PENDIRIAN PERAKITAN N-250 DI AS TAK PERLU DIPERMASALAHKAN

PENDIRIAN PERAKITAN N-250 DI AS TAK PERLU DIPERMASALAHKAN[1]

Jakarta, Antara

KEINGINAN IPTN untuk mendirikan pabrik perakitan pesawat N-250 di AS dak perlu dipermasalahkan karena 50 persen dari produk itu akan dipasarkan ke Amerika terutama AS dan Kanada. Sebelum melaporkan hasil kunjungannya ke AS baru-baru ini kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Rabu, Dirut IPTN BJ Habibie mengatakan, pendirian pabrik perakitan itu memerlukan investasi sekitar 100 juta dolar AS.

Habibie mengatakan, IPTN ingin menguasai saham 51-60 persen agar tetap dapat mengawasi dan mengendalikan usaha patungan ini. Sisa saham perusahaan patungan itu bisa dimiliki para pengusaha AS.

“Karena keuangan pemerintah sangat terbatas maka komposisi modal itu adalah sebagian merupakan equity (penyertaan modal-red) dan sisanya bisa merupakan pinjaman,”kata Habibie.

Ia mengatakan, ketika mengunjungi AS baru-baru ini, sejumlah gubernur negara bagian telah menawarkan diri menjadi tempat bagi pabrik perakitan itu. Negara bagian yang menawarkan diri antara lain Alabama, Arizona, Oregon, serta Utah.

Menurut Habibie, biaya mendirikan pabrik di AS jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia. Harga tanah disini bisa mencapai Rp100.000/m2 sedangkan disana paling-paling hanya Rp30.000-Rp40.000 Selain murahnya harga tanah, prasarana disana juga lebih lengkap misalnya telepon dan jalan raya.

Studi kelayakan tentang pabrik perakitan itu akan segara disusun dan diperkirakan akhir tahun ini sudah dapat diserahkan kepada Presiden selaku Ketua Dewan Pembina Industri Strategis yang akan mengambil putusan.

Tetap Menguntungkan

Habibie mengatakan, sekalipun pabrik itu akan berdiri di AS, IPTN baik secara langsung maupun tak langsung akan tetap menikmati hasilnya. Alasan Habibie adalah karena pabrik di AS itu merupakan unit perakitan, maka sebagian besar komponennya akan didatangkan dari Indonesia. IPTN menjalin kerjasama dengan sekitar 100 perusahaan kecil dan menengah untuk memasok berbagai komponen.

Untuk setiap satu juta pada harga N-250, IPTN mendapatkan nilai tambah 38,6 persen atau sekitar 386.000 dolar. Karena harga sebuah N-250 adalah 15 juta dolar maka nilai tambah yang didapat IPTN adalah sekitar lima juta dolar.

Sisanya dinikmati berbagai perusahaan luar negeri yang menyediakan berbagai komponen seperti elektronika pesawat /avionic dan baling-baling/propeller. Habibie menjelaskan, selama 20 tahun mendatang, dunia memerlukan 6.700 pesawat sejenis N-250 yang mampu mengangkut 70 penumpang. Di dunia hanya ada tiga produsen yaitu British Aerospace, Aerospatiale serta IPTN.

Pesawat pertama N-250 yang dirancang para tenaga Indonesia, dijadwalkan terbang bulan April tahun 1995 dan diharapkan mendapat sertifikat dari Badan Penerbangan AS (FAA) tahun 1997. Habibie mengharapkan penyerahan pesawat pertama untuk perusahaan penerbangan dalam negeri dilakukan Desember tahun 1997 dan untuk perusahaan luar negeri Juli tahun 98. (T.EU02/EU06(RB1/18 /05/94 11:27).

Sumber:ANTARA(18/05/1994)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 719-720

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.