PENGALAMAN TEHNISI PAKISTAN DALAM MENYELENGGARAKAN KANUPP BISA SEBAGAI PELAJARAN TEKNISI INDONESIA

PENGALAMAN TEHNISI PAKISTAN DALAM MENYELENGGARAKAN KANUPP BISA SEBAGAI PELAJARAN TEKNISI INDONESIA

Disela-sela Kunjungan Presiden Soeharto di Pakistan

Oleh: Prihatin Sudiyono

MINGGU PAGI tanggal 30 November Presiden Soeharto, Ibu Tien dan seluruh rombongan meninggalkan ibu kota Pakistan menuju Karachi. Upacara resmi pelepasan tamu agung diselenggarakan di pelabuhan udara Islamabad. Seharusnya Presiden Zia-ul Haq dan Begum Zia-ul Haq hanya mengantar tamunya sampai disini saja.

Tetapi karena begitu akrabnya hubungan antara tuan rumah dan tamunya, maka rupa2nya Presiden Zia-ul Haq maupun Begum Zia-ul Haq enggan berpisah dengan Presiden Soeharto dan Ibu Tien. Presiden Pakistan ini ingin terus mendampingi Presiden Soeharto ke manapun pergi, tentunya kalau masih dalam wilayah Pakistan.

Dalam buku acara tertulis, penerbangan Islamabad Karachi akan dilakukan dengan pesawat Garuda. Para wartawan, termasuk kepala rombongan wartawan, Kol Dwipoyono siap berada di dalam pesawat Garuda. Eee, tahu-tahu ada yang memberi tahu kalau Presiden Soeharto dan Ibu Tien, termasuk para wartawan akan naik pesawat PIA, sedangkan pesawat Garuda akan menyusul.

Terpaksa para wartawan lari2 pindah ke pesawat PIA yang parkirnya cukup jauh dari pesawat Garuda. Meskipun napas ngos-ngosan, syukur alhamdulillah tidak tertinggal. Penerbangan Islamabad-Karachi kira2 2 jam.

Tiba di pelabuhan udara Karachi disambut oleh Gubernur setempat. Kemudian langsung menuju ke Quaid-i-Azan Mazar (Makam Pemimpin Besar). Lagi2 rombongan wartawan harus lari2 agar tidak ketinggalan acara. Sejak dari lapangan udara sudah diatur kendaraan wartawan berangkat dahulu. Tetapi dasar lagi sial, pengemudi salah jalan hingga akhirnya kendaraan kami ditahan polisi.

Polisi di Pakistan ini tidak bisa diajak kompromi. Biar sudah dijelaskan kalau rombongan ini rombongan tamu dari Indonesia, wartawan lagi, toh tetap kendaraan kami ditahan. Alhasil rombongan wartawan tiba di tempat upacara terlambat.

Quaid-i-Azan (Pemimpin besar) Ali Jinnah adalah pendiri negara Pakistan. Pada tahun 1942 ia mengeluarkan ucapannya yang keras yang berbunyi: Kami adalah bangsa dengan kebudayaan dan peradaban, bahasa dan sastra, seni dan arsitektur, nama dan istilah2, perasaan akan nilai2 dan perbandingan2, undang2 yang legal dan pelajaran moral, pakaian dan penanggalan, sejarah dan tradisi.

Presiden Zia menceritakan, bahwa setelah Kanupp berfungsi, pernah timbul kesulitan karena negara yang dulu diserahi membangun Kanupp ini tidak lagi bersedia menyediakan spare part yang diperlukan Kanupp.

Para cendekiawan Pakistan kemudian berusaha sekuat tenaga, memutar otak untuk dapat mengatasi kesulitan yang timbul, dan mereka berhasil. Para cendekiawan Pakistan akhirnya dapat membuat sendiri semua spare parts yang diperlukan Kanupp, kecakapan dan ambisi tersendiri, pendeknya kami punya pandangan hidup tersendiri.

Sejak tahun 1940, Liga Islam yang berkedudukan di Lahore telah menyatakan tekadnya untuk mendirikan negara sendiri yang berdasarkan Islam. Setelah berjuang keras, akhirnya cita2 rakyat Pakistan itu tercapai pada 1947 Agustus.

Kanupp yang Serbaguna

Dari Makam Ali Jinnah, Presiden Soeharto berserta seluruh rombongan dibawa menuju ke-KANUPP (Karachi Nuclear Power Plant) yang letaknya agak di luar kota.

Kanupp di bangun pada tahun 1966 dengan kekuatan penuh 125 megawatt saat ini yang digunakan baru 60 megawatt. Selain menghasilkan tenaga, teknik nuklir juga bisa digunakan dalam banyak bidang, misalnya untuk pertanian, pengobatan, industri dan lain2.

Untuk tujuan pertanian, tenaga atom ini sangat potensial, karena dapat meningkatkan hasil produksi, melindungi tanaman dari serangan hama dan lain2.

Menurut Munis Ahmad Khan, kepala Badan Tenaga Atom Pakistan, hasil pertanian di Pakistan adalah salah satu yang terendah di dunia, disebabkan karena memang hasil produksinya rendah ditambah lagi adanya serangan hama yang memusnahkan.

Penggunaan radiasi nuklir dan radioisotop memegang peranan penting dalam pertahanan ini, karena dapat memperbaiki perkembangan macam2 tanaman.

Untuk lebih memanfaatkan tenaga nuklir untuk kepentingan pertanian, Badan Tenaga Atom Pakistan telah mendirikan 2 pusat nuklir pertanian di Fasisalabad dan di Tandojan, guna mengadakan penelitian2 lebih jauh untuk meningkatkan hasil produksi dan perlawanan terhadap hama tanaman.

Sedangkan untuk tujuan pengobatan, di beberapa kota di Pakistan seperti di Lahore, Karachi, Janshoro, Peshawar dan lain2 telah didirikan Pusat Pengobatan Tenaga Atom. Beribu-ribu penderita berbagai macam penyakit, seperti kanker, ginjal, gondok, paru2 dan lain2 dapat disembuhkan dengan pengobatan nuklir ini.

Presiden Soeharto yang siang hari itu nampak gembira, menyatakan ikut bangga atas keberhasilan para cendekiawan Pakistan untuk mengatasi sendiri semua kesulitan yang dihadapi.

Hal ini akan dapat dijadikan pengalaman dan pelajaran bagi para tehnisi dan cendekiawan di Indonesia tahun depan akan membangun Pusat Listrik Tenaga Nuklir dengan kekuatan 30 megawatt. Dalam pelaksanaannya nanti bisa diadakan kerjasama dan saling tukar pikiran serta pengalaman antara para cendekiawan Pakistan dan cendekiawan Indonesia.

Begitu asyiknya Presiden Soeharto meninjau Kanupp, hingga lupa kalau waktu berjalan terus. Peninjauan yang menurut buku acara akan sudah berakhir sekitar jam 15.00 hingga saat sembahyang azan tiba, peninjauan itu belum selesai juga.

Waktu sembahyang azar tiba, maka Presiden Soeharto dan Presiden Zia kemudian bersembahyang azar bersama-sama di mesjid dekat Kanupp.

Sementara Presiden Soeharto dan Presiden Zia bersembahyang azar, lbu Tien Soeharto dan Begum Zia menunggu di tenda. Peninjauan ke Kanupp yang naik turun tangga itu rupa2nya sangat melelahkan bagi Begum Zia yang berperawakan agak besar itu. Begitu sampai di tenda, langsung duduk, punggungnya disandarkan di kursi dan kakinya dijulurkan ke depan, setengah tiduran.

Acara Khusus Wartawan

Setelah acara peninjauan Kanupp, wartawan masih punya satu acara lagi siang itu yaitu diundang makan oleh Principal Information Officer, Ejaz Farugi. Meskipun waktu sudah terlambat dan badan agak kaku2, undangan dipenuhi juga.

Pak Sunardi DM, dari H. Berita Yudha mewakili rekan2nya wartawan Indonesia menyampaikan terima kasih atas perhatian dan undangan tersebut. Kemudian waktu yang sempit itu digunakan untuk saling tukar informasi mengenai pesurat kabaran di negara masing2.

Malam harinya ganti wartawan Indonesia mengundang makan rekan2nya dari Pakistan. Acara ini diprakarsai dan disponsori oleh Konsul kita di Karachi, Bapak Sukadari.

Undangan makan diadakan di sebuah restaurant yang khusus menghidangkan masakan Indonesia, yaitu Restaurant Bali.

Malam itu yang hadir lebih banyak wartawati dari pada wartawannya. Memang menurut info yang didapat, hampir setiap penerbitan di Karachi ini mempunyai lebih dari 5 orang wartawati.

"Ee, Wartawati Pakistan cantik2 ya," kata salah seorang wartawan dari Jakarta yang secara diam2 rupanya selalu memperhatikan rekan2nya dari Pakistan.

Untuk menyambut tamu agung dari Indonesia, Trade Cronicle, salah satu majalah ekonomi terkemuka di Pakistan mengadakan penerbitan khusus. Di halaman depan dipasang gambar Presiden dan lbu Tien Soeharto, ada tajuk mengenai Presiden Soeharto dan tulisan khusus mengenai Presiden Soeharto di halaman dalam. (DTS)

Pakistan, Berita Buana

Sumber: BERITABUANA (12/12/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 729-732.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.