PERANAN SOSIAL POLITIK ABRI TIDAK UNTUK DI KHAWATIRKAN

PERANAN SOSIAL POLITIK ABRI TIDAK UNTUK DI KHAWATIRKAN [1]

 

Djakarta, Kompas

Gugurnja para Pahlawan Pantjasila 2 tahun jang lampau telah melahirkan beban berat kepada ABRI.

Sedjak 2 tahun jang lalu, peranan ABRI jang menentukan bukan sadja dibidang pertahanan-keamanan tetapi djuga dalam bidang pemerintahan.

Peranan ABRI sebagai kekuatan sosial-politik bukan sadja diakui, melainkan menentukan dengan posisi kepemimpinannja.

Maka pada hari ABRI ini kita hendak menjoroti peranan sosial-politik tadi.

Satu hal sudahlah djelas, kepemimpinan ABRI dibidang pemerintahan adalah kepimpinan jang diperolah melalui djalan konstitusionil.

ABRI mendjudjung tinggi Konstitusi djuga pada saat rakjat banjak meminta agar djalan konstitusionil itu dilewati sadja atas dasar situasi jg mendesak.

Melalui djalan konstitusionil pula selandjutnja personalia ABRI memperoleh kekuasaan didaerah2 sebagai Gubernur dan lain2nja maka tidaklah ada kesangsian tentang benarnja prosedur jang telah ditempuh.

Tetapi kita semua tabu bahwa prosedur konstitusionil adalah kerangka, adalah bentuk. Didalamnja ada unsur politik.

Unsur imbangan kekuatan, tekanan, budjukan jang amatlah wadjar dalam setiap bentuk kehidupan politik sebagai lembaga jang mempunjai kekuatan fisik, djelaslah bahwakemampuan presure dan persuasion dari ABRI amatlah menentukan dalam prosedur2 konstitusionil itu.

Dari segi inilah timbulnja kekawatiran jang sering dilontarkan dalam bentuk awas bahaja militerisme dll.

Bukan pada prosedur konstitusionil, tetapi pada prosedur politik.

Bahwa kekuatan politik ABRI disebabkan oleh kurang mampunja kekuatan2 sosial politik, sipil, ini kita akui.

BERDASARKAN kenjataan itu maka dua hal minta kita perhatikan.

Pertama kewadjiban Pemerintah untuk menumbuhkan kekuatan sosial politik sipil jang berwibawa dan berorientasi pada program nasional.

Agar dapatlah ditjapai keseimbangan jang konstruktif antara kekuatan sosial politik ABRI dan kekuatan sosial politik sipil hanja atas dasar keseimbangan itu demokrasi Pantjasila bisa dibina untuk kepentingan orang banjak setjara efesien.

Setjara kongkrit hal ini al. berarti agar ABRI berani mempergunakan kewibawaan dan kekuatannja untuk menempatkan orang2 jang tepat pada djabatan2 pemerintah baik dipusat maupun didaerah.

Sekalipun personalia ABRI jang ditjalonkan, tetapi djika temjata ada tokoh sipil jang mempunjai kemampuan dalam bidang tertentu lebih besar, baiklah orang sipil itu jg didukung oleh ABRI.

Berulangkali hal ini kita kemukakan, karena tahapnja sekarang ini tahap pelaksanaan dalam tahap pelaksanaan jang menentukan ialah personalia aparat maka mendjadi kewadjiban ABRI mempergunakan kewibawaan dan kekuatannnja untuk mendobrak kematjetan aparat dengan menempatkan orang2 jang bagi bidangnja dan tak segan menarik personilnja sendiri jg ternjata tak mampu.

Soal lain adalah soal keamanan pertama keamanan terhadap gerpol PKI dan orla.

Operasi pembersihan fisik dan mental perlu ditingkatkan hasilnja akan besar apabila ABRI terikat oleh satu disiplin, satu pimpinan dan satu kebidjaksanaan jang kuat.

Kedua, keamanan jang berupa perlindungan terhadap rakjat banjak baik setjara kelompok maupun individu keluhan dalam hal perlindungan ini masih banjak.

Pimpinan ABRI pun tahu dan telah mulai mengadakan pembesihan kedalam dengan menegakkan disiplin jang kuat pada anggota2nja.

Pembersihan kedalam ini wadjib ditingkatkan.

Kita tahu kehidupan pradjurit tidaklah ringan.

Maka daripada mentjari biaja diluar hukum dan kebidjaksanaan Pemerintah, lebih baik biaja diperbesar melalui anggaran belandja biasa dengan mengingat keuangan Pemerintah.

Selandjutnja dalam menderita kekurangan itu, baiklah kita semua menjadari bahwa rakjat banjakpun hidupnja belum lebih baik kesetyakawanan meringankan beban dan membangkitkan idealisme.

Atasanpun berkewadjiban menundjukkan kesetyakawanan dalam keperihatinan itu.

Dengan terus menerus mengadakan self koreksi kita pertjaja ABRI bisa melaksanakan beban jang dipertjajakan kepadanja oleh rakjat banjak: mengamankan dan mengamalkan Pantjasila dalam program kongkrit untuk keamanan dan kesedjahteraan rakjat. (DTS)

Sumber: KOMPAS (03/10/1967)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 761-763.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.