PEMBERIAN GELAR BAPAK PEMBANGUNAN BUKAN SEBAGAI KULTUS INDIVIDU
Pemberian gelar Bapak Pembangunan Nasional kepada Presiden Soeharto, tidak dimaksudkan sebagai kultus individu, tetapi didorong oleh rasa ingin menghormati seseorang yang telah berprestasi dan berhasil.
Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Akbar Tanjung mengemukakan hal tersebut di Jakarta, Jumat malam, dalam pidato pertanggungjawaban DPP KNPI periode 1978-1981 di depan kongres Pemuda/kongres KNPI Ill yang kini tengah berlangsung.
Ia mengatakan, sejalan dengan dinamika pembangunan yang semakin berkembang dan kompleks, maka KNPI sebagai mekanisme sentral dalam bidang kepemudaan, tidak bisa lepas dari dinamika tersebut.
Dinamika masyarakat tersebut tumbuh secara merata di semua daerah yang telah merasakan hasil-hasil pembangunan. Dinamika itu tumbuh sebagai manifestasi sikap spontan masyarakat atas keberhasilan kepemimpinan nasional dalam mengarahkan setiap usaha dan kegiatan dalam penyampaian tujuan nasional.
Menurut Akbar Tanjung, pembangunan nasional yang dilaksanakan sejak lahirnya Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto, telah mampu dan terbukti berhasil menyelamatkan rakyat, bangsa dan negara Indonesia dari segala hambatan dan rintangan.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, musyawarah pimpinan paripurna (MPP) KNPI tanggal 21 sampai 24 Agustus 1981 telah menyampaikan memorandum pada kongres Pemuda/kongres KNPI III agar melalui DPP KNPI mengambil suatu keputusan, mengusulkan kepada MPR hasil Pemilu 1982 menetapkan pemberian gelar Bapak Pembangunan Nasional.
Selanjutnya, mengusulkan pula untuk memilih dan mengangkat kembali Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1983-1988.
Ketrampilan Kepemimpinan
Akbar Tanjung mengutip pidato Presiden Soeharto tanggal 15 Agustus lalu yang menegaskan bahwa pembinaan dan pengembangan generasi muda, adalah tanggung jawab semua generasi yang tua maupun yang muda itu sendiri.
Generasi muda, katanya, sebagai pemilik dan pembangun masa depan Indonesia perlu dilengkapi keterampilan kepemimpinan, kesegaran jasmani dan rohani, daya kreasi, patriotisme, idealisme dan budi pekerti Iuhur.
"Bagi generasi yang lebih tua, maka tugas sejarah yang teramat mulia adalah membuka jalan bagi generasi yang lebih muda, agar hidup lebih baik dari apa yang dicapai sekarang. Inilah makna dari proses regenerasi yang akan terjadi dalam dasa warsa 80-an," kata Ketua Umum KNPI itu.
la mengatakan pula bahwa kedudukan KNPI sebagai mekanisme sentral Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda sebagaimana diisyaratkan dalam keputusan Menteri P dan K tanggal 28 Oktober 1978 tentang pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, hendaknya diterjemahkan sebagai "subyek pembinaan" yang berperan aktif dan menepati posisi "rekan kerja" (counterpart) dari setiap aparatur pemerintah dalam melaksanakan program kepemudaan.
"Dalam hal ini kiranya wajar apabila unsur pemuda sebagai subyek diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan mengenai kebijaksanaan dan program kepemudaan, baik ditingkat pusat maupun daerah," tegasnya.
Keadaan seperti itu diharapkan akan sangat efektif untuk peningkatan peranan dan partisipasi generasi muda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta melaksanakan pembangunan nasional.
Hal ini, katanya, akan merupakan prakondisi yang mantap dalam menyongsong proses pergantian generasi dalam dasawarsa 80-an.
Belum Semua Pihak
Walaupun eksistensi KNPI telah diakui dalam GBHN, namun belum semua pihak menghayati fungsi dan peranan KNPI. Karena itu, demikian Akbar Tanjung, adalah tugas KNPI untuk semakin memasyarakatkan KNPI melalui peningkatan komunikasi dan kerjasama dengan semua pihak.
"Di samping itu meskipun eksistensi KNPI telah diakui dalam GBHN, bukan berarti dalam pelaksanaan program programnya KNPI selalu memperoleh kemudahan terutama dari pihak pemerintah," katanya.
Ia mengemukakan sebagai organisasi kepemudaan, KNPI juga mengalami hambatan-hambatan sebagaimana umumnya yang dihadapi organisasi lain. Bagi generasi muda justru adanya hambatan atau kesulitan tersebut akan mendatangkan dinamika serta kreatifitas.
Menurut dia, apabila diamati situasi kepemudaan dewasa ini, nampak bahwa iklim atau suasana kepemudaan di Indonesia semakin baik.
Hal tersebut terbukti dengan adanya kegairahan yang besar dari generasi muda untuk berperanan serta berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program atau kegiatan.
Ia mengharapkan agar hasil-hasil yang telah dicapai kepengurusan lama dapat dirasakan manfaatnya bagi generasi muda dan bangsa Indonesia. Terhadap kekurangan-kekurangan yang ada, dapat dijadikan pelajaran untuk diperbaiki.
Akhirnya kepada pengurus yang akan datang ia mengharapkan apa-apa yang telah dicapai atau dirintis selama ini diteruskan kembali dan ditingkatkan di masa mendatang. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (31/10/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 234-236.