Lima Dubes Baru Dilantik
PERJUANGAN BERAT BAGI PENGERAHAN SUMBER DANA REPELITA III
Lima perwira tinggi ABRI Selasa kemarin dilantik Presiden Soeharto sebagai Dubes RI dalam suatu upacara di Istana Negara. Mereka adalah Letjen Hasnan Habib sebagai Dubes untuk Muangthai, Laksdya Samsul Bahri untuk India, Mayjen Soempono Bayuadji untuk Belanda, Mayjen Kahamddin Nasution untuk Republik Korea (Selatan) dan Brigjen Susidarto untuk Romania.
Kepada para dubes baru itu, Kepala Negara menggariskan tugas-tugas khusus mereka. Antara lain diingatkan perjuangan berat yang dihadapi dalam Repelita III nanti, yaitu bagaimana mengerahkan sumber-sumber dana pembangunan, dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk devisa.
Presiden mengemukakan tantangan ini harus dihadapi dengan kerja lebih keras. Di satu pihak untuk menemukan sumber-sumber dana baik di dalam maupun luar negeri, dan di lain pihak untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin.
Menurut Presiden Soeharto, khusus untuk meningkatkan penerimaan dari sumber dana luar negeri, maka selain meningkatkan produksi yang dapat dipasarkan ke luar negeri, juga harus disertai mencari perluasan pasaran baru.
“Ini tantangan yang tidak ringan, tapi kita tak boleh menyerah. Dan itulah antara lain tugas khusus yang saya minta diperhatikan oleh para Dubes,” demikian Presiden.
Diplomasi Perjuangan
Dikatakan, untuk melaksanakan tugas tersebut, dari para dubes RI diperlukan kelincahan gerak, tidak hanya melakukan diplomasi rutin, tapi diplomasi petjuangan.
“Diplomasi perjuangan bukanlah sikap gagah-gagahan atau radikal-radikalan. Tapi keuletan dan kelincahan dalam mempetjuangkan aspirasi, cita-cita dan kepentingan nasional!”
Menurut Presiden, diplomasi perjuangan mengharuskan diplomat tidak hanya mengakibatkan diri pada kebiasaan resmi dan keprotokolan saja. Tapi harus dapat menemukan dan mengembangkan cara-cara lain yang efektif.
Untuk itu, katanya, para diplomat RI harus yakin akan kebenaran jalan yang ditempuh negara dan pemerintahnya, harus menghayati dan mampu memantulkan cara hidup serta alam pikiran dan perasaan Indonesia, harus menguasai seluk-beluk masalah yang dihadapi negara dan bangsanya, harus menguasai masalah-masalah internasional dan memahami pengaruhnya terhadap Indonesia, harus mampu menangkis pandangan dan tindakan negatif terhadap Indonesia dan sanggup merebut hati, pengertian, dukungan dan kerjasama pihak lain, serta harus memahami perilaku masyarakat Indonesia di luar negeri, sehingga mampu membina dan menggerakkan mereka dalam satu irama pengabdian kepada kepentingan bangsanya.
Dubes Hasnan Habib sebelumnya adalah Kepala Staf Administrasi Hankam. Ia menggantikan Dubes Charis Suhud yang kini menjadi Kepala Staf Kekaryaan Hankam.
Dubes Samsul Bahri semula adalah Panglima Kostranas, ia menggantikan Soegih Arto; Dubes Soempono Bayuaji tadinya Dirjen Perhubdar, menggantikan Sutopo Juwono. Sedang Kaharuddin Nasution sebelumnya adalah Itjen Deppen, ia menggantikan Sarwo Edhie Wibowo yang menjadi Itjen Deplu sekarang. Dan Dubes Susidarto semula adalah Kepala Rumah tangga Kepresidenan, Ia menggantikan Soekahar, yang kini disebut-sebut sebagai salah seorang calon Wagub DKI. (DTS)
Jakarta, Kompas
SUMBER: KOMPAS (13/09/1978)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 714-716.