasi Lappo Ase” telah membuktikan menaikkan produksi, beras, walaupun daerah ini masih merupakan “daerah tadah hujan”.
Dengan selesainya proyek-proyek tersebut berarti telah dicapai beberapa kemajuan lagi dalam usaha membangun bangsa dan negara.
Turut serta dalam rombongan Presiden Soeharto yang sore ini telah kembali ke Jakarta adalah Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro, Menteri Sekretaris Negara Soedharmono, Menteri Pertanian a.i. Harun Zain. Menteri Kesehatan Soewardjono. Menteri Pekerjaan Umum Purnomosidi dan Menteri Muda Urusan Koperasi Bustanil Arifin.
Tumpukan Padi
Presiden Soeharto dan lbu Tien Soeharto ben;amarombongan, tepat pukul 10.80 WITA tiba dilapangan udara Hasanuddin Ujungpandang untuk kunjungan kerja sehari di Sulawesi Selatan menghadiri pesta panen raya program peningkatan pangan ‘Operasi Lappo Ase” dan meresmikan beberapa proyek pembangunan lainnya.
Di pelabuhan udara Hasanuddin Presiden dan rombongan disambut oleh Gubernur Sulsel H. Andi Oddang dan Nyonya, Pangkowilhan Ill Letjen TNI Himawan Soetanto, Panglima ketiga angkatan dan Kadapol XIV/Sulseltra, Ketua DPRD Sulsel Abd. Latief, sejumlah pejabat pemerintah, warga Korpri, Dharma Wanita dan pramuka di daerah ini.
Melalui tumpukan padi setinggi satu setengah meter di kiri- kanan pintu gerbang menuju VIP room Pelud Hasanuddin, Kepala Negara dan rombongan disambut secara adat dan Tari Paddekko (tari menumbuk padi), pertunjukkan rakyat tradisional tanda kesuburan berhasilnya panen padi “Operasi Lappo Ase” yang diperagakan sekitar 100 putri dari Kabupaten Gowa dengan kostum Baju Bodo yang beraneka ragam warnanya.
Tumpukan padi tersebut merupakan lambang berhasilnya produksi padi melalui program “Operasi Lappo Ase” di Sulsel yang upacara panen rayanya dipusatkan di Desa Paccing, Kabupaten Bone, 290 kilometer sebelah timur Ujungpandang.
Setelah beristirahat selama 30 menit di VIP room, Presiden dan ibu Tien bersama rombongan yang terdiri dari tujuh Menteri Kabinet Pembangunan III dan Gubernur-Gubernur Propinsi Sumbar, NTB, NTT, Sultra, Sulteng dan Sulut serta Gubernur Sulsel, dengan pesawat heli TNI-AU menuju Kabupaten Bone.
Di Desa Paccing, Presiden meresmikan pula secara simbolis tiga buah proyek pembangunan masing-masing jembatan tol Tallo Ujungpandang yang merupakan jembatan tol pertama diluar Pulau Jawa, dibangun dengan biaya Rp. 929.785.000,-, gedung sekolah guru perawat Ujungpandang yang merupakan proyek bantuan Pemerintah Jepang dengan beaya Rp. 2.779.500.000,- dan proyek pusat pembibitan ulat sutera di Bili-Bili, Kabupaten Gowa, yang ditandai dengan pemberian bantuan sejumlah ulat sutera kepada petani sutera di daerah itu.
Proyek ini juga dibangun atas kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dengan biaya Rp. 7 miliyar. (DTS)
…
Watampone, Merdeka
Sumber: MERDEKA (27/08/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 414-416.