PERS NASIONAL BERDIRI PADA DUA POSISI[1]
Medan, Antara
Seorang ahli ketatanegaraan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara (USU) berpendapat, pers nasional dewasa ini berdiri pada dua posisi, yakni sebagai pendorong masyarakat dalam pembangunan dan membangun dirinya sendiri. Ketika dihubungi di Medan, Rabu, seusai acara pembukaan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Rabu , Prof.DR.M.Solly Lubis, SH mengatakan, posisi itu cukup proporsional dalam kedudukannya sebagai sub sistem dalam kehidupan berbangsa. Namun demikian, dalam melaksanakan fungsinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara peranan pers perlu dikondisikan kembali hingga tercapai persepsi yang sama antara pemerintah, masyarakat dan pers itu sendiri. Dikatakannya, pola pembangunan pers telah dicanturnkan dalam GBHN, namun untuk masa mendatang perlu dipertajam fungsinya sebagai penterjemah, penyalur aspirasi dan pembentuk opini yang merupakan sarana pendidikan masyarakat secara ini.
“Dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan pengetahuan dan sumber daya di tengah-tengah masyarakat, peningkatan SDM dan kualitas keija pers perlu mendapat perhatian, dan ditingkatkan hingga tercapai apa yang diinginkan “,katanya .
Menanggapi pemyataan Presiden Soeharto yang disampaikan pada pembukaan HPN tentang perlunya kearifan pers dalam melaksanakan pemberitaan yang bebas dan bertanggungjawab, Solly Lubis mengatakan, kearifan itu harus dikembalikan pada idealisme pers itu sendiri. Menurut dia, idealisme pers harus benar-benar dijadikan prinsip yang bersifat universal agar nilai-nilai ke Indonesia-an bisa dipertahankan, dan ditumbuh kembangkan secara nasional di tengah-tengah berbagai kemajuan masyarakat dan teknologi . (U-Mdn .003/Mdn .001/DN0 1/9/02/94 23:28/RU3)
Sumber:ANTARA (09/02/1994)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 704-705.