PERTEMUAN 4 MATA SOEHARTO – SOMARE SINGGUNG PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN RI – PNG

PERTEMUAN 4 MATA SOEHARTO – SOMARE SINGGUNG PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN RI – PNG

Pertemuan empat mata antara Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Michael Somare Selasa pagi di kantor PM PNG tsb. berjalan lancar selama kurang dari dua jam.

Dua pokok pembicaraan utama menyinggung perbatasan antara kedua negara dan mengenai ASEAN.

Selesai pertemuan PM Somare menjawab pertanyaan wartawan “SH” mengatakan pertemuan singkat itu sangat bermanfaat.

Ia dan Presiden Soeharto katanya mengembangkan suatu cakrawala bam dalam hubungan antara kedua negara.

Untuk menanggulangi masalah perbatasan ini menganggap kedua belah pihak harus memberikan pelayanan lebih baik kepada rakyat mereka dari masing2 pihak. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun daerah masing2 yang dekat dengan perbatasan.

Kemungkinan inipun juga disinggung lebih terperinci pada pertemuan di ruangan lain antara Menlu Olewale dan Menko Polkam M. Panggabean, Menko EKUIN Widjojo Nitisastro dan Mensesneg Sudharmono dan pejabat2 tinggi rombongan Presiden.

Pada pertemuan tingkat Menko dan Menteri tsb. Olewale mengharapkan agar pada pertemuan tahunan Menlu2 ASEAN yang berikut ia tidak saja datang sebagai peninjau tetapi juga diberikan briefing setelah pertemuan selesai.

Hal itu, katanya, penting baginya agar ia bisa menjelaskan perkembangan ASEAN kepada seluruh Forum Pasific Selatan di mana PNG menjadi anggota salah satu negara yang paling besar.

PNG Sediakan Dana

PNG akan menyediakan setengah juta dollar AS untuk pembangunan dekat perbatasan dengan Indonesia pada bagian mereka. Oleh karena itu berulang-ulang PM Somare maupun Menlu Olewale mengharapkan dari Indonesia pengertian agar juga dilakukan pembangunan yang seimbang di perbatasan bagian Indonesia agar rakyat Irja tidak tergoda terus untuk menyeberangi perbatasan tsb.

Olewale menyebutkan mengenai aspek sekuriti dari penyeberangan orang2 Irja tsb. Dan mereka sudah mulai prihatin. Karena ingin meningkatkan lapangan kerja untuk rakyatnya sencliri.

Ketua Persatuan Wartawan PNG bercerita bahwa penyeberang dari Irja sesudah keluar dari karantina biasanya memperoleh kesempatan kerja yang sama dengan orang-orang PNG sendiri yang punya ketrampilan sama.

Indonesia minta saling tukar informasi mengenai perkembangan pembangunan di masing-masing tepi perbatasan agar pembangunan tetap dapat seimbang. Agar hal ini, dicantumkan sebagai bagian dan persetujuan perbatasan yang akan disetujui dan ditandatangani dalam waktu dekat.

Somare maupun Olewale mengharapkan PNG diperbolehkan untuk membawa penumpang ke beberapa tempat di Indonesia sebagai pelaksanaan persetujuan perhubungan udara yang dicapai kedua negara Maret yl. Indonesia dalam hal ini tentunya akan memperlakukan PNG tidak beda dengan negara tetangga dan sahabat lainnya

Kerjasama Terbaik

Selesai pertemuan empat mata Presiden Soeharto dan PM Somare, demikian juga pertemuan tingkat Menko dan Menteri di ruangan lain, kedua Kepala Negara RI dan PNG menyaksikan penandatanganan persetujuan kerjasama teknik antara kedua negara yang dilakukan oleh Menko Polkam Panggabean dan Menlu Olewale atas nama pemerintah masing-masing.

Dalam perjanjian itu disebutkan kedua negara akan saling tukar penasihat, akhli, teknisi, pengajar dan mahasiswa dan menyediakan latihan praktis yang diperlukan kedua negara untuk pembangunan. Bahwa kerjasama tsb akan dibiayai bersama atau dibantu oleh negara ketiga atau badan internasional.

Sementara itu pertemuan empat mata mau pun tingkat Menteri berjalan dalam suasana baik sekali. PNG ingin mengetahui pandangan dan pengalaman Indonesia dalam membina hubungan dengan dunia luar.

Tiba Senin Petang

Presiden Soeharto beserta rombongan Senin sore tiba di Port Moresby untuk kunjungan resmi kenegaraan selama tiga hari di Papua Nugini.

Hamparan permadani merah dan dentuman meriam 21 kali serta upacara kebesaran militer lainnya menyambut kedatangan Presiden Soeharto setibanya di lapangan udara internasional Jackson’s Port Moresby.

Kunjungan Presiden Soeharto adalah kunjungan resmi Kepala Negara yang pertama kali yang pernah diterima pemerintah dan rakyat Papua Nugini sejak negeri itu mencapai kemerdekaan 16 September 1975.

Dalam kunjungan kenegaraan ini ikut-serta pula Ibu Tien Soeharto. Juga terdapat dalam rombongan resmi Presiden, Menko Polkam M. Panggabean dan Menko Ekuin Widjojo Nitisastro, Mensesneg Sudharmono masing2 disertai isteri serta beberapa pejabat pemerintahan lainnya. Ny. Panggabean ternyata tidak jadi mengikuti rombongan Presiden karena sakit.

Di lapangan udara Jackson’s tampak hadir menyambut kedatangan Presiden dan Ibu Tien Soeharto. Gubernur Jenderal J Papua Nugini Sir Lokoloko dan Lady Lokoloko, dan Perdana Menteri Michael Somare beserta istri.

Tampak pula hadir menyambut kedatangan Presiden Soeharto, Deputy Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri dan Perdagangan E. Olewale serta sejumlah Menteri dalam pemerintahan Papua Nugini, Ketua Parlemen K. Dibela, pimpinan oposisi I. Okuk, Panglima AB Brigjen Ted Diro serta para anggota korps diplomatik.

Tidak ketinggalan pula staf KBRI dan masyarakat Indonesia di Port Moresby, yang terletak di pantai selatan wilayah bagian Timur negeri itu yang dalam peta tampak seperti jazirah membentang ke arah Tenggara.

Antusias

Barisan penyambut terdiri dari anak sekolah dan rakyat segala lapisan sepanjang kira2 tiga kilometer berdiri di tepijalan yang dilalui Presiden Soeharto dari Jackson’s Airport sampai ke ibukota PNG Port Moresby.

Di Jackson’s Airport Presiden dan Ny Tien disambut dengan kalungan bunga anggrek oleh sepasang orang PNG berpakaian adat seperti saudara kita di irja.

Begitu tamu-tamu dari Indonesia turun tangga pesawat Garuda DC8 dan bersalaman dengan para tuanrumah. Dentuman meriam 21 kali kedengaran menggema di udara dingin dan menghilang di antara bukit-bukit yang mengelilingi Jakcson’s International Airport. Sementara itu kira-kira duapuluh orang penari dari School of Art PNG menari-nari sambil berbaring dekat pesawat Garuda, sebagai ucapan selamat datang.

Sambutan di lapangan terbang sederhana sekali, lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, disusul musik mars yang mengiringi Presiden memeriksa barisan kehormatan.

Namun hampir tidak putus barisan penyambut sepanjangjalan kira-kira enam mil dari lapangan terbang ke Port Moresby. Kelihatan sekali mereka antusias, bapak­ bapak melambaikan tangan sambil tersenyum memperlihatkan gigi merah karena makan sirih.

Upacara Penyambutan

Pesawat D-C8 Siliwangi Garuda Indonesian Airways yang membawa Presiden Soeharto dan rombongan menyentuh landasan lapangan udara Jackson’s pada pukul

16.55 waktu setempat (13.55 WIB) setelah terbang selama enam jam dari Jakarta.

Sesaat setelah pesawat berhenti, Kepala Protokol Papua Nugini dan Dubes Busiri Suryowinoto masuk ke pesawat menjemput masuk ke pesawat menjemput Presiden dan lbu Tien soeharto.

Presiden mengenakan stelanjas berwarna hitam lengkap dengan pici nasional. lbu Tien Soeharto mengenakan baju kebaya berwarna coklat tua bersulam kain lereng. Beberapa saat setelah dentuman meriam berhenti Presiden dan lbu Tien Soeharto menuruni tangga pesawat sambil melambaikan tangan kepada para penyambut. Siap menunggu di tangga pesawat Gubernur Jenderal Sir Lokoloko beserta istri, Perdana Menteri Somare dan isteri serta Panglima Angkatan Bersenjata Papua Nugini.

Setelah Gubernur Jenderal dan Perdana Menteri Somare mengucapkan selamat datang dan bertukar kata sejenak, dengan diantar Panglima Angkatan Bersenjata Papua Nugini, Presiden dan lbu Tien Soeharto bersama Gubernur Jenderal Papua Nugini dan Lady Lokoloko menuju ke podium untuk menerima penghormatan militer.

Sesaat kemudian terdengarlah lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ yang diikuti hadirin dengan penuh khidmat. Dalam upacara ini tidak diperdengarkan lagu kebangsaan Papua Nugini sesuai dengan tata-cara upacara penyambutan tamu Agung di negeri itu.

Setelah itu dengan didampingi Panglima Angkatan Bersenjata Papua Nugini memeriksa barisan pasukan kehormatan yang terdiri kompi bersenjata negeri itu. Di samping pasukan kehormatan terdapat satuan korps musik.

Selesai upacara resmi penyambutan Perdana Menteri Somare memperkenalkan kepada Presiden Soeharto dan rombongan Ketua parlemen Papua Nugini, pimpinan oposisi, para Menteri dalam pemerintahan negeri itu dan para anggota korps diplomatik.

Presiden dan lbu Tien Soeharto tidak lupa memberikan salam pada staf KBRI dan keluarga serta masyarakat Indonesia di Port Moresby yang turut menyambut kedatangan mereka di lapangan udara Jackson’s.

Poster

Anak-anak berteriak-teriak “Goodby, Goodby” dan melambaikan tangan kepada semua rombongan. Bagi rakyat Port Moresby yang 80 ribu itu kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto merupakan yang pertama yang cukup berarti. Dari Australia, Selandia Baru mereka anggap sudah biasa. Malahan kunjungan Ratu Elizabeth ll dari Inggeris hanya semacam hiburan bagi mereka.

Malam hari Senin Presiden dan Ny. beserta Menko Polkam, Menko Ekuin Mensesneg dan Dubes Busiri langsung mengadakan kunjungan kehormatan kepada Gubernur Jendral di kediaman resmi.

Selama hampir setengah jam mereka bercakap­cakap santai sambil minum teh dan makanan ringan. Hari pertama kunjungan kenegaraan selama tiga hari itu berjalan lancar. Malahan kira-kira duapuluh orang yang membawa poster anti Indonesia bercampur dengan para penyambut di tepi jalan dianggap tidak berarti. KBRI sudah mengetahui sebelumnya dan malahan seorang tokohnya sudah menjanjikan tidak akan terjadi kekerasan.

Sebelum Presiden danrombongan tiba polisi sudah terlebih dahulu membubarkan mereka. Tapi mereka muncullagi dengan poster terbuat dari kertas bekas, kertas minyak dan karton-karton. Pihak PNG menganggap membawa poster demikian sebagai hal sepele. Kelompok yang demikian selalu ada diantara mahasiswa universitas PNG yang terdiri dari 900 orang itu.

Keterangan dari pihak KBRI mau pun dari pihak pemerintah PNG yang dapat dikumpulkan wartawan “SH” Annie Bertha Simamora yang turut dalam rombongan Presiden menyebutkan bahwa mahasiswa yang sela1u demonstrasi untuk masalah yang kecil sekali pun sangat terpecah belah. Mereka tidak terorganisir. Malahan nama grup mereka tidak ada.

Dubes PNG untuk Indonesia, Dominic Diya menyebutkan mahasiswa mereka sebagai sangat manja. Uang kuliah, buku, akomodasi dan makan cuma-cuma dan mereka masih dapat lagi uang rokok dan minum. Mereka baru hari Senin ini masuk kuliah sesudah mogok selama dua bulan minta naik uang saku.

Tadinya mereka ini sudah tidak kedengaran lagi anti Indonesia. Tapi baru saja mereka mendapat inspirasi lagi sesudah mendengarkan ceramah Dubes Amerika Serikat untuk PBB, Andrew Young, tgl. 2 Mei yl, mengenai hak-hak azasi. (DTS)

Jakarta, Sinar Harapan

Sumber: SINAR HARAPAN (05/06/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 75-79.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.