PEMERINTAH & GOLKAR PUNJA PROGRAM 30 TH

Mendagri Amir Machmud:

PEMERINTAH & GOLKAR PUNJA PROGRAM 30 TH [1]

 

Bandung, Sinar Harapan

“Asal berguna untuk menjelamatkan Rakjat, UUD 45 dan Pantjasila djika perlu saja akan main kaju”, demikian penegasan Mendagri Amir Machmud Kamis pagi dihadapan massa Kokar mendagri dan massa Golkar lainnja di Gedung Kertamukti Bandung.

Mengenai Pemilu menurut Amir Machmud, disamping untuk menjelamatkan UUD 45, Pantjasila dan mempertahankan pemerintahan Orde baru, djuga untuk menertibkan partai2 politik. Didjelaskannja, penertiban partai2 politik ialah, mengorientasikan parpol2 kearah pembangunan agar tidak lagi main politik2an dan rewel2an.

Menjinggung “Gerakan Anti Amir Machmud” (Gemud), Mendagri menjatakan, ia sanggup menjelesaikannja sendiri tanpa mengerahkan atau membawa2 rakjat. Sedang tentang tuduhan “Komandan Garnizun” dan “Bull doser”, kata Amir Machmud akan ia biarkan sadja dan malahan akan terus bekerdja untuk kepentingan rakjat serta untuk menjelamatkan Pantjasila dan UUD 45.

Selandjutnja Mendagri didampingi oleh Gubernur Djabar Solihin mengemukakan, Pemerintah Orde baru bersama Golkar sekarang ini telah memiliki program kerdja 30 tahun berisi program pembangunan untuk kesedjahteraan rakjat.

Amir Machmud menjatakan, dari semua Menteri pembantu Presiden Soeharto tertjatat 95 % adalah dari Golkar dan karena itulah Pemilu harus dimenangkan oleh Golkar, demikian Amir Machmud.

Mulai hari Kamis kemarin Mendagri bersama Gubernur Djabar mengadakan penindjauan kedaerah2 garut, Tasikmalaja, Tjiamis, Madjalengka, Kuningan, Sumedang, keragu2an mereka akan kemampuan memenangkan Golkar di daerahnja, mengingat sedjarah kehidupan politik di daerah masing2, terutama dengan terpukulnja perdagangan karet.

Panglima dan Gubernur Atjeh mengakui hanja ada tiga kekuatan jang paling diharapkan mampu melakukan pembaharuan kehidupan politik dan kemasjarakatan di Atjeh jaitu Golkar, Institut Universitas Sjah Kuala dan Parmusi.

“Saja dan majoritas dosen dan mahasiswa disini memilih Golkar”, kata Rektor Universitas Sjah Kuala Prof Madjid Ibrahim. “kami banjak mendapat bantuan dari Gubernuran.

Beralasankah keraguan dari Gubernur2 dan pedjabat2 militer jang hendak memenangkan Golkar di daerahnja itu?? Tentu beralasan sekali, dan sampai2 alasan2 itu tjukup bikin naik pitam itu bukannja sadja datangnja dari parpol tetapi djuga dari oknum2 Golkar jang terlampau “over acting”.

Brigadir Djenderal Leo Loupulisa Panglima Kodam II, terpaksa melakukan perombakan total dari petugas2 bintaranja. “ini bukan mutasi tetapi penggantian to­tal, saja ganti mereka semua dgn bintara2 teritorial jang lebih berpengalaman”, katanja.

Leo sambil mengatjungkan, tangan kanannja jang dililiti gelang platina putih keliatan tidak mentolerer bawahannja jang bertindak over acting, tetapi dipihak lain tidak djuga “kasih hati” sama parpol.

“Saudara harus tahu” kata Leo di tempat kerdjanja, keadaan sekarang masih semi feodal, 80% rakjat Indonesia masih bodoh, djadi kita terpaksa main letjut, apa boleh buat demi kemadjuan bukan”.

Tetapi ketidak tjotjokan Panglima dan Gubernur Marah Halim banjak mempengaruhi seretnja Golkar.

Keadaan di Sumatera Utara jang “berlebihan” itu tjukup membuat pedjabat tinggi di Gabungan satu Hankam mengirim radiogram untuk melakukan penertiban di Sumatra Utara sesuai dengan kebidjaksanaan dari Panglima ABRI Djenderal Soeharto.

Lain lagi halnja dengan Gubernur Maluku jang terpaksa menindak 7 orang pesirahnja karena tidak dapat mentjapai target kesuksesan dalam melakukan Golkarisasi, kian djelas belangnja masing2″ kata petugas2 itu.

Tetapi sewaktu mendjalankan kartu biru ini petugas2 dari kepala desa itu melakukan intimidasi dan antjaman kalau tidak masuk Golkar, begitulah disampaikan oleh satu keluarga di Bengkulu.

Latihan2 field test pemilu jang dilakukan di Djambi beberapa waktu sebelum hari kampanje tjukup membuat geger tokoh2 Golkar disana. Pertama sekali dilakukan di pasar dengan mengumpulkan rakjat jg ada di sekitarnja itu, dari 900 orang tidak satupun jang memilih Golkar. Achirnja dinjatakan oleh pedjabat pemerintah setempat bahwa field test itu “batal dan tidak sjah”. Di Djambikan” adalah istilah pers2 Ibukota setelah muntjul isitilah2 “di Buleleng-kan”. Ini kritik jang sehat kata Gubernur.

Sistem komando keharusan djatah2 dari tiap2 tjamat atau lurah2 (pesirah2) di daerah. Sumatera nampaknja tidak mentjapai hasil jang banjak, malah mempersubur tindakan over acting, sebagai contoh pengalaman jang terjadi di Bengkulu.

Untuk daerah Bengkulu jg hanya mempunjai djumlah pemilih kira2 260.000 orang itu, didapat djumlah laporan dari Bupati2, Tjamat2 dari Bengkulu Utara Selatan dan Redjanglebong djumlah pernjataan dari penduduk jang menjatakan diri masuk Golkar. Djumlahnja mengagetkan sekaligus membuat pimpinan tertinggi Golkar di ibukota Djambi tjuriga. Betapa tidak daftar jang masuk djumlahnja 270.000 orang Golkar, padahal daerah ini merupakan basis dari Parmusi dan PNI, belum lagi kekuatan dari PSII jang tjukup berarti disini.

Hambatan2 psychologis2nja Ali Murtopo jang dihadapinja memenangkan Golkar.

Berbagai matjam tindakan jang drastis dari penguasa2 setempat dan djuga pengaruh2 dari petugas2 kampanje dari pusat jang silih berganti datang di Sumatera tjukup membuat peta perimbangan kekuatan politik di Sumatera berobah2.

Indikator2 jang tertjatat dibawah ini merupakan pertanda dari pekanja gerakan dari perimbangan kekuatan politik di Sumatera ini kelihatannja pengaruh dari uang dan kekuasaanja tidak begitu berpengaruh sekali didaerah “dollar ini”.

“Di Sumatera Barat ini ada pepatah dari orang2 jang hidup ditepi pantai bung” kata seorang tokoh partai Perti biarkanlah gelombang itu terus2 menderu2 kalau kita menumpang diatas gelombang kita sampai djuga nanti kepantai”

Djadi biarkan sadja Golkar terus kampanje sekarang kita tak perlu kampanje nanti kalau mereka sudah tjapai kita tinggal naik sadja diatasnja “walahualam” dalam Pemilu nanti, ummat itu akan menusuk partai idamannja” katanja.

“Perti bisa sadja bitjara begitu” kata seorang pedjabat militer di Palembang tetapi Perti sekarang sudah petjah dengan tarikat dan tarbiahnja dimana jang dua terachir ini telah masuk Golkar”

“Masuknja Tarbiah atau Tarikah ke Golkar hanja kerdjaan dari beberapa gelintir bekas2 pimpinan Perti jang tidak dapat kedudukan” kata seorang tokoh Perti Bengkulu.

“Kita tahu bahwa beberapa tokoh Parpol atau oknum2 jang sudah kawakan politik masuk di golkar hanja sekedar untuk tjari selamat” kata seorang tokoh Golkar Sumatera Utara bertitel Ir.

Karena itu kita mulai sekarang menerima lagi orang2 partai baik pimpinan tjabang sekilpun untuk masuk di golkar terketjuali massanja sadja katanja.

Lain halnja jang terdjadi di Djambi pada minggu pertama kampanje, tindakan2 sementara oknum2 Golkar jg mengojaki tanda2 gambar partai lain disaat tanda gambar Golkar dipasang djustru tidak menarik simpati rakjat jang melihatnja.

Tetempelnja atau terpampangnja tanda gambar Golkar didepan rumahnja belumlah merupakan djaminan bahwa orang tsb. anggota Golkar kesimpulan ini didapat rumah jang mempunjai tanda gambar dipintu rumahnja.

“Kami tidak tahu menahu dengan tanda gambar itu, kami bukan golkar jang pasang itu adalah petugas hansip” demikian dikatakan oleh sementara penduduk di Djambi.

Di Bengkulu pada permulaan hari kampanje datanglah petugas2 dari sematjam RT/RW setempat untuk mengalahkan kartu biru namanja jang isinja harus mengisi pilihan dari salah satu dari 10 tanda gambar itu dalam kartu biru untuk kemudian ditandatangi. Dengan demikian Nilai2 tradisional dan tempat mendalamnja pengaruh dari parpol2 dihati rakjat merupakan tantangan jang berat.

Saja teringat kepada seorang pegawai Gubernuran Atjeh dan seorang anggota BPH jang masuk Golkar di Sumatera Barat menjatakan kepada saja, “Biarpun sekarang ada tersemat didada saja tanda Kokarmendagri bukan berarti kami ini mesti menusuk Golkar, kan Pemilu nanti bebas rahasia, kami behak memilih partai jang kami senangi” katanja.

“Loyalitas itu bisa kami tjek dengan kotak2 TPS dikantor2 kata Gubernur Sumatera Utara Marah Halim”.

Hampir semua tokoh2 Parpol jang saja hubungi di Sumatera menjatakan kejakinan mereka bahwa tindakan2 kampanje dari golkar jang belebih2an djustru membantu konsolidasi massa mereka.

Pimpinan2 partai hanja ongkang2 kaki kemudian mereka didatangi oleh massanja jang mendapat paksaan dari beberapa petugas dan oknum2 untuk masuk Golkar, dalam hal ini NU paling besar memanfaatkannja untuk kepentingan konsolidasi.

Masih banjak lagi kedjadian2 jang terdjadi di Sumatera ini jang tidak muat untuk dilaporkan diruangan suratkabar jang terbatas ini, tetapi jang djelas peta perimbangan kekuatan politik di Sumatera masih terus menerus berubah. perlu ditjatat pemjataan dari seorang Gubernur di Sumatera jang menjatakan “Kami tidak mau membiarkan hasil2 jang ditjapai dalam pembangunan 2-3 tahun terachir ini dikorbankan oleh suhu politik baik dari parpol dan golkar jang semakin tinggi dalam dua bulan mendatang ini”, katanja. Selandjutnja dikatakannja bahwa dia sering harus “bertempur” dengan tokoh2 Golkar diderahnja jang notabene adalah “pelarian” dari “parpol” malahan sudah kawakan lagi sebelumnja dipartai politik dan pedjabat militer jang belum paham politik.

“Kalau betul2 Pemilu bebas dan rahasia dan kotak2 suara tidak mesti dikantor2 pemerintahan saja chawatir Golkar akan bisa menang didaerahnja ini” kata dua orang Gubernur di Sumatera jang tidak mau disebut namanja. (DTS)

Sumber: SINAR HARAPAN (24/05/1971)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 727-731.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.