Pidato Akhir Tahun ’94 Presiden Soeharto
KITA RISAU BILA KONSOLIDASI ORSOSPOL DAN ORMAS
TERGANGGU[1]
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menyatakan risau jika konsolidasi organisasi kekuatan sosial politik (orsospol) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) terganggu. Sebab Kepala Negara melihat, terganggunya konsolidasi organisasi akan berpengaruh terhadap kelancaran pembangunan nasional.
“Kita risau jika konsolidasi mereka terganggu, karena langsung maupun tidak langsung, hal itu akan mempunyai pengaruh kepada kelancaran pembangunan nasional kita,” ujar Presiden Soeharto dalam pidato akhir tahun yang disiarkan TVRI, Sabtu (31/12) malam.
Kepala Negara menjelaskan, tahun 1994 yang baru saja berakhir penuh dengan rangkaian kegiatan konsolidasi orsospol dan ormas. Namun Kepala Negara tidak menyebut satu persatu yang dimaksud orsospol dan ormas. Kepala Negara juga tidak memberikan penilaian mengenai bagaimana hasil dari upaya konsolidasi tersebut. “Sebagai wadah partisipasi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kita semua berkepentingan agar organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan itu kukuh dan berfungsi dengan baik,” katanya. Ditambahkan, keberhasilan pembangunan nasional sebagian memang dipengaruhi oleh kualitas orsospol dan ormas itu.
Bidang Ekonomi Melegakan
Mengenai perkembangan ekonomi, Presiden menilainya sebagai “cukup baik”. Laju pertumbuhan ekonomi pada 1994 diperkirakan melampaui 6,2 persen, yang merupakan sasaran tahun pertama Repelita VI. Laju inflasi cukup tinggi meski masih di bawah 10 persen. Sektor industri, ungkap Presiden, menunjukkan perkembangan cukup memadai. Namun sektor pertanian mengalami perlambatan terutama karena musim kemarau yang panjang.
“Ekspor non migas yang turun pada bulan-bulan awal tahun ini telah naik lagi dengan mengesankan pada bulan-bulan terakhir. Impor non migas juga naik, terutama karena meningkatnya investasi dalam negeri dan asing,” tutur Kepala Negara.
Cadangan devisa, terus bertambah besar dan dapat membiayai lebih dari lima bulan kebutuhan impor. Perkembangan pasar modal membesarkan hati, yang sekaligus menunjukkan kepercayaan investor kepada perekonomian dan bertambah efisiennya mekanisme pasar modal.
“Secara umum saya dapat katakan, kekuatan-kekuatan ekonomi dalam masyarakat kita terus berkembang dan dapat memanfaatkan setiap peluang yang terbuka, ” demikian Kepala Negara.
Presiden juga berpendapat, sebagian besar rakyat di kota dan di desa sudah ikut berperan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Tetapi Kepala Negara mengajak tidak melupakan sebagian penduduk yang masih tertinggal.
“Mereka perlu dibantu agar dapat bangkit dan mengembangkan potensi yang mereka miliki,” sambung Kepala Negara. Ia menambahkan, meskipun baru dilancarkan, program IDT telah menunjukkan hasil yang memberikan harapan.
Cintai Produksi Dalam Negeri
Presiden mengingatkan pula perlunya kita siap memasuki perdagangan bebas. Kalau tidak, kita akan tertinggal. Usaha mempersiapkan diri harus mulai dari sekarang juga. “Kita harus menghimpun seluruh kekuatan ekonomi bangsa kita, yang sudah besar, yang sedang maupun yang masih kecil. Kita harus meningkatkan efisiensi pada setiap kekuatan ekonomi kita, meningkatkan efisiensi ekonomi nasional kita,” katanya.
Bangsa Indonesia, ia menambahkan, harus meningkatkan daya saing barang dan jasa yang dihasilkan agar sanggup bersaing di gelanggang perdagangan dunia maupun bersaing dengan barang-barang dari negara lain yang akan masuk ke tengah tengah kehidupan. Untuk itu, Presiden mengajak agar bangsa ini mencintai produksi dalam negeri. “Sikap ini merupakan dukungan yang luar biasa besarnya bagi perkembangan industri nasional kita,” katanya.
“Semangat mengejar kemajuan, semangat kebersamaan, semangat nasionalisme baru itulah yang kita bawa dalam memasuki tahun 1995,”katanya.
Sumber: KOMPAS (02/01/ 1995)
______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 2-3.