PERTEMUAN PEMIMPIN EKONOMI APEC DI ISTANA BOGOR 15 NOVEMBER

PERTEMUAN PEMIMPIN EKONOMI APEC DI ISTANA BOGOR 15 NOVEMBER[1]

 

Denpasar, Antara

Pertemuan Informal II Pemimpin Ekonomi APEC (Asia Pacific Economic Co­ operation) setelah Pertemuan Informal I di Blake Island, Seattle, AS 20 November 1993, dijadwalkan berlangsung di Istana Bogor pada 15 November 1994.

“Ini masih tentatif, tetapi saya perkirakan 80 persen berlangsung tanggal 15 No­vember itu,” kata Kepala Badan Pelaksana Ketua APEC, Prof. Bintoro Tjokroamidjojo kepada wartawan seusai pertemuan “special assistants to the lead­ers” (wakil khusus para pemimpin) APEC di Pertamina Cottages, Bali, Selasa malam.

Pertemuan “special assistants to the leaders” di Bali yang berlangsung sehari itu diikuti semua wakil khusus yang telah ditunjuk para Pemimpin Ekonomi APEC, yang kini beranggotakan 17 negara.

Untuk Indonesia, Prof. Bintoro Tjokroamidjojo ditunjuk sebagai “special assis­tant to the president for APEC”. Menurut Bintoro, “memang banyak usulan mengenai tanggal pelaksanaan pertemuan informal Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor tersebut, tetapi alternatif terbaik yang disepakati tanggal 15 November itu”.

“Para wakil khusus yang bertemu di Bali ini akan menjelaskan tawaran jadwal tersebut kepada pemimpin negaranya masing-masing,” ujarnya.

Sejauh yang ditangkap dalam pertemuan para wakil khusus ini, menurut Bintoro, tidak ada negara yang keberatan dengan tanggal 15 November tersebut, meskipun tentunya akan dijelaskan dulu kepada para pemimpinnya masing-masing. Di samping sepakat dengan jadwal tentatif 15 November tersebut, kata Bintoro, pertemuan “special assistants to the leaders” APEC ini juga menyepakati format atau teknis pelaksanaan pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor nanti sama dengan yang telah berlangsung di Blake Island, Seattle. Jadi, pertemuannya bersifat pribadi-pribadi dan informal “kita akan pertahankan seperti di Blake Island,” ujar Bintoro. Dikatakannya, kesimpulan lain hasil pertemuan para wakil khusus yang akan mempersiapkan Pertemuan Informal II Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor ini adalah, antara Pertemuan Informal Para Pemimpin Ekonomi APEC dengan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VI APEC di Jakarta tidak “back to back” atau saling bergantian.

“Artinya, pertemuan informal Para Pemimpin Ekonomi APEC dengan KTM VI APEC berdiri sendiri-sendiri, ini antara lain untuk menghindari waktu yang sering mendesak, misalnya KTM belum selesai, panitianya sibuk, sudah akan dilanjutkan dengan pertemuan para pemimpin,” ujar Bintoro. Oleh sebab itu, jarak antara KTM VI APEC di Jakarta dan Pertemuan Informal II Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor berselang dua sampai tiga hari.

Kesepakatan lain dari pertemuan para wakil khusus ini adalah Chili akan aktif dalam KTM VI APEC di Jakarta dan Pertemuan Informal II Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor. APEC kini beranggotakan 17 negara, yakni Indonesia , Singapura, Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, Amerika Serikat, Australia, Papua Nugini, Kanada, China, Hong Kong, Jepang, Korea, Meksiko, Selandia Baru, Filipina dan Taiwan.

Menjembatani Dialog

Ditanya soal isu yang kemungkinan akan dibicarakan dalam Pertemuan Informal Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogor nanti, Ketua Badan Pelaksana APEC ini mengacu pada hasil pertemuan pertama di Blake Island, Seattle tanggal 20 Novem­ber 1993.

“Pertemuan di Blake Island, disamping mengeluarkan suatu visi (vision statement) juga menghasilkan prakarsa-prakarsa untuk melakukan program bersama dalam kerangka APEC,” kata Bintaro.

Dikatakannya, “pendapat saya dan juga pendapat para pengamat ekonomi lainnya, ada dua hal penting yang dihasilkan pertemuan informal di Blake Island, yakni menyangkut kerjasama antarnegara anggota APEC yang paling fundamental dan menjadi daya dorong kuat bagi keberhasilan Putaran Uruguay (Uruguay Round)”.

“Uruguay Round sudah selesai, idealnya akan semakin baik perdagangan dunia, pasar lebih terbuka-tetapi tidak bisa disangkal akan ada pihak-pihak atau sektor yang posisinya kurang menguntungkan ,”ujarnya.

Padahal yang diharapkan sebenarnya adalah negara-negara maju memberikan kesempatan luas kepada negara-negara berkembang, negara-negara tertentu diharapkan memberikan toleransinya kepada negara anggota lainnya.

Ini berarti, kata Bintoro, faktor kemitraan menjadi sangat penting untuk dibahas yang tentunya mengisyaratkan pula pentingnya isu-isu mendasar seperti ini dibicarakan lebih mendalam.

“Posisi Indonesia sebagai Ketua APEC yang juga Ketua Gerakan Non-Blok (GNB) menjadi sangat strategis,”ujarnya. Banyak harapan yang diinginkan datang dari peran Indonesia sebagai Ketua APEC dan Ketua GNB (Presiden Soeharto- red.) diantaranya bagaimana dalam pertemuan APEC nanti Indonesia menjembatani dialog antara Barat dan Timur disamping menjembatani dialog Utara – Selatan.

KTM 11-12 November

Bintoro ketika ditanya pelaksanaan pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM) II APEC di Bali yang akan mempersiapkan KTM VI di Jakarta mengatakan, “saya ke sini untuk pertemuan para wakil khusus yang akan mempersiapkan pertemuan infor­mal para pemimpin APEC di Istana Bogar nanti”. SOM II yang akan menyiapkan bahan untuk KTM VI di Jakarta terpisah dengan pertemuan para wakil khusus yang akan menyiapkan pertemuan informal pemimpin APEC di Istana Bogar, ujarnya dan menambahkan, “lebih baik ditanya di Nusa Indah saja”.

SOM II di Bali berlangsung di Nusa Indah Convention Centre (NICC) kawasan Nusa Dua, sedangkan pertemuan “special assistants to the leaders “APEC berlangsung di Pertamina Cottages di kawasan Kuta. Mengkonfirmasi isyarat Bintoro tentang kemungkinan KTM VI di Jakarta akan bertenggang waktu dua sampai tiga hari dengan Pertemuan Informal II Pemimpin Ekonomi APEC di Istana Bogar, sejumlah delegasi asing yang ditemui di sela-sela pertemuan pendahuluan tingkat pejabat tinggi APEC di NICC itu mengatakan, “KTM VI akan berlangsung  11-12 November”.

SOM II dimulai hari Rabu selama tiga hari, 18 – 20 Mei, yang dijadwalkan membahas empat bidang kerjasama yang ditonjolkan pada masa kepemimpinan In­donesia di APEC, yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), kerjasama memajukan perusahaan berskala kecil dan menengah. Bidang lain adalah, integrasi sektor swasta dalam kerangka APEC serta kerjasama pengembangan infrastruktur di negara-negara berkembang. (U-DPS-003/PU-18/DPS-001/EU08  / 17/05/94  22:04/RUl/23:23

Sumber:  ANTARA(17/05/1994)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 259-261.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.