PDI, PPP, DAN GOLKAR, SIMPATISAN NU [1]
Cipasung, Tasikmalaya, Antara
PDI, PPP, dan Golkar adalah simpatisan Nadhlatul Ulama (NU), karena ketiga ketua organisasi sosial dan politik itu semuanya hadir dalam pembukaan Muktamar NU ke 29 di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya Jabar, Kamis pagi.
Ketua Panitia Muktamar NU ke 29 -atau ketiga setelah NU kembali ke khittah 1926- KH Moenasir Ali mengemukakan hal itu ketika memberikan laporan tentang pelaksanaan muktamar kepada Presiden Soeharto.
“Ini merupakan bukti bahwa organisasi sosial politik di Indonesia adalah simpatisan NU, karena ketiga Ketua Umumnya hadir dalam muktamar ini, “katanya menambahkan.
Para Ketua Umum dari orsospol itu adalah H Harmoko dari Golkar, Megawati Soekamoputri dari PDI, dan H Ismail Hasan Metareum dari PPP. Moenasir mengemukakan, setelah NU kembali ke Khittah 26 pada Muktamar ke 27 sepuluh tahun yang lalu, anggota NU berada di mana-mana. Ada di PDI, PPP, dan Golkar.
“InsyahAllah, keberadaan warga NU dimana-mana itu tidak akan merusuhi, bahkan akan membantu terutama dalam soal amal makruf nahi munkar,” kata Moenasar.
Bukan haram
Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung selaku pelaksana Rois Aam NU KH, llyas Ruchiat dalam sambutannya mengatakan politik bukan merupakan barang haram.
“Politik memiliki peranan yang penting dalam tata kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Untuk itu, NU memberikan kebebasan kepada warganya untuk menggunakan haknya berpolitik dengan penuh tanggungjawab, serta menyadari dan meyakini kebenaran perbuatan politiknya,” kata KH llyas Ruchiat.
Dengan demikian, setiap warga NU yang menggunakan haknya itu harus sanggup memikul segala risiko tanpa membawa-bawa nama dan wibawa NU, serta tidak saling menyalahkan antara sesama anggota NU yang berbeda pilihan aspirasi politiknya. “Dengan adanya warga NU di berbagai Orsospol itu, diharapkan NU mampu menumbuhkan iklim demokratis, konstitusional, taat hukum, dan mampu mengembangkan mekanisme musyawarah dan mufakat,” katanya.
Menyinggung upaya mengaktualisasikan Khittah’ 26, KH Ilyas Ruchiat mengatakan bahwa keberhasilannya terletak pada komitmen seluruh pengurus jamiah NU. Sehubungan dengan itu, dia mengimbau seluruh pengurus NU mulai ranting, cabang sampai pengurus wilayah untuk memahami dan melaksanakan Khittah ’26.
Rois Aam itu juga mengakui, sebagian besar warga NU masih berada dalam taraf hidup tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta tingkat wawasan dan orientasi hidup masih terlalu menonjolkan nilai-nilai uhrowi dan seakan-akan mengabaikan prestasi amal duniawi, sehingga etos kerja yang baik kurang muncul.
Padahal, menurut dia, agama Islam memberikan tuntutan agar manusia hidup seimbang antara dunia dan akhirat. Muktamar NU ke 29 yang diikuti 3.000 peserta dan ribuan penggembira yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia itu akan berlangsung sampai 5 Desember 1994. (Fac-RU2/SU05/DN01/21:52!RE2)
Sumber: ANTARA(01/12/1994)
________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 127-128.