Tadjuk: PENGAMANAN DI BIDANG EKONOMI [1]
Djakarta, Berita Yudha
Semenjak terjadinya tindakan petualangan kontra-revolusioner dilakukan oleh mereka jang menamakan dirinja Gerakan kontra revolusioner pada tanggal 1 Oktober 1965, hampir segenap lapisan nasional ditudjukan kearah peristiwa tersebut dengan dan oleh kepentingan pribadi dan golongannja masing2 disamping kepentingan Nasional jang menondjol.
Bagi setiap patriot sedjati tentunja kepentingan Nasional-lah jang lebih diutamakan dan didahulukan penjelesaian dan pentjampaian tudjuannja. Dan sebaliknja bagi patriot gadungan, jang diutamakan dan didahulukan serta diperdjoangkannja mati-matian adalah kepentingan pribadinja atau paling banter kepentingan golongannja sendiri, dengan tidak segan2 untuk mengabaikan dan mengorbankan kepentingan Nasional.
Dalam situasi Revolusi kita jang gawat seperti sekarang ini sebagai akibat dari tindakan kontra revolusioner Gerakan 30 September dengan mudah dapat kita tundjuk siapa jang benar2 patriot sedjati dan siapa2 jang patriot gadungan, atau dengan kata lain dapat kita njatakan siapa jang benar2 revolusioner dan siapa2 pula jang kontra revolusioner.
Ukuran revolusioner atau kontra revolusioner bagi seseorang atau sesuatu golongan, bukanlah hanja bisa dilihat dari katjamata politik sadja, tetapi djuga antara lain dari teleskop ekonomi atau djuga dari tjermin watak dan karakter kebangsaan, karena Revolusi kita adalah Revolusi jang multicomplex atau suatu Revolusi jang dinamakan a summing up of many revolutions in one generation atau djuga disebut a telescoped revolution.
Karena itu, sehubungan dengan apa jang menamakan dirinja Gerakan 30 September jang oleh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno, telah ditjap sebagai petualang kontra revolusioner, dapat kita pastikan bahwa ke kontra revolusioneran mereka bukanlah hanja dibidang politik sadja jang berupa tindakan coup, tetapi djuga dibidang ekonomi dan kebudajaan serta watak dan karakter kebangsaan, pasti mereka renggut dan djegal serta matikan seperti mereka merenggut dan mendjegal serta membunuh Men/Pangad Letdjen A. Yani dan kawan2nja.
Kekontra revolusioneran mereka dibidang politik sedang kita hadapi bersama jang penjelesaian selandjutnja sudah berada ditangan Presiden. Kekontra revolusioneran dibidang ekonomi pada saat sekarang ini kita rasakan bersama akibatnja, jaitu semakin membubungnja harga2 kehidupan sehari2 terutama bahan2 pokok.
Segi inipun harus mendjadi perhatian kita bersama, bagaimana usaha kita untuk menanggulangi kesulitan ini jang terang dan djelas adalah akibat dari petualangan kontara revolusioner Gerakan 30 September”.
Senada dengan Instruksi Menperdag No.033-MPDN-I-65 jang pada pokoknja berisi usaha2 untuk memperlantjar penjaluran bahan2 pokok maka kitapun menjerukan kepada semua pihak jang bersangkutan dengan bidang ekonomi, supaja mematuhi dan mentaati instruksi Menperdag tersebut sebagai bukti kerevolusioneran serta kesadaran masing2 dalam usaha untuk membantu ABRI menumpas dan mengikis habis petualangan kontra revolusioner “Gerakan 30 September” (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA(11/10/1965)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 64-66.