PENGGUNAAN SUMBER ALAM HARUS DENGAN CARA BIJAKSANA
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Presiden Soeharto mengatakan dalam melaksanakan pembangunan kita harus menggunakan sumber daya alam dengan cara-cara yang bijaksana, sehingga kelestariannya tetap terjamin dan dapat terus mendukung gerak pembangunan seterusnya.
Dalam sambutannya ketika dimulainya Pekan Penghijauan Nasional ke-28, Sabtu di Desa Sumberjati, Kecamatan Pademangan, Blitar, Jawa Timur, Kepala Negara mengemukakan pembangunan yang menjaga kelestarian sumber daya alam menunjukkan tanggungjawab kita yang hidup di zaman ini, kepada generasi-generasi yang akan hidup di zaman mendatang.
“Kita bertekad untuk tidak menguras habis kekayaan alam hanya untuk kemajuan kita sekarang. Kita bertekad untuk mewariskan Tanah Air yang tetap hijau dan subur bagi anak cucu kita dari zaman ke zaman,” kata Presiden menegaskan.
Dinilainya pembangunan kita yang berwawasan lingkungan ternyata telah menunjukkan kemajuan yang membesarkan hati. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan sumber daya alam makin meningkat, baik secara perorangan maupun kelompok, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
Meluasnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian sumber daya alam itu, sungguh sejalan dengan ajakan pemerintah untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
“Jika kita mengatakan pelestarian sumber daya alam, maka kerugian besar dan bencana yang akan kita alami,” kata Kepala Negara mengingatkan.
Sungai Brantas
Menurut Presiden Soeharto makin maju kita membangun, memang harus makin besar perhatian yang kita curahkan untuk melestarikan sumber daya alam. Untuk itu Kepala Negara menyebutkan contoh penghijauan daerah Blitar yang merupakan hulu Daerah Aliran Sungai Brantas.
DAS Brantas merupakan darah yang sangat luas dan tersubur di Pulau Jawa ini. Karena itu kemakmuran daerah ini akan besar pengaruhnya bagi kemakmuran Pulau Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.
Kemakmuran daerah ini akan ditentukan oleh berhasil atau tidaknya kita mengendalikan aliran sungai Brantas yang sangat panjang dan besar, serta melewati daerah yang sangat luas. Presiden mengatakan kita harus menjaga agar Sungai Brantas tetap mengalir secara teratur dan terkendali. Jangan sampai sewaktu waktu menjadi liar dan mendatangkan banjir yang merusak. Tapi diupayakan juga jangan sampai kering.
Sungai yang mengalir secara teratur dan terkendali akan menjamin pengairan sawah-sawah untuk menaikkan produksi padi dan memakmurkan keluarga petani. Juga dapat menjadi pusat-pusat pembangkit tenaga listrik untuk menggerakkan industri bagi kesejahteraan umum.
Karena itulah usaha penghijauan sangat mutlak. malah harus menjadi gerakan nasional yang kita semua memikul tanggungjawabnya, secara terns menerus tanpa henti. Hanya dengan jalan itulah kita dapat memelihara kehijauan dan sumber daya alam kita; khususnya sumber daya alam yang paling menentukan kehidupan kita semua yaitu tanah, hutan dan air.
Untuk menjaga kelestarian hutan dan menjaga agar industri kehutanan kita terjamin bahan bakunya, maka tidak adajalan lain kecuali harus mengelola hutan-hutan yang telah ditebang menjadi sumber daya hutan yang lebih baik lagi.
Sehubungan dengan itu Kepala Negara menyerukan agar semua pihak yang berkecimpung di bidang kehutanan memelihara kelestarian hutan dengan rasa tanggungjawab yang sebesar-besamya.
Hutan yang sudah ditebang harus ditanami kembali, tanah yang kritis juga harus ditanami untuk menjaga kesuburan dan menaikkan pendapatan masyarakat, hutan industri harus kita bangun untuk memenuhi kebutuhan industri hutan.
Kader Santri Penghijauan
Dalam acara puncak PPN ke-28 ini, Presiden menanam pohon melinjo dan lbu Tien Soeharto menanam pohon kenanga di lereng bukit Desa Sumbetjati itu, kemudian diikuti oleh Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap dan Gubernur Soelarso.
Sebelumnya, Kepala Negara memukul kentongan bertalu-talu menandai dimulainya gerakan penghijauan pada lahan-lahan krisis di seluruh Indonesia. Tema PPN ke-28 itu adalah Penghijauan dan Konservasi Tanah untuk Kesejahteraan masyarakat.
Pada kesempatan itu Presiden juga mengukuhkan Kader Santri Penghijauan yang sebelumnya mereka telah melakukan sarasehan. Kader tersebut akan membina dan mengembangkan kegiatan penghijauan di lokasi pesantren atau kampung halaman masing-masing.
Dalam upacara itu juga diumumkan pemenang Iomba penghijauan yakni Kelompok Tani Sumber Agung dari Blitar sebagai pelaksana terasering terbaik, Kelompok Petani Bojongloa, Cisalak (Jabar) sebagai pembina hutan rakyat swadaya terbaik dan Suyatman dari Lampung Selatan sebagai petugas penghijauan teladan.
Kegiatan lain menghadapi puncak acara PPN ke-28 itu antara lain pertemuan Kelompok Pelestarian Sumber daya Alam di Jakarta dan Blitar, Safari Karya Penghijauan yang diikuti pemuda dan Pramuka, mulai dari Jakarta sampai Jatim serta sarasehan kader santri penghijauan.
Hasil Pelita IV
Menhut Hasjrul Harahap melaporkan, kegiatan penghijauan selama Repelita IV telah menghasilkan pembentukan 2.057 unit percontohan Usaha Pelestarian Sumber daya Alam atau usaha tani menetap, rehabilitasi dan konservasi tanah swadaya masyarakat seluas 66.903 hektar, pembentukan hutan rakyat 35.804 hektar, serta peningkatan jumlah kader usaha tani menetap menjadi 2.757 orang dari hanya 128 orang yang dikursus.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (19/12/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 581-583.