PERANAN ABRI DALAM PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI DAN HUBUNGANNJA DGN. KEHIDUPAN KEPARTAIAN DI INDONESIA

PERANAN ABRI DALAM PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI DAN HUBUNGANNJA DGN. KEHIDUPAN KEPARTAIAN DI INDONESIA [1]

Oleh: Brigdjen Mas Isman

 

Djakarta, Angkatan Bersenjata

Semua tenaga pokok dimasjarakat baik jang ABRI maupun jang Non­ ABRI lebih sering diadjak bermusjawarah dan lebih aktif diikut sertakan dalam menjelesaikan masalah2 dewasa ini.

Selandjutnja perlu ditjiptakan suasana saling pertjaja-mempertjajai dan untuk itu perlu dihindarkan segala bentuk “favouritism”, seperti sistim pilih kasih, kontjo-isme, klik-klikan dsbnja; disamping itu harns lebih banjak diperkembangkan partisipasi dari semua tenaga jang berguna.

Dalam situasi jang sudah mmit dewasa ini maka hendaknja keadaan djangan diperumit lagi oleh pertentangan2 jang bersifat tidak prinsipil.

Achirnja pra-kondisi materiil jang perlu segera dipenuhi, ialah untuk membebaskan rakjat dari tekanan2 ekonomi jang tidak tertahan lagi dan membuka peluang baginja untuk sekedar bernafas.

Maka kegiatan produksi barang2 kebutuhan pokok jang diperlukan oleh rakjat untuk menjambung hidupnja harus diberi proteksi seperlunja dan djangan dibiarkan bersaing setjara liberal dengan barang2 berasal dari luar negeri.

Masalah Pembangunan ABRI Jang Modern

Adanja ABRI jg kuat dan modern adalah mutlak perlu bagi Indonesia dipandang dari banjak segi.

Dalam hubungannja dengan mekanisme Demokrat Pantjasila meningkatkan mutu dan kemampuan ABRI sebagai alat Negara, berarti meningkatnja mutu dan kemampuan ABRI sebagai stabilisator.

Dengan begitu akan lebih terdjamin bahwa mekanisme Demokrasi Pantjasila bisa berdjalan lantjar, artinja, bahwa kehidupan politik dan proses Demokrasi Pantjasila bisa berdjalan dengan wadjar.

Djadi usaha meningkatkan kemampuan militer ABRI, bukanlah usaha anti demokrasi, malahan sebaliknja, adalah usaha jg mungkinkan demokrasi berfungsi dengan wadjar.

Mengingat pentingnja fungsi ABRI, sebagai stabilisator maka adalah penting pula bahwa integritas tubuh ABRI terpelihara dalam segala keadaan.

Maka disamping meningkatkan mutunja sebagai alat Hankam, maka harus didjaga bahwa dalam tubuh ABRI djangan sampai timbul ketegangan2 sosial.

Sudah mendjadi pengalaman Indonesia bahwa kehidupan politik sering mengalami krisis2 jang bersumber adanja tekanan2 djiwa atau tjampur tangan dari luar.

Kekajaan Indonesia dan kedudukan Indonesia jang sentral dalam sebuah persimpangan dunia jang vital, jakni antara dua samudera dan dua benua, memang mendjadikan Indonesia mangsa jang menarik bagi kekuatan2 luar.

Kedudukan Indonesia jang sentral dalam persimpangan dunia jang begitu penting itu menghadapkan Indonesia pada dua pilihan jang tadjam: Atau Indonesia diatur oleh lalu-lintas jang liwat persimpangan itu, atau Indonesia jg mengatur lalu-lintas jang liwat persimpangan itu.

Djalan tengah pada hakikatnja tidak ada: Indonesia kuat, atau Indonesia akan terombang-ambing oleh kekuatan luar.

Oleh karena itu adanja ABRI jang kuat dan modem, jg selain berfungsi sebagai perisai pertahanan, djuga memiliki tindju strategis jang bisa berfungsi “means of deterrense” tjampur tangan pihak2 luar, adalah mutlak perlu bagi kehidupan nasional jg stabil di Indonesia.

Maka itu bangsa Indonesia harus rela membajar kemahalan ini, jaitu pembangunan ABRI jang kuat dan modern. Oleh karena dipandang dalam djangka djauh ini adalah lebih murah daripada memiliki ABRI jang lemah tetapi dgn konsekwensi bahwa kehidupan nasional Indonesia terombang­ambing oleh kekuatan2 luar.

Kesimpulan

Dengan sistim pembinaan berupa mekanisme Demokrasi Pantjasila, maka ABRI bisa mainkan peranan sebagai pembina kehidupan demokrasi dan kemahiran bimbingan ABRI dapat mengembangkan tata-tjara pembinaan Demokrasi Pantjasila dIm hubungannja dengan kehidupan kepartaian di Indonesia.

Dalam arena politik Demokrasi Pantjasila terdapat tiga kekuatan pokok, jaitu Golongan Karyawan ABRI, Golongan Karyawan Non-ABRI dan Non­afiliasi, dan Golongan Parpol/Ormas.

ketiga golongan ini berlomba dalam alam demokrasi untuk membuktikan kesanggupan pengabdian kepada rakjat dan golongan mana jang akan menondjol kelak adalah bergantung pada besar ketjilnja amal kepada rakjat.

Meskipun harus diakui bahwa bimbingan ABRI akan dapat mempunjai pengaruh dalam proses perkembangan2 ketiga golongan tsb, tetapi kita harus sama2 mengakui dan sama2 mejakini bahwa achirnja suara rakjatlah jang merupakan suara jang paling keramat dan jang menentukan.

Sehubungan dengan itu maka ABRI harus mempergunakan unsur2 ABRI setjara maksimal, baik dalam bidang tugas angkatan maupun dalam bidang tugas kekaryaan, dgn berpedoman pada pengertian “the right man on the right place”.

Selandjutnja ketrampilan dan keluasan pimpinan ABRI sangat diperlukan dalam menghadapi persoalan rumit ini dan perlu ditandaskan bahwa suksesnja satu sistim atau mekanisme akan banjak dipengaruhi oleh UNSUR MANUSIA jang melaksanakan.

Achirnja, suksesnja ABRI dalam mempraktekkan peranannja berarti bergeraknja seluruh bangsa menudju tudjuan revolusi, ialah masjarakat adil­-makmur, ditengah2 susunan dunia dan kehidupan umat manusia jang progressif, bebas dari segala matjam bentuk penindasan dan eksploitasi. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (01/07/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 752-755.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.