PARLEMEN EROPA PERCAYA INDONESIA DAPAT BAYAR UTANG TEPAT WAKTUNYA
Jakarta, Antara
Ketua Delegasi Parlemen Eropa ke Indonesia, Dr. Egon Klepsch menyatakan kepercayaannya terhadap kemampuan Indonesia membayar utang luar negeri tepat pada waktunya.
Dalam keterangannya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu, ia mengatakan, trilogi pembangunan Indonesia masing-masing stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan keadilan pada pelaksanaannya merupakan langkah nyata menuju perwujudan kemakmuran.
Dari segi ekonomi, katanya, Indonesia telah membuat kemajuan yang penting. Oleh sebab itu Parlemen Eropa merasa yakin bahwa Indonesia tidak akan menemukan masalah dalam upaya pembayaran utang luar negerinya pada saat yang telah dijadwalkan, lanjutnya.
Sehubungan dengan rencana Pasar Tunggal Eropa mulai akhir 1992, ia berpendapat, hal itu tidak akan menjadi ancaman bagi perdagangan antara ASEAN dengan Eropa, bahkan sebaliknya akan membuka peluang pasar bagi komoditi Asean.
Berkaitan dengan penanaman modal di Indonesia, katanya, pihaknya akan berusaha mengajak pengusaha Eropa agar menaruh minat investasi di bidang-bidang industri. Selain itu pengusaha Indonesia juga diharapkan agar mengadakan “lobby” dengan mitranya di Eropa.
Pertemuan Paris
Dalam hubungan dengan politik luar negeri, kata Klepsch, Parlemen Eropa, sebagai penganut politik bebas, menganggap Indonesia berperan sangat dominan pada penyelesaian masalah Kampuchea.
Pertemuan di Paris, antara ke empat faksi yang bertikai awal Agustus mendatang, diharapkan dapat membawa hasil yang terbaik bagi terciptanya kedamaian di salah satu negara anggota ASEAN tersebut, ujarnya.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang adanya Anggota Parlemen yang mempermasalahkan integrasi Timor Timur (Timtim) ke Indonesia, pada kesempatan itu, salah satu anggota Parlemen dari Negeri Belanda, Johanna Maij-Weggen, menanggapi, orang tersebut belum pemah pergi ke Timtim.
Parlemen Eropa secara resmi telah mengirim seorang anggotanya melihat dari dekat apa yang sebenarnya terjadi di Timtim dua bulan lalu dan hasil laporannya menunjukkan nilai memuaskan, katanya.
Anggota Parlemen beraliran Portugis, Sosialis dan Komunis yang bersuara “kritis” itu, ketika diminta melihat sendiri apa yang terjadi di Timtim, mengatakan tidak punya waktu.
“Ia hanya membuat pemyataan melalui laporan-laporan,” demikian Johanna.
Delegasi yang terdiri atas tujuh anggota tersebut, di Indonesia bertemu dengan Presiden Soeharto, Ketua DPR/MPR Kharis Suhud dan Menlu Ali Alatas.
Salah satu anggota rombongan adalah Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen dalam Parlemen Eropa-Asean Prof. Rincshe.
Sumber : ANTARA (28/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.432-433.