PERLU WASPADA TERHADAP SUPER POWER DI INDOCHINA

Pertemuan empat mata Soeharto – Lee

PERLU WASPADA TERHADAP SUPER POWER DI INDOCHINA

Negara-negara ASEAN perlu waspada terhadap peranan negara-negara super power di Indochina, Menteri Sekretaris Negara (Mensekneg) Sudharmono mengatakan di Bali hari ini mengikuti selesainya pertemuan empat mata selama dua jam antara Presiden Soeharto dengan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, di Pertamina Cottage Bali.

"Misalnya RRT, apakah benar-benar baik terhadap ASEAN perlu penelitian yang mendalam," kata Menteri.

Jangan karena RRT secara umum mengatakan mereka mengerti ASEAN, lalu kita langsung menormalisasi hubungan.

"Kita harus waspada terhadap sikap RRT yang demikian itu," kata Sudharmono.

Dalam pertemuan itu diadakan tukar-menukar informasi baik tentang situasi dalam negeri masing-masing maupun hal yang dihadapi bersama disekitar kita, kata Menteri.

"Apakah itu tentang ASEAN serta hubungannya dengan negara-negara Non ASEAN, disamping masalah-masalah Indochina," ucap Menteri Sudharmono.

Menurut Menteri Sudharmono, dengan adanya pertemuan berkala itu, diharapkan sikap-sikap ASEAN mempunyai persamaan dalam langkah-langkah yang diambil.

Menteri mengingatkan tujuan ASEAN adalah meningkatkan kemampuan dan ketahanan nasional masing-masing negara.

"Pertemuan-pertemuan itu mempunyai artidan manfaat yang besar," katanya lagi.’

Menteri mengatakan, kerja sama antara negara-negara ASEAN dalam bidang pembangunan sepanjang memungkinkan tidak ada salahnya.

"Masalah diesel engine," kata Menteri Soedharmono, Indonesia masih tetap bersikap Singapura boleh saja memproduksi dengan kekuatan 200 PK.

Tetapi yang boleh mereka ekspor ke Indonesia hanya yang berkekuatan 500 PK keatas.

Jalan Pertemuan

Presiden Soeharto dan PM Singapura Lee Kuan Yew, hari Senin, tepat jam 10.00 memulai pembicaraan empat mata di cottage Presiden dalam lingkungan Pertamina Cottages Pantai Kuta Bali.

PM Lee keluar dari cottagenya, kemudian diantar Kepala Istana Presiden Jakarta, Joop Ave berjalan kaki menuju cottage Presiden Soeharto, yangjarak antara dua gubuk itu kira-kira 70 meter.

Presiden Soeharto menyambut tamunya di belakang pintu, kemudian keduanya bersalaman sambil menanyakan keadaan kesehatan masing-masing. Kedua Kepala Pemerintahan itu memberikan kesempatan pada para wartawan untuk mengabadikannya.

Pagi itu, Presiden Soeharto mengenakan baju safari dan celana warna abu-abu sedangkan tamunya berbaju batik kembang kecil dengan dasar putih.

Keduanya tampak segar, padahal salah seorang pengawal mengatakan, Senin dini hari dari jam 01.00 sampai 03.15 Kepala Negara sempat menonton pertandingan final piala dunia melalui pesawat TV

Penjagaan keamanan disekitar cottage sama sekali tidak menyolok, hampir tidak kelihatan petugas-petugas berpakaian seragam didalam komplek penginapan itu. Tamu cottage biasa pun masih tetap bebas mandi-mandi di kolam renang atau jalan­jalan di taman sekitar cottage.

Keterangan Lee Kuan Yew

"Kita melihat karang dan bintang yang sama (we see the same rocks and we see the same star)” demikian, kata PM Singapura Lee Kuan Yew melukiskan telah tercapainya persamaan pandangan dalam pertemuan empat matanya yang pertama dengan Presiden Soeharto di Pertamina Cottage hari Senin.

Lee Kuan Yew tidak bersedia menjelaskan apa yang ia maksudkan dengan "karang" dan "bintang" itu, "Saudara-saudara mempunyai imajinasi yang kreatif saudara-saudara tidak perlu bantuan saya (you have creative imagination you need not my help),” demikian katanya sambil bergurau.

PM Lee Kuan Yew mengatakan, dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto itu dibicarakan pentingnya untuk saling membantu pembangunan perekonomian masing-masing negara ASEAN, karena kebangkitan ekonomi sebuah negara ASEAN berarti juga kebangkitan ekonomi seluruh negara-negara ASEAN.

PM Lee Kuan Yew menyatakan dengan adanya ketjasama dan saling membantu masing-masing negara berarti ASEAN mempunyai kekuatan dan rasa setia kawan.

Presiden Soeharto, kata Lee Kuan Yew banyak menjelaskan tentang pembangunan Indonesia serta pendapatannya tentang situasi Indonesia.

Selesai perundingan dan makan siang di Kuta, kedua pemimpin ASEAN itu berangkat menuju Bedugul untuk melanjutkan pembicaraan ditempat tersebut. (DTS)

Kuta, Bali, Merdeka

Sumber: MERDEKA (27/06/1978)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 665-667.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.