Tokoh2 Generasi Muda:
PENGELOMPOKAN PARTAI2 BUKAN PENJELESAIAN [1]
Adnan Bujung : Pengelompokan partai2 sekarang ini rapuh bersifat temporer
Fahmi Idris : Tindjau kembali Idea pengelompokan partai2
Louis Wange : Pengelompokan partai2 kemunduran moril dalam kehidupan politik kita
Hariadi Darmawan : Pengelompokan partai idea jang kabur
Djakarta, Sinar Harapan
Empat tokoh Generasi muda telah memberi kesempatan kepada SH untuk mengadakan wawantjara sekitar idea pengelompokan partai2 jang sedang ramai dibitjarakan sekarang2 ini adapun hasil2nja adalah sbb :
Adnan Bujung Nasution SH (Ketua KASI)
Tanja: Bagaimana menurut Pak Bujung tentang pengelompokan Partai2 Politik sekarang ini?
Djawab: Dilihat dari strukturnja, tidak ada perbedaan jang prisipiil dengan Nasakom. Hanja terdjadi pergantian pemain (isi dari masing2 pola) dan kedudukan jang ada. Sukarno dulu membagi pola2 : Parpol, Golkar dan ABRI. Soeharto demikian djuga. Kemudian dalam pola Partai2 politik, Sukarno membagi dua, jaitu pro dan anti Komunis. Sekarang didalam pola partai2 politik polanja mengarah Islam dan non-Islam. Bedanja sekarang ini tanpa komunis.
Tanja : Bagaimana menurut pendapat Bapak tentang masuknja golongan Katholik dan Kristen kedalam Kelompok Demokrasi Pembangunan?
Djawab : Tepat tidaknja pilihan ini kita lihat dari dasar pengelompokan. Kalau dasarnja adalah Islam dan non-Islam, maka dapat dimengerti. Tetapi tidak benar, sebab bukan itu tudjuan dan hakiki dari pengelompokkan partai2. Saja tahu bahwa kita menghendaki perobahan struktur politik berdasarkan program, jang dikehendaki djuga oleh golongan Kristen Katholik.
Tanja : Bagaimana kalau kita bandingkan dengan Dwi Group-nja Pak Dharsono?
Djawab: Pada mulanja idea Dharsono lebih madju sebab langsung berorientasi kepada program. Tetapi kemudian dimodulir djadi kurang lebih dengan idea Pak Harto sekarang. Tetapi bagaimana djuga idea Pak Dharsono lebih madju sebab sudah ada pemikiran mengenai tempat dan peranan Generasi Muda, chususnja Kesatuan2 aksi.
Tanja : Apakah Bapak melihat adanja ketjenderungan bahwa pengelompokan Partai sekarang akan berfungsi status Quo politik sebagaimana Sukarno dengan Nasakomnja?
Djawab : Mengenai watak dan tjita2 Pak Harto, saja tidak melihat gedjala kearah itu. Namun demikian kalau2 rentjana Pembangunan ekonomi dan politik tidak berdjalan sebagaimana beliau harapkan, mungkin Pak Harto dengan ABRI-nja tidak dapat memilih alternatif lain Tegasnja “main” seperti Sukarno ini sudah tentu tidak kita harapkan. Apalagi sedjarah telah membuktikan betapapun lihainja Sukarno djatuh djuga.
Tanja: Mengapa Idea pengelompokan partai2 ini diterima begitu sadja oleh semua partai ?
Djawab : Mungkin partai2 itu takut atau chawatir tidak mendapat fasilitas didalam PEMILU nanti.
Tanja : Bagaimana agar pengelompokan partai2 ini tidak mengarah mendjadi pertentangan Agama ?
Djawab : Saja dari semula tidak pertjaja bahwa ada pertentangan agama di Indonesia, jang ada hanjalah pertentangan politik jang menunggangi Agama. Selama peraturan politik dipegang oleh tokoh jang itu2 djuga, maka bahaja agama jang dipertentangkan akan tetap ada. Oleh karena itu sebaiknjalah mulai sekarang kita mengadakan peremadjaan didalam kepemimpinan politik baik didalam Parpol/Ormas dsb. ini tidak dapat di-tunda2.
Tanja : Bagaimana sebaiknja dengan pengelompokan partai sekarang ini, diteruskan ataukan sebaliknja ?
Djawab : Sebaiknja diteruskan dengan memperdjelas dulu konsepsinja, kemudian di-intensifkan pelaksanaannja, kalau perlu didorong oleh kekuasaan jang effektif.
Tanja: Bagaimana pendapat Bapak tentang partai2 jang ada sekarang ini ?
Djawab : Pertanjaan ini sudah sangat terlambat. Kita telah banjak kehilangan momentum2, sedjak mulainja perdjuangan Orde Baru. Mungkin momentum jang seperti itu akan kembali atau kalau perlu dalam rangka mempertahankan status Quo. Idea sematjam itu harus datang dari bawah, bukan dengan dari atas seperti sekarang. Nampak bahwa idea sekarang, hanja untuk mengamankan Pemilu mengurangi ketegangan2 didalam kampanje.
Tanja : Adakah sdr. melihat arah bahwa dengan PP ini ketegangan2 jang ketjil akan mendjadi besar karena pengelompokan ini ?
Djawab : Itu mungkin djuga, tetapi bergantung kepada pihak2 jang akan mengeksploitir setiap kedjadian untuk menguntungkan dirinja.
Tanja : Bagaimana menurut pemikiran Sdr. tentang kelompok jang tepat untuk Golongan Katholik ?
Djawab: Saja setudju dengan pendapat Pak Tambunan, jang menjatakan bahwa sebaiknja Golongan Kristen Katholik masuk Kelompok Persatuan. Dengan demikian saja menolak pendapat Harry Chan oleh karena jang belakangan ini tidak melihat adanja hari2 jang tjerah dimasa jg akan datang. Rupa2nja masih ada momok bahwa ada golongan diluar PKI, jang mendjegal Pantjasila dan UUD 45, kalau momok ini tidak ada mungkin tidak ada persoalan lagi.
Tanja : Bagaimana masa depan dari pengelompokan partai ?
Djawab: Saja tidak melihat hari depannja. Saja berpendapat mestinja setiap kelompok partai mempunjai unsur jang sama. Misalnja Kelompok Demokrasi Persatuan dan Demokrasi Pembangunan. Sehingga keduanja akan bersatu bila demokrasi terantjam dan melewatinja. Tetapi dengan nama2 jang sekarangpun saja melihat adanja titik2 terang, dimana ideologi tidak dibawa didalam medan.
Tanja: situasi apakah jang dialami partai2 dalam menerima pengelompokan2 partai ?
Djawab: Rupa2nja ada ras bersalah dari partai2 jang sangat mentjengkam. Dalam situasi dan kondisi jang demikian ini maka mereka butuh apapun jang dikeluarkan oleh penguasa. Saja berpendapat bahwa pengelompokan partai merupakan kemunduran moril dalam kehidupan politik. Lihat bahwa idea Pak Djenderal HR Dharsono lebih punja prospek didalam pembangunan. Disana sudah ada perombakan struktur politik.
Harjadi Dawawan (Ketua Dewan Mahasiswa UI)
Tanja : Apakah kesan sdr. tetang pengelompokan Partai2 sekarang ini ?
Saja berpendapat bahwa kalau arahnja kepenjederhanaan partai2 saja setudju. Tetapi saja punja kesan, bahwa idea ini masih kabur, jang penting bukannja wadah, tetapi program. Apalagi ada kechawatiran pihak2 tertentu, bahwa pengelompokan partai ini merupakan partai polarisasi.
Islam dan non-Islam
Tanja : Bagaimana pendapat Sdr. tentang masuknja Golongan Kristen Katholik kedalam Kelompok Demokrasi Pembangunan ?
Djawab : Saja melihat alangkah baiknja kalau Golongan Kristen Katholik itu masuk dalam Kelompok Persatuan, didalam rangka menghilangkan friksi2 agama. Tetapi itu adalah hal jang ideal.
Tanja : bagaimana tentang masa depan pengelompokan partai ?
Djawab : No Comment.
Tanja : Apakah jang sdr lihat dari nama2 kelompok ?
Djawab: Suatu kemadjuan, kalaupun hanja formalitas, saja berharap agar masalah agama tidak mendjadikan ketengan2 dimasa jad. Saja melihat bahwa sekali lagi idea Pak Dharsono djelas. Tetapi kita harus menghindari bentuk2 pemaksaan, didalam pelaksanaanja. Kita harus memperhatikan level pemikiran bangsa kita setjara umum.
Tanja : adakah dengan adanja pengelompokan ini kita akan kembali ke zaman Nasakom?
Djawab : Bergantung kepada mental attitude daripada pemimpin kita jang menentukan dari pada sekedar wadah belaka. Para pemimpin kita sudah terlalu lama dengan sifatnja, jang demikian itu, dus harus kita adakan peremadjaan didalam leadership disemua sektor. Buktinja idea dari atas itu atjin sadja, ini disebabkan karena mental attitude para pemimpin partai. Mereka selalu berpikir kepada kursi2 dan tidak ada dinamika sama sekali. Kita dari kalangan Generasi Muda, mempunjai keinginan agar partai2 ini disederhanakan. Tetapi sekali penjederhanaan tanpa mengganti isinja, tidak ada dinamika sama sekali.
Tanja : Apa jang harus kita (kaum muda) perbuat untuk itu?
Untuk mendinamisir partai2 kita djangan segan2 masuk partai2. Kita harus perbaiki dari dalam. Atau bisa djuga kita membuat presure baik melalui media maupun djalan lain untuk mendorong kearah pembaharuan, djika kita tetap mau diluar partai. Selandjutnya kita djuga bisa mendidik rakjat, bagaimana melaksanakan suatu tata kehidupan demokrasi jang baik.
Tanja : Adakah suatu kemadjuan jang ditjapai dengan pengelompokan ini.
Djawab : Setjara keseluruhan jang ada hanjalah status quo. Saja tidak melihat adanja pengubahan kearah program oriented dari PP itu. (DTS)
Sumber: SINAR HARAPAN (30/03/1970)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 456-460.