PARKINDO SETUDJU PEMBATASAN TAPI KOMUNIKASI DJANGAN TERPUTUS

PARKINDO SETUDJU PEMBATASAN TAPI KOMUNIKASI DJANGAN TERPUTUS [1]

 

Djakarta, Merdeka

Parkindo setudju menghilangkan pertentangan Ideologi didesa2, tapi djangan “mematahkan komunikasi Politik” antara desa dan Kabupaten, demikian ditanggapi oleh Sekdjen Parkindo Sabam Sirait sekitar gagasan Panglima Diponegoro major Djenderal Widodo tentang penghapusan kegiatan Politik didesa2.

Menurut Sirait, kita belum tahu bagaimana detailnja konsepsi Widodo itu, tapi “bisa sadja” sekedar bahan dalam rangka penjusunan/pengolahan RUU Kepartaian jang tidak pernah “berkesudahan” sampai sekarang. Ia membajangkan bagaimana djadinja nanti, hubungan antara rakjat pemilih didesa dengan wakil2 mereka jang duduk di DPRD2 Kabupaten, djika “komunikasi politik” itu dipatahkan sama sekali, menjusul gagasan tersebut Sabam Sirait mengungkapkan berbagai kemungkinan antara lain seandainja ada pedjabat2 di ketjamatan atau desa jang menjeleweng atau melakukan sesuatu jang dipandang kurang “fair” oleh rakjat kepada siapa mereka harus berkomunikasi sementara hubungan mereka dengan wakil2nja sudah ditiadakan.

“Seribu gagasan” dapat sadja ditjetuskan, tetapi hendaknja djangan pula orang sampai menganggap bahwa Parpol2 adalah “ibarat angin belaka” dan ini djelas tidak selaras dengan amanat Kepala Negara pada tanggal 5 Oktober jang menjimpulkan, bahwa Pembangunan jang hendak kita laksanakan di tanah Air kita ini, tidak Pembangunan meliputi ekonomi, tetapi djuga Pembangunan Politik.

Parkindo memandang perlu untuk mengutamakan perdjuangannja di DPR hasil Pemilu untuk ikut merampungkan RUU kepartaian dengan menghimpun masalah2 “hangat” jang timbul dalam masjarakat sekarang ini, seperti bagaimana merumuskan “Floating mass” dan sebagainja.

Djangan “IGGI” sadja…?

Ketika mengomentari “langkah2 diplomasi” kita achir2 ini Sabam Sirait mengatakan bahwa “menipisnja” peranan Indonesia sekarang ini digelanggang “nonblok” adalah karena teralu mengandalkan ekonomi kita pada “IGGI” serta kepada negara jang menanam modal di Indonesia. Terlalu “ekonomis” merugikan seperti terlihat pada hubungan ekonomi kita dengan negara2 barat sadja, sehingga dikalangan nonblok kita kehilangan posisi, jang seharusnja tidak perlu ditjiptakan itu. Boleh hubungan ekonomi (dagang) dengan negara mana adja tetapi “sikap politik” kita tetap dalam garis nonblok dengan landasan utamanja kepentingan Nasional.

Sebaiknja didalam Politik djanganlah unsur “perasaan” terlalu menguasai “pikiran” tetapi harus sebaliknja, demikian Sekdjen Parkindo Sabam Sirait kepada Merdeka. (DTS)

Sumber: MERDEKA (08/10/1971)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 799-800.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.