WAWANTJARA PERTAMA PRESIDEN:
PENJELESAIAN POLITIK SERAHKAN KEPADA SAJA [1]
Djakarta, Berita Yudha
Presiden/Pemimpin Besar Revolusi akan merumuskan penjelesaian politik dari persoalan jang timbul sebagai akibat dari apa jang dinamakan “Gerakan 30 September” atas dasar fakta2 jang njata dan tidak berdasarkan pembakaran2 dari fihak manapun.
Keterangan ini diberikan oleh Presiden/Pemimpin Besar Revolusi pagi kemarin kepada ketua dewan pimpinan LKBN Antara, Moh. Nahar, di Istana Merdeka. Ini adalah interview pertama jang diberikan oleh Presiden Sukarno kepada pers sedjak terdjadinja petualangan kontra revolusioner “Gerakan 30 September” .
Atas pertanjaan apakah PJM Presiden/Pemimpin Besar Revolusi sudah mendapatkan perumusan bagi penjelesaian politik dari pada persoalan jang timbul karena “Gerakan 30 September” Presiden/Pemimpin Besar Revolusi mendjawab: “Last dat maar aan mil over. Walt and sell” (Serahkanlah itu padaku. Tunggulah!).
Beliau segera pula menambahkan, bahwa penjelesaian politik itu akan beliau dasarkan atas dasar “real facts” dan tidak atas dasar pembakaran2 dari fihak mana pun djuga.
Menurut keterangan2 jang diperoleh wartawan Antara, Presiden/Pemimpin Besar Revolusi sejak terjadinja apa jang dinamakan “G-30-S” itu terus-menerus sibuk dengan hanja waktu istirahat jang sangat terbatas mengadakan pertukaran fikiran dan pembitjaraan2 dengan para menteri pembantu2 beliau serta pimpinan Angkatan Bersendjata dan pembesar2 dan pemimpin2 lainnja untuk membitjarakan masalah pemerintahan sehari2, agar supaja segala sesuatu berjalan lantjar dan normal.
Presiden Tetap Pertjaja Pada Tjakrabirawa
Dalam interview itu jang diadakan diserambi belakang Istana Merdeka, dimana Presiden/Pemimpin Besar Revolusi sedang sibuk mengadakan pembitjaraan dan memberikan instruksi2 kepada pembantu2 beliau dalam pemerintahan, kepada Presiden/Pemimpin Besar Revolusi diadjukan pula pertanjaan apakah kepertjajaan beliau tergontjang terhadap Resimen Tjakrabirawa berhubung dengan terlibatnja sementara oknum2 Tjakrabirawa dalam “G-30-S”.
Dalam hubungan ini beliau memberikan beberapa keterangan2 dan pendjelasan2 bagaimana kesatuan2 Resimen Tjakrabirawa melakukan tugasnja dalam saat2 yang genting, untuk mengamankan dan menjelamatkan Presiden/Pemimpin Besar Revolusi. Beliau menerangkan bahwa ketika beliau atas kehendak sendiri dan bukan karena desakan atau todongan siapapun meninggalkan Istana Merdeka pada tgl 1 Oktober pagi hari menudju kepangkalan Halim Perdana Kusumah, ia melakukan pengawalan dan pengamanan adalah kesatuan Tjakrabirawa jang dilaksanakannja dengan sebaik2nja. “Demikian pula ketika saja meninggalkan Halim menudju ke Bogor,jang mengawal saja – mengawal in do goode betekenia van het word – adalah Tjakrabirawa. Djuga disini ingin saja tegaskan sekali lagi bahwa keberangkatan saja ke Bogor itupun atas kehendak saja sendiri dan bukan karena paksaan atau todongan2.
Presiden Sukarno menegaskan bahwa perdjalanan ke Bogor itu dilakukan beliau dengan kendaraan bermotor dan bukan dengan helicopter.
Pada achirnja beliau mendjelaskan pula bahwa selama beliau berada di Bogor dan ketika beliau berangkat dari Bogor ke Djakarta pada tanggal 9 Oktober jl. jang melakukan pengawalan adalah kesatuan2 Resimen Tjakrabirawa jang telah dilaksanakan dengan sebaik2nja. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (15/10/1965)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 55-56.