PERINGATAN HARI PERTASI KENCANA DI LAMPUNG: PEMBANGUNAN PERTANIAN AKAN DITING KATKAN LAGI[1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto mengatakan dalam tahap tinggal landas nanti, pembangunan pertanian harus kita tingkatkan lagi. GBHN 1993 menggariskan agar kita meningkatkan diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian.
Hal itu dikemukakan Presiden pada Peringatan Hari Krida Pertanian, Hari Koperasi dan Hari Gerakan Keluarga Berencana Nasional (Pertasi Kencana) di Bandar lampung, Provinsi Lampung, Selasa pagi.
Menurut Kepala Negara, di tahun-tahun yang akan datang, kita harus menyusun perencanaan dan melaksanakan rencana-rencana di bidang pertanian ini lebih terpadu lagi. Kemampuan pengelolaan usaha pertanian harus makin ditingkatkan, terutama yang menyangkut usaha industri dan agri bisnis di pedesaan.”Hal ini sangat penting untuk makin menganekaragamkan produksi untuk meningkatkan nilai tarnbah dan untuk memperbesar daya saing komoditi pertanian kita, “kata Presiden.
Untuk itu, kata Kepala Negara, kemampuan petani harus ditingkatkan agar dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dalam menggunakan teknologi. Dengan demikian, para petani akan dapat mengelola usahataninya dengan lebih efisien. Kerja sama antar sektor swasta dengan petani dalam kegiatan agribisnis harus merupakan ketja sama yang sehat dah saling menguntungkan.
Menurut Presiden, dalam tahap tinggal landas yang akan datang potensi manusia akan bertambah penting, karena potensi manusia itulah yang merupakan kekuatan dinamis pembangunan. Potensi manusia itu akan menjadi kekuatan pembangunan yang besar, jika kualitasnya ditingkatkan dan organisasi sebagai wadah kerja samanya dibenahi. “Koperasi adalah salah satu wadah yang dapat melayani kebutuhan kerja sama rakyat kita, terutarna yang masih lemah ekonominya, “kata Kepala Negara.
Di bagian lain sambutannya, Presiden mengatakan, kita merasa berbesar hati karena kita juga telah berhasil meletakkan landasan yang kukuh bagi kelanjutan pelaksanaan gerakan keluarga berencana nasional di masa depan. Hal iniantara lain terlihat dengan makin luasnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan melaksanakan gerakan keluarga berencana nasional secara mandiri.
“Prosentase angka pertumbuhan penduduk terus menurun. Usia harapan hidup meningkat keluarga kecil makin membudaya,” ujar Presiden.
Hari Keluarga
Selanjutnya Kepala Negara mengakui, meningkatnya peran serta masyarakat dan membaiknya keadaan keluarga-keluarga bangsa kita merupakan tanda bangkitnya semangat untuk memperbaiki keluarga-keluarga kita menjadi keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia. “Untuk memperkuat tekad kita mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera itulah, maka hari ini tanggal 29 Juni saya nyatakan sebagai Hari Keluarga Nasional, ” kata Presiden. Menurut Kepala Negara, dengan memilih Hari Keluarga Nasional ini, maka setiap tahun akan tergugah kembali kesadaran kita untuk membangun keluarga sejahtera.
“Sejak semula telah saya ingatkan bahwa tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana bukanlah untuk semata-mata membatasi keluarga, akan tetap justru untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga itu,”tandas Presiden.
Kepala Negara menjelaskan, tanggal 29 Juni sengaja kita pilih sebagai Hari Keluarga Nasional, karena pada hari itu 44 tahun yang lalu prajurit-prajurit TNI dan pejuang-pejuang kemerdekaan lainnya yang bergerilya di sekitar Yogyakarta, ibu kota perjuangan kita, bergabung kembali dengan keluarganya. “Mudah-mudahan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan itu dapat menjadi sumber ilham yang tidak pernah kering bagi bangsa kita dalam perjuangan pembangunan, ” kata Presiden.
Sumber: SUARA PEMBARUAN (29/06/1993)
_______________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 150-152.