PESAWAT PAK HARTO DITEMBAKI SEBELUM KE SARAJEVO PRESIDEN TANDATANGANI PERNYATAAN “SlAP MATI”
[1]
Sarajevo, Republika
Dalam suasana genting akibat insiden penembakan pesawat Utusan Khusus PBB, Presiden Soeharto kemarin berkunjung ke Sarajevo selama empat jam. Dalam kunjungan itu, Presiden mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Republik Bosnia Herzegovina, khususnya Presiden Alija Izetbegovic.
Pesawat jet bermesin ganda milik Unprofor -pasukan PBB di Bosnia -yang ditumpangi Soeharto, dari rombongan mendarat mulus di bandara Sarajevo tepat tengah hari. Namun, sebentar setelah tinggallandas dalam perjalanan pulang ke Zagreb, pesawat itu sempat ditembaki.
“Terdengar bunyi beberapa tembakan dari arah Stup (pinggiran bandara). Pesawat itu tidak kena sama sekali,”kata jurubicara PBB Kapten Miriam Souchaki.
Pesawat ini merupakan pesawat pertama yang mendarat setelah Bandara Sarajevo ditutup untuk sementara akibat ditembaknya pesawat pembawa Utusan Khusus PBB Yasushi Akashi, Ahad kemarin. Tembakan itu berasal dari kawasan sebelah bandara yang dikuasai tentara Serbia. Sebelum berangkat dari Zagreb, Presiden dan rombongan terlebih dulu menandatangani formulir pernyataan bahwa pasukan Unprofor tidak bertanggungjawab apabila terjadi hal yang luar biasa selama perjalanan antara Zagreb dan Sarajevo yang memakan waktu satu setengah jam itu. Juru bicara PBB Michael William menyebut keputusan Presiden Soeharto untuk mengunjungi Sarajevo merupakan langkah yang berani. Selain itu, kehadiran Presiden sangat dibutuhkan untuk memberi dukungan moral bagi masyarakat Bosnia dan upaya penyelesaian damai konflik Bosnia. Sarajevo sangat jarang menerima tamu setingkat kepala negara. Bulan lalu Presiden Turki Suleyman Demirel mengurungkan niatnya memasuki kota Sarajevo setelah merasa keamanannya terancam oleh pihak Serbia yang kerap menembaki pesawat yang mendarat di Sarajevo.
Ketua Solidaritas untuk Dunia Islam Drs. Lukman Harun, Ketua Umum MUI K.H.Hasan Basri, dan tokoh ICMI Dr. Watik Pratiknya mengaku terharu atas sikap konsisten dan keberanian Presiden Soeharto tersebut “Saya betul-betul terharu atas sikap Pak Harto,” kata Luknlan semalam.
Suasana tenang justru terjadi di bandara ketika Presiden Soeharto dan rombongan tiba. Di bandara, ia disambut hangat oleh Yasushi Akashi dan Komandan Unprofor. Sekitar 40 tentara pasukan Unprofor membentuk barisan “pagar betis” unhlk mengawasi situasi keamanan di sekitar Bandara Sarajevo itu. Penjagaan di bandara dilakukan oleh pasukan Prancis yang berpakaian loreng sambilmemegang senjata otomatis mereka. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka di sekitar bandara ditempatkan ratusan karung berisi pasir sebagai barikade.
Utusan Khusus Yasushi Akashi yang menyambut Presiden di tangga pesawat kemudian mengajak Kepala Negara memasuki sebuah ruangan di terminal untuk memberikan penjelasan tentang perkembangan terakhir di negara bekas Yugoslavia ini. Presiden kemudian meninggalkan bandara menumpang kendaraan lapis baja pengangkut pasukan (Armoured Personnel Carrier APC) milik Unprofor Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung serta Kepala Badan Pelaksana GNB Nana Sutresna menggunakan mobil serupa menuju istana Presiden dalam perjalanan selama 25 menit. Rombongan ini antara lain melintasi Vojvode Putnika, sebuah jalan besar yang sering pula disebut sebagai “Sniper Alley”jalur rawan penembak gelap. Istana Presiden Bosnia, sebuah bangunan compang-camping, terletak di pusat kota lama Sarajevo -kawasan yang dikagumi sebagai contoh toleransi tempat gereja Kristen Ortodoks, katedral Katolik Roma, masjid dan sinagog Yahudi hanya berjarak ratusan meter saja. Istana presiden itu termasuk sasaran empuk mortir dan tembakan Serbia.
Setiba di istana, Presiden Soeharto disambut oleh PresidenAlija Izetbegovic. Setelah itu, pembicaraan berlangsung dalam suasana akrab dan dilanjutkan pembicaraan pararel tingkat menteri. Seusai itu, Soeharto berkeliling kota Sarajevo menggunakan panser anti peluru dan selanjutnya menuju Bandara Sarajevo untuk kembali ke Zagreb, Kroasia.
Ratusan polisi berjaga-jaga di sepanjang jalan yang dilalui Presiden Soeharto dan rombongan. Ratusan penduduk Sarajevo pun berkerumun di pinggir jalan menyambut Presiden Soeharto yang datang dalam kapasitasnya sebagai Ketua Gerakan Non Blok. Kepada reporter di Zagreb, Menlu Ali Alatas mengatakan bahwa kunjungan Presiden RI itu dalam rangka menunjukkan dukungan pada Bosnia Herzegovina. “Kunjungan kami ini adalah untuk memberikan dukungan terus-menerus dan juga keprihatinan yang mendalam akan negeri ini,”katanya. (rif/alp/rtr/dam/ant)
Sumber: REPUBLIKA (20/03/ 1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 201-203.