PENGUSAHA RI PINJAM BANK PEMBANGUNAN ISLAM
Jakarta, Antara
Para pengusaha Indonesia diimbau untuk memanfaatkan fasilitas keuangan Bank Pembangunan Islam (IDB) dalam menjalin bubungan perdagangan dengan rekannya dari negara anggota.
Imbauan itu dikemukakan Menteri Perindustrian Hartarto hari Senin melalui pers, setelah ia melaporkan kepada Presiden Soeharto tentang hasil pertemuan para menteri industri negara-negara anggota OKI di lstambul (Turki) akhir bulan lalu.
Dengan menggunakan fasilitas tersebut, kata Hartarto, para pengusaha Indonesia dapat lebih mudah mengekspor hasil produksinya ke negara-negara anggota OKI.
Pertemuan konsultasi yang berlangsung 27-28 Juni itu dihadiri 25 utusan dari 25 negara anggota OKI, termasuk Indonesia, serta badan-badan di lingkungan OKI seperti IDB dan organisasi industri PBB (Unido) sebagai peninjau.
Sidang bersepakat memperlancar terbentuknya usaha patungan dalam bidang industri di antara negara-negara OKI. Juga disepakati terjalinnya kerjasama antar pusat produktivitas negara-negara OKI serta saling menukar informasi dalam pengembangan industri kecil.
Demikian pula kerjasama bidang teknik, rancang bangun dan perekayasaan industri, kata Hartarto.
Manfaat bagi Indonesia dalam jangka sedang dari kesepakatan itu antara lain, para pengusaha Indonesia dapat mengembangkan proyek industri dalam bentuk patungan dengan pengusaha negara anggota OKI.
Menteri Hartarto juga melihat peluang bagi pemasaran mesin dan peralatan pabrik, bahkan pabrik secara utuh, ke negara-negara OKI yang memerlukan, termasuk kemampuan rancang bangun dan perekayasaan.
Mesin dan peralatan yang ada peluang itu antara lain untuk pabrik kelapa sawit, gula, karet remah, bolier, mesin pompa dan pressure vessels, di samping peralatan konstruksi seperti mesin gilas, mesin pemecah batu dan mesin pencampur aspal.
Kepada Presiden, Hartarto juga melaporkan hasil ekspor produk industri Indonesia periode Januari-Maret 1987 yang nilainya mencapai 1.257,92 juta dolar AS atau meningkat 10,7 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Dari jumlah itu hasil ekspor produk industri pengolahan mencapai 1.127,5 juta dolar atau meningkat 14,9 persen, sedang ekspor hasil industri primer 130,42 juta dolar atau menurun 15,8 persen dibanding periode Januari-Maret 1986.
lndustri primer yang sebagian hasilnya dieskpor itu minyak sawit, karet lembaran, gula tetes, nikel, timah dan obat-obatan.
Hartarto mengungkapkan, dalam periode tersebut juga telah timbul andalan komoditi ekspor antara lain barang industri dari karet, bubur kertas (pulp) dan kertas.
Senin pagi itu Presiden juga menerima kunjungan kehormatan Menteri Perdagangan Korea Selatan Woong Bae Rha yang datang disertai Dubes Korsel di Jakarta Kim Young Sup dan diantar Menteri Perdagangan Rachmat Saleh.
Tidak diperoleh keterangan tentang isi pembicaraan dengan tamu dari Korea itu. Menteri Woong Bae Rha hanya mengatakan bahwa ia datang di Indonesia untuk melakukan pembicaraan dengan Menteri Ekonorni Indonesia mengenai peningkatan perdagangan ke dua negara. (LS)
Sumber: ANTARA (06/07/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 482-483.