PEMERINTAH AS TETAP MEMBANTU INDONESIA
Washington, Pelita
Pemerintah Amerika Serikat (AS) tetap akan memberikan bantuan kepada Indonesia sesuai dengan apa yang mungkin bisa dilakukannya. Niat itu dikemukakan Presiden AS George Bush kepada Presiden Soeharto di Gedung Putih, Washington , Jumat sore waktu setempat.
Niat dan tanggapan itu diberikan setelah Presiden Soeharto yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat mengemukakan keberhasilan ekonomi dan masalah yang dihadapi Indonesia, terutama yang disebabkan adanya pembayaran hutang kembali yang dirasakan berat akibat adanya apresiasi beberapa mata uang asing.
Pertemuan antara kedua presiden berlang sung selama 45 menit di Oval Room Gedung Putih. Wartawan Pelita, Achmad Basori yang juga sempat ke Gedung Putih itu melihat pertemuan Presiden George Bush dan Presiden Soeharto penuh keakraban dan kehangatan.
Seturun dari kendaraan limousine, Presiden Soeharto disambut oleh George-Bush di pintu masuk Gedung Putih. Puluhan wartawan dari berbagai media massa, kantor berita dan televisi di Amerika Serikat serta wartawan lainnya yang biasa meliput kegiatan di Gedung Putih mengabadikan pertemuan kedua Kepala Negara
Dalam pertemuan itu Presiden Soeharto didampingi oleh Menteri/Sekretaris Negara, Drs. Moerdiono, Menlu Ali Alatas dan Dubes RI untuk AS, AR. Ramly Sedangkan George Bush didampingi Menlu AS, James Baker, Kepala Stat Gedung Putih, John Sunnu, Dubes AS untuk RI, John Monjo dan pejabat lainnya. Seusai pertemuan, Mensesneg dalam penerbangan Washington-New York kepada wartawan menjelaskan dalam pertemuan kedua Presiden itu terjadi saling tukar pikiran dan saling memberikan informasi.
Selain itu Presiden Soeharto memberikan gambaran ringkas tapi menyeluruh mengenai masalah ekonomi Indonesian Presiden George Bush pada kesempatan itu menyampaikan rasa penghargaanya kepada Presiden Soeharto atas keberhasilan Indonesia di dalam melaksanakan program KB, sehingga rakyat Indonesia atau Presiden Soeharto mendapatkan piagam penghargaan bidang kependudukan dan keluarga berencana dari PBB Selain itu Bush juga menyatakan penghargaan kepada PBB untuk membantu pelaksanaan program KB dan berjanji guna memberikan bantuan usaha tersebut.
Masalah
Presiden Soeharto, kata Mensesneg, menjelaskan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia yang banyak mencapai kemajuan, namun juga di temui masalah-masalah external dan internal. Masalah internal menyangkut harga minyak bumi yang mempunyai pengaruh terhadap penerimaan negara dan penerimaan devisa negara. Pengaruh penerimaan negara diatasi melalui menaikkan penerimaan melalui pajak dan pengaruh terhadap penerimaan devisa negara diatasi dengan peningkatan ekspor nonmigas.
Dalam faktor external ditekankan oleh Presiden Soeharto mengenai perubahan kurs yang terjadi karena apresiasi dari sejumlah mata uang asing. Akibat hal itu pembayaran kembali hutang Indonesia menjadi cukup berat yang berakibat pula akan menyedot terhadap anggaran pembangunan.
Presiden Soeharto minta kepada Amerika Serikat yang merupakan negara besar dunia untuk mempergunakan pengaruhnya guna meminta perhatian negara-negara lain mengenai apa yang dihadapi Indonesia.
Selain itu juga agar dibuka seluas-luasnya pasaran barang-barang ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Dalam pertemuan itu,kata Moerdiono disinggung pula mengenai masalah Kamboja yang oleh Presiden AS ditanyakan mengenai perkembangan terakhirnya untuk penyelesaian masalah Kamboja. Kepala Negara menjelaskan mengenai proses yang terjadi mengenai JIMI dan II serta perkembangan terakhir.
Menanggapi penjelasan itu Bush memberikan penghargaan atas peranan Indonesia khususnya dan ASEAN pada umurnya untuk mencari penyelesaian Kamboja. Presiden AS juga menaruh perhatian dan akan memberikan bantuan apa yang akan dilakukan untuk mensukseskan pameran kebudayaan Indonesia di New York yang akan berlangsung tahun depan.
Kepada Presiden Soeharto ditanyakan mengenai masalah RRC yang dijawab yang lebih tahu mengenai informasi yang terjadi di RRC adalah AS sendiri.
Dikaitkan kejadian di RRC dandampaknya terhadap masalah Kamboja, Presiden Soeharto memberikan tanggapan bahwa masalah itu bisa menjadikan keyakinan pemimpin-pemimpin Kamboja serta masalah Kamboja itu bisa diselesaikan oleh rakyat Kamboja dan pemimpin-pemimpin mereka.
Presiden Bush merasa senang atas pandangan Indonesia mengenai hal itu dan informasi yang disampaikan oleh Presiden Soeharto merupakan bahan yang sangat berharga baginya.
Menlu Ali Alatas menjawab pertanyaan setelah mengikuti pertemuan itu menyatakan bahwa antara Presiden Soeharto dan Presiden George Bush disinggung pula adanya kemungkinan AS memberikan bantuan senjata kepada kelompok Sihanouk. Tapi mengenai itu Presiden Soeharto sangat hati-hati memberikan tanggapannya, karena pada umurnya Indonesia tetap berpegang teguh pada kesepakatan yang selama ini telah dirintis melalui JIM I dan II, yaitu mencari penyelesaian secara potitis, bukan secara militer.
Mengenai target akhir dalam penyelesaian Kamboja itu menurut Menlu Ali Alatas yaitu adanya satu Kamboja baru yang merdeka, berdaulat, nonblok, netral serta sepakat menyelesaikan terutama mengenai penarikan mundur pasukan Vietnam, mencegah kembalinya praktek politik Pol Pot serta menghentikan intervensi dan bantuan persenjataan pada keempat faksi.
Di Washington Presiden Soeharto yang didampingi Ibu Tien Soeharto menerima kunjungan kehormatan Wapres AS. (SA)
Sumber : PELITA ( 12/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 214 – 217.