PERTEMUAN PRESIDEN SOEHARTO – PM LEE KUAN YEW DI BALI

PERTEMUAN PRESIDEN SOEHARTO – PM LEE KUAN YEW DI BALI

Presiden Soeharto mengatakan di Ujungpandang, hari Jumat, bahwa ia akan mengadakan pertemuan tidak resmi dengan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew di Bali, Minggu depan.

Kepala Negara mengatakan hal itu ketika ia mengadakan pembicaraan telpon langsung dengan Gubernur Bali, Sukarman, di Denpasar sesaat setelah peresmian penggunaan jaringan microwave Indonesia bagian Timur di Ujungpandang.

"Hallo, Denpasar ", kata Presiden ketika memulai mengadakan pembicaraan melalui telpon jaringan microwave itu.

"Selamat pagi, pak di sini gubernur,"jawab Sukarman, Gubernur Bali. "Bagaimana, suaranya jelas?" tanya Presiden yang dijawab oleh Gubernur: "Baik sekali Pak".

Presiden dalam pembicaraannya dengan Gubernur Sukarman yang berlangsung selama 10 menit itu, meminta agar persiapan2 dilakukan sebaik2nya guna kelancaran pertemuan di Bali itu nanti.

"Saya minggu depan akan ke Bali untuk mengadakan pertemuan tidak resmi dengan PM Lee Kuan Yew. Siapkan baik2, sebab setelah pertemuan itu pihak Singapura akan melanjutkan pembicaraan2 diantara mereka sendiri untuk selama beberapa hari", kata Presiden.

"Dalam pembicaraan telpon peresmian jaringan microwave tersebut yang dilangsungkan di gedung baru DPRD, yang juga diresmikan oleh Presiden pagi itu, Gubernur Bali telah melaporkan keadaan daerahnya.

"Bagaimana keadaan di Bali?" tanya Presiden.

"Baik2 saja, pak,"jawab Gubernur. "Tapi, ada sedikit gangguan di Desa Bulutung, Kecamatan Kintamani, dimana rakyatnya mengalami kurang pangan karena tanaman mereka diserang hama tikus", katanya menambahkan.

”Tidak ada yang kelaparan?", tanya Presiden yang dijawab oleh Gubernur: ”Tidak ada".

Ketika ditanya tentang panen raya dan pembelian beras apakah sudah dilakukan, Gubernur Bali menjawab bahwa pembelian beras di beberapa tempat sudah dilakukan, Harga beras di Buleleng dan Denpasar turun.

"Kami memperkirakan tahun ini Bali kelebihan produksi beras 5000 ton, Pak", kata Gubernur Sukarman.

"Apa bisa ditampung?", tanya Presiden. "Bisa, Pak", jawab Gubernur.

Pada pembicaraan telpon yang didengar pula oleh anggota2 DPRD Sulsel itu, Presiden menanyakan tentang kunjungan Putri Beatrix dari Negeri Belanda bersama suaminya Pangeran Claus ke Bali.

"Bagaimana dengan tamu2 Belanda itu", tanya Presiden.

"Baik, Pak. Mereka belum puas dan ingin kembali lagi berkunjung ke Bali", kata Gubernur.

Bapak Siapa?

Selesai mengadakan pembicaraan dengan Gubernur Bali, Presiden kemudian mengadakan pembicaraan telpon melalui jaringan microwave dengan Bupati/KDH II Manggarai di Ruteng, Flores.

"Bapak mau bicara dengan siapa?" tanya operator wanita. "Dengan Bupati di Ruteng", jawab Presiden kepada operator.

"Bapak siapa?" tanya operator lagi sehingga membuat suasana gedung DPRD Sulsel di Ujungpandang itu riuh gemuruh oleh para hadirin yang terbahak2.

"Kira2 tau nggak, siapa yang bicara", ujar Presiden sambil tersenyum yang disambut gelak tawa oleh hadirin. Presiden kemudian meletakkan gagang telpon sambil menanti sambungan telpon ke Ruteng.

Setelah lebih kurang lima menit menunggu sambungan telpon Ruteng barulah operator menghubungi Presiden. "Silahkan Pak", kata operator yang nada suaranya menahan ketawa.

”Hallo Pak Bupati", kata Presiden.

"Bupati Ruteng di sini, Bapak Presiden", ujar Bupati/KDH II Manggarai, Frans Sale Lega.

"Di sini juga hadir Penjabat Gubernur NTT dan pejabat lainnya", katanya menambahkan.

"Apakah suaranya terang", tanya Kepala Negara. "Terang benar, Bapak Presiden", balas Bupati.

Kemudian Presiden menanyakan bagaimana keadaan rakyat dan daerah Ruteng yang dijawab oleh Bupati bahwa keadaan daerahnya baik2 saja.

Tapi menurut Bupati masih ada banjir dimana lima hektar padi rakyat yang sudah menguning musnah dibawa banjir.

Ketika ditanya Presiden bagaimana panen raya di daerah itu Bupati menjawab:

”Tidak tertolong Pak, tapi kami coba untuk menolong diri kami sendiri".

Bupati menceritakan bahwa panen jagung rakyat tahun ini rusak akibat angin topan, namun tanaman padi baik sekali.

"Sekarang lagi rame2 petik".

Presiden menanyakan berapa kira2 perlu bantuan pangan akibat tanaman jagung rakyat rusak. Bupati mengatakan,

"perlu lebih kurang 17.000 ton. Tapi jangan dari Sulsel”.

”Yang baik dari mana?" tanya Presiden.

”Yang baik kami tunggu panen kami, Bapak Presiden", jawab Bupati.

Pembicaraan telpon Presiden dengan Bupati Manggarai itu berlangsung lebih kurang 15 menit dan penuh gelak tawa.

Ketika ditanya Presiden tentang penggunaan bibit unggul oleh rakyat di Ruteng, dijawab oleh Bupati bahwa rakyat sudah senang memakai bibit unggul dan sudah gandrung pakai pupuk.

"Tapi, Bapak Presiden, jumlah pupuk untuk non-Bimas masih kurang. Rakyat suka beli bebas di pasaran. Untuk pupuk Bimas lancar".

Presiden mengatakan bahwa mudah2an bantuan pupuk untuk daerah Ruteng bisa dikirim secepatnya, namun Presiden mengingatkan akan masalah angkutan ke daerah itu.

Banyak Sekali

"Ada hal2 lain yang ingin disampaikan mumpung ketemu saya?" tanya Presiden kepada Bupati.

"Terima kasih, Bapak Presiden. Banyak sekali masalah yang ingin disampaikan.

Kami minta penerangan listrik sampai ke desa. Rakyat ingin sekali melihat televisi, apalagi bila ada upacara bapak begini agar kami bisa lihat", ujar Bupati.

"Apakah rakyat sudah mempunyai kemampuan untuk beli pesawat televisi, ?" tanya Presiden.

"Sudah banyak televisi di sini, Bapak Presiden. Tapi gambarnya kabur terus."

Sambil tersenyum2 Presiden mengatakan bahwa memang niat Pemerintah agar sistem satelit komunikasi Palapa dapat dirasakan manfaatnya sampai ke desa2, tidak saja untuk kepentingan ekonomi tetapi juga demi persatuan dan kesatuan bangsa. "Tetapi," kata Presiden, masalahnya, pembangunan itu tidak bisa dicapai sekaligus, melainkan bertahap.

"Rakyat harus sabar sedikit", demikian Presiden.

Ketika ditanya Kepala Negara apakah masih ada lagi yang ingin disampaikan, bupati spontan mengatakan bahwa rakyatnya ingin perbaikan jalan darat.

"Tidak ada stoom wals, Pak Presiden. Kami ini selalu berjalan di atas jalan berbatu2. Kami ingin juga jalan di atas aspal, Bapak presiden," ujar Bupati dengan logat Flores.

"Baik dan terima kasih, mudah2an akan jadi kenyataan di kemudian hari", jawab Presiden.

Presiden mengatakan dengan membaiknya hubungan telpon sekarang ini ke daerah itu hal ini akan memudahkan komunikasi antara kabupaten dengan daerah lainnya hingga mudah pulalah mengetahui perkembangan daerah itu.

Ketika Presiden akan mengakhiri percakapannya dengan Bupati, jelas terdengar suara Bupati yang ingin memotong2 pembicaraan karena masih hendak menyampaikan sesuatu kepada Presiden.

"Sampaikan salam saya pada Gubernur dan pejabat serta seluruh rakyat di sana", demikian Presiden Soeharto. (DTS)

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (16/06/1978)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 659-662.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.