PERINGATAN HUT KE-45 PERNIKAHAN PAK HARTO DAN IBU TIEN MERIAH

PERINGATAN HUT KE-45 PERNIKAHAN PAK HARTO DAN IBU TIEN MERIAH [1]

Jakarta, Angkatan Bersenjata

Peringatan Hari Ulang Tahun ke-45 pernikahan Presiden Soeharto dengan Ibu Tien (Siti Hartinah) diselenggarakan di Museum Puma Bhakti Pertiwi TMII, Sabtu malam, yang dihadiri oleh sanak keluarga, handai tolan, para sahabat dan kenalan lainnya.

Artis terkenal Titiek Puspa yang memandu acara itu, pertama minta putri tertua pasangan Pak Harto dan Ibu Tien, Siti Hardiyanti Hastuti atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Mbak Tutut, naik ke atas pentas untuk memberikan sepatah dua patah kata sehubungan dengan HUT ke- 45 pernikahan orang tuanya.

Tersendat-sendat beberapa kali dengan suara yang parau menahan rasa haru, Mbak Tutut yang mengenakan kebaya coklat muda kembang-kembang, atas nama kelima adik-adiknya menyatakan rasa terima kasih tak terhingga kepada bapak dan ibunya, yang selama lebih dari empat puluh tahun mengarungi bahtera hidup ini dengan memberikan bimbingan kepada anak-anaknya dilambari rasa tanggung jawab penuh.

Bimbingan itu menurut Mbak Tutut akan terus dijadikan pegangan hidup bagi dirinya dan adik-adiknya.

“Kasih sayang yang tulus dari bapak dan ibu, tidak pernah akan kami lupakan dan karni sulit untuk membalasnya,” kata Mbak Tutut menahan air matanya. Titik Puspa yang bijak langsung menenangkannya sehingga sambutan itu bisa diteruskan meski singkat.

Usai itu Pak Harto dan lbu Tien diminta naik ke pentas untuk memotong tumpeng. Sebelumnya Dr. Tarmizi Taber (Sekjen Departemen Agama) membaca doa. Acara pemotongan tumpeng ini juga sekaligus menandakan selamatan selesainya pembangunan Museum Puma Bhakti Pertiwi, meski belum diresmikan.

Artis-artis senior seperti Benyamin S, Bob Tutupoli, Idris Sardi, Kris Biantoro, Gatot Sunyoto, Marini, Dorce, Elvy Sukaesih, Eni Kusrini dan Waljinah secara berganti-ganti menyanyikan lagu lagu tempo dulu. Kabarnya Pak Harto dan ibu Tien sendiri yang memilih para artis itu untuk menghibur. Dalam jamuan santap malam, Pak Harto dan Ibu Tien duduk satu meja dengan Wapres Sudharmono, Umar Wirahadikusumah, Wahono masing-masing beserta istri. Dalam perkawinan selama itu Pak Harto dan lbu Tien dikaruniai enam putra/putri masing-masing Siti Hardiyanti Hastuti (43), Sigit Haryoyudhanto (40), Bambang Trihatmojo (39), Siti Hediati Haerijadi (30), Hutomo Mandala Putra (30), dan Siti Hutarni Endang Adiningsih (28).

Malam itu pula diluncurkan buku “Jejak Langkah Bapak Soeharto” Jilid V yang diterbitkan oleh PT. Citra Lamtoro Gung Persada, menyusul buku-buku lainnya tentang Pak Harto yang banyak terjual habis di toko toko buku.

Ketenteraman

Pak Harto mempunyai satu pegangan dalam membina kerukunan berumah tangga. Di dalam bukunya ‘Soeharto, Pikiran ,Ucapan dan Tindakan Saya’, ia menyebutkan pegangan hidup itu adalah ketenteraman, dan dengan ketenteraman ini akan diperoleh keturunan yang baik pula. Ketenteraman itu sebenarnya adalah saling pengertian antara suami-istri. “Tanpa saling mencintai dan saling mengerti, tidak akan ada kebahagiaan di rumah. Dan kebahagiaan hidup suami-istri tidak hanya untuk kedua orang itu, melainkan untuk menurunkan keturunan sebagai kodrat orang hidup yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” kata Pak Harto.

Bahwasanya suka terjadi cekcok antara suami-istri, itu adalah manusiawi. Tetapi percekcokan itu bukan sesuatu untuk dibiarkan menjadi sebab perpecahan, melainkan untuk mengoreksi satu sama lain, saling mengendapkan diri bukan untuk menjadi berantakan.

“Dengan pegangan itu,kami berlayar di atas perahu keluarga kami’. Dan kami kemudian dititipi enam anak, yakni tiga laki-laki dan tiga perempuan.”

Mengenai Museum Putra Bhakti Pertiwi, adalah suatu museum yang kelak akan menyimpan benda benda yang ada hubungannya dengan pengabdian Pak Harto dan keluarga kepada Nusa dan Bangsa. Peletakan batu pertama pembangunan museum itu dilakukan 26 Desember 1987, tepat HUT ke-40 Perkawinan Pak Harto dengan lbuTien.

“Sebagian besar dari gagasan pembangunan museum tersebut datang dari Ibu Tien, sebagai ungkapan rasa syukur sekeluarga kepada Tuhan YME, yang telah memberkati perjuangan dan pengabdian Pak Harto dan lbu Tien. Semula peletakan batu pertama itu dilakukan pertengahan 1987, namun Mbak Tutut mengusulkan hal itu dilaksanakan tepat pada peringatan perkawinan ke 40.

Menurut Hedijanto peresmian museum itu akan dilakukan Agustus tahun depan, dan ujud bangunan museum itu adalah permintaan ibu Tien. (3.13/2.1)

Sumber: Angkatan Bersenjata (28/12/1992)

________________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 727-729.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.