PERPANJANGAN PEMBATASAN SUPLAI TIMAH ATPC
Jakarta, Antara
Negara-negara produsen timah yang tergabung dalam ATPC dalam sidangnya di Kuala Lumpur akhir pekan lalu menyepakati perpanjangan pembatasan atau rasion alisasi suplai timah.
Menteri Pertambangan dan Energi Subroto setelah melaporkan hal tersebut di Kepada Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta Rabu menjelaskan kepada wartawan, dua produsen di luar ATPC yaitu Brasil dan Cina yang dalam sidang di Kuala Lumpur hadir sebagai peninjau, menjanjikan kerjasama dengan ATPC dalam upaya mengembalikan keseimbangan harga timah.
“ATPC akan mengajak juga negara produsen lain seperti Peru, Birma dan Zimbabwe untuk melakukan tindakan serupa,” kata Subroto.
Sidang ATPC itu mencatat bahwa pelaksanaan pembatasan suplai (supply rationalitation scheme) telah berhasil baik dalam upaya mengurangi kelebihan stock yang mengancam harga.
Stock pada Juni lalu, ungkap Subroto, tercatat 59.000 ton berarti turun dari keadaan pada Februari yang mencapai 73.000 ton.
Dengan menerapkan terus pembatasan suplai, diperkirakan stock pada akhir tahun ini bisa ditekan menjadi 45.000 ton, demikian Menteri Subroto yang turut dalam sidang ATPC tersebut.
Sebagai usaha jangka panjang untuk meningkatkan konsumsi timah di dunia, ATPC menerapkan riset dan strategi pengembangan melalui Lembaga Riset Timah lntemasional (ITRI) sebagai pelaksana resmi ATPC.
Ditanya mengenai kemungkinan perpanjangan Perjanjian Timah Intemasional (ITA) antara negara-negara produsen dan konsumen, Subroto mengatakan kemungkinannya kecil.
Sebagai forum bagi negara produsen dan konsumen, akan dibentuk semacam kelompok studi, yang rancangannya akan dibahas dalam komite pelaksana ATPC, demikian Subroto. ATPC terdiri dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Bolivia, Zaire dan Australia.
Sumber: ANTARA (30/09/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 545