PARA DUBES MENYUKSESKAN PEMILU, MENINGKATKAN EKSPOR DAN KEPARIWISATAAN
Presiden Mengharapkan
Presiden Soeharto mengharapkan para duta besar/kepala perwakilan RI di luar negeri menyukseskan Pemilu 1982 yang juga akan dilakukan di luar negeri.
Selain itu, para dubes harus meningkatkan peranannya dalam peningkatan hasil devisa ekspor non-minyak dan melancarkan usaha Pemerintah meningkatkan kepariwisataan.
Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri, Prof. Mochtar Kusumaatmadja, selesai mempertemukan 22 peserta rapat kerja Dubes/kepala perwakilan RI di Asia Pasifik dan melaporkan hasil raker kepada Presiden Soeharto di Bina Graha hari Sabtu.
Menuruf Mochtar, pada kesempatan itu Presiden Soeharto menjelaskan hasilhasil pembangunan dan kemajuan yang dicapai. Antara lain, tindakan Pemerintah mengurangi subsidi Bapan Bakar Minyak (BBM), "yang merupakan tindakan pahit tetapi perlu dijalankan; pembangunan proyek-proyek besar, seperti Asahan yang produksi aluminiumnya 225 .000 ton, dan akan ditingkatkan menjadi 360.000 ton; peningkatan produksi timah sehingga Indonesia menjadi produsen timah No. 2 setelah Malaysia saat ini, dan kebijaksanaan di bidang perkayuan, dari ekspor kayu gelondongan (log) menjadi ekspor kayu Iapis (plywood).
Petunjuk Pelaksana
Mengenai ekspor non-minyak, kini sedang dipersiapkan perangkat petunjuk pelaksanaan bagi perwakilan-perwakilan RI di luar negeri. Selain itu, Presiden Soeharto juga menjelaskan penyebaran proyek besar ke daerah-daerah.
Misalnya di Aceh; selain LNG (Gas Alam Cair), juga akan dibangun proyek petrokimia, pupuk, semen, dan kertas yang besar. Bahkan sampai masalah Inpres Desa, Inpres Kabupaten, dan subsidi kepada Pemerintah Daerah, dijelaskan Presiden secara mendetail, demikian Menlu Mochtar.
Di bidang kerja sama dengan luar negeri, menurut Presiden Soeharto, dilakukan peningkatan kerja sama teknik dan ekonomi di antara negara berkembang.
Misalnya, kerja sama produksi gula dengan India dan Pakistan, yang realisasinya dimungkinkan oleh kerjasama dengan Bank Islam; kerja sama dengan Tanzania, Afrika Timur, dan kerja sama dalam sarana komunikasi dengan Bangladesh.
Dengan dukungan Bank Pembangunan Islam Indonesia akan memproduksi pesawat Cassa yang dipesan Bangladesh. mengingat keuangan Bangladesh yang tidak begitu kuat, sedangkan Indonesia memiliki saham di Bank tersebut.
Cukup Baik
Menlu Moehtar yang menilai raker dubes yang tertutup 21 Januari itu cukup baik, menyatakan, 4 kelompok telah membahas masing masing tugasnya. Kelompok Asia Tenggara membahas masalah Kamboja.
Kelompok Asia Timur membahas masalah perkembangan hubungan Amerika Serikat, Jepang, dan Cina dan bagaimana Indonesia menghadapinya.
Kelompok Pasifik Barat Daya membahas perkembangan akhir dengan munculnya negara-negara baru di pasifik yang harus diikuti dan ditanggapi karena selain mempengaruhi dunia di bagian itu, juga karena berbatasan dengan Irian Jaya. Kelompok Asia Selatan membahas Samudera Hindia yang akhir akhir ini bertambah kompleks dengan persaingan dan pacuan senjata antara dua negara raksasa.
Mengenai Asia Selatan ini, Menlu Mochtar mengakui, gagasan dan cita-cita Samudera Hindia sebagai kawasan damai agak terdesak. Ini terbukti dengan batalnya konperensi mengenai Samudera Hindia sebagai kawasan damai, yang semua direncanakan di Kolombo pada September 1981.
Menurut Mochtar, hasil penilaian masalah tersebut, akan dijadikan bahan bagi pimpinan Departemen Luar Negeri untuk merumuskan langkah kebijaksanaan politik luar negeri RI.
Selanjutnya. "Saya kira, ini suatu cara yang baik. Karena merangsang kepala perwakilan RI turut memikirkan masalah perkembangan terakhir didunia mengenai politik luar negeri”. (RA)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber: SUARA KARYA (25/01/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 658-659.