PANGLIMA SARWO EDHIE TTG PENJELESAIAN “PERISTIWA ENAROTALI”

PANGLIMA SARWO EDHIE TTG PENJELESAIAN “PERISTIWA ENAROTALI”[1]

 

Djakarta, Kompas

Panglima Tjenderawasih Brigdjen Sarwo Edhie dalam laporannja baru2 ini mengenai situasi di Irian Barat, chususnja jang terdjadi di Enarotali menjatakan bahwa pradjurit Indonesia adalah pradjurit Pantjasila, bukan pradjurit pembunuh; oleh karena itu tidak terlintas didalam angan2nja untuk membalas 5 butir tembakan senapan jang mengenai pesawat terbang dengan pemboman atau peroketan. Hal itu merupakan bantahan terhadap siaran oleh radio dan pers luar negeri.

Panglima memaparkan, bahwa fungsi dari operasi lintas udara jang dilakukan pada hari H adalah bukan untuk membunuh atau menghantjurkan sebanjak mungkin, karena “to win the hearts of the people” tidak tepat kalau kita mulai dengan membunuhi mereka.

Fungsi daripada operasi lintas udara adalah sebagai suatu demonstrasi atau sematjam “show of force” jang dilakukan pada tabun 1965 dan 1966 di Djawa, dalam rangka meruntuhkan Orde Lama dan sisa2 G.30.S/PKI. Operasi lintas udara dibarengi penjebaran pamflet, merupakan alat psywar jang ampuh.

Apa jang disaksikan di Waghete Gakokebo dan sekitar Enarotali sekarang? Demikian tanja Panglima. Dalam tempo 2 X 24 djam setelah hari H, rakjat ber-dujun2 kembali ke kampung halaman, kepala suku, kepala perang bergiliran menjampaikan “selamat datang” pada tentara.

Problem pokok kita menurut Sarwo Edhie adalah: bagaimana memisahkan rakjat dari pengaruh beberapa gelintir oknum2 jang mengtjau (Zonggonao, AR Wamafina, Mambelsauw, dll). Menurut Panglima tjara2nja adalah dengan: meningkatkan dan memperbaiki keadaan sosial ekonomi jang sangat mempengaruhi rakjat Irian Barat. Kemudian menjelesaikan soal pemindahan lbukota Kabupaten dan masalah penggantian pedjabat2 sipil, kepala2 distrik atau KPS jang dianggap kurang tjakap. (DTS)

Sumber: KOMPAS (13/05/1969)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 368-369.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.