PEMBICARAAN PRESIDEN RI SOEHARTO – KETUA IGGI

PEMBICARAAN PRESIDEN RI SOEHARTO – KETUA IGGI

Jakarta, ANTARA

IGGI harus memperhitungkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi kesulitan ekonorni Indonesia sebelum menentukan sikap mengenai jumlah pinjaman yang akan diberikan untuk tahun anggaran mendatang, kata Menteri Kerja Sama Pembangunan Belanda selaku Ketua IGGI, Piet Bukman di Jakarta, Selasa.

Atas pertanyaan wartawan setelah ia melakukan pembicaran lebih dari satu jam dengan Presiden Soeharto, di Bina Gara Selasa, Piet Bukman menyebut perubahan nilai mata uang-mata uang asing khususnya kenaikan nilai Yen terhadap dolar AS, sebagai faktor luar yang mengakibatkan demikian tingginya debt service ratio (DSR) Indonesia.

“Kesulitan ekonomi Indonesia sekarang ini terutama disebabkan oleh faktor­ faktor luar itu,” kata Ketua IGGI yang didampingi Dubes Belanda untuk Indonesia GW Baron de Vas Steenwijk dan Direktur Kerja sama Pembangunan Deplu Belanda untuk Wilayah Asia, Deroost.

Ketika ditanya tentang jumlah pinjaman yang akan diberikan oleh IGGI tahun mendatang, Piet Bukman mengatakan sampai sekarang belum jelas berapa keperluan Indonesia yang sekarang secara terperinci.

Untuk mengetahui hal itu, IGGI masih menunggu laporan Bank Dunia, karena laporan lembaga perbankan internasional itu menjadi bahan penting dalam pembahasan negara-negara donor di setiap sidang IGGI.

Sidang IGGI mendatang akan berlangsung di Den Haag Belanda Juni mendatang. Atas pertanyaan wartawan, ia mengaku tidak ingat secara tepat jumlah dana IGGI yang tidak terpakai (undisburst) sejak IGGI dibentuk sampai sekarang.

Ia hanya mengungkapkan, bahwa tahun lalu IGGI telah memutuskan jurnlah 3,1 miliar dolar AS, suatu jumlah yang disebutnya cukup besar dibanding tahun-tahun sebelurnnya, “Saya kira tidak ada kesulitan bagi Indonesia untuk menggunakan dana­ dana tersebut,” kata Bukman.

Ia mengatakan berdasarkan angka tahun lampau, terlihat bahwa DSR Indonesia meningkat. Bank Dunia memperhitungkan tahun ini rasio itu mencapai puncaknya, sehingga tahun-tahun berikutnya diharapkan menurun secara bertahap.

Ketika DSR itu menurun, menurut Bukman, secara otomatis merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia untuk memperoleh pinjaman baru.

Dalam pembicaraan dengan Presiden Soeharto, Menteri Belanda itu mengungkapkan penilaian masyarakat internasional yang sangat positif terhadap kebijaksanaan yang telah diambil pemerintah Indonesia dalam mengatasi kesulitan ekonominya.

Ia menyebut deregulasi dalam sistem perdagangan, penganekaragaman dalam pembangunan pertanian, peningkatan kemampuan industri dan perluasan pasaran ekspor akan semakin membuka hubungan Indonesia dengan dunia luar serta memungkinkan peningkatan pendapatan penduduk Indonesia.

Presiden Soeharto yang didampingi Menko Elruin dan Wasbang Radius Prawiro dalam kesempatan itu menjelaskan falsafah baru di bidang pembangunan Indonesia termasuk pengembangan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.

Namun, Bukman tidak memperinci lebih lanjut tentang falsafah baru tersebut.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (26/04/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 296-298.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.