PIDATO KENEGARAAN PD. PRESIDEN DJEN. SUHARTO DI DPRGR TGL. 16-8-1967 (XII)

PIDATO KENEGARAAN PD. PRESIDEN DJEN. SUHARTO DI DPRGR TGL. 16-8-1967 (XII) [1]

 

Djakarta, Angkatan Bersendjata

Demikian pula karena keterbatasan kita akan modal, maka pembangunan industri berat belum mungkin diadakan dalam pembangunan 5 tahun pertama ini.

Program pembangunan jg akan datang itu antara lain akan meliputi :

  1. Intensifikasi ekstensifikasi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan eksploitasi hutan;
  2. Pembangunan industri agraria;
  3. Pembangunan industri pangan;
  4. Pembangunan industri sandang, jg dapat mendukung keperluan tersebut pada a, b, dan c;
  5. Pembangunan prasarana dan perhubungan.

Dalam pada itu dalam masa 3-5 tahun pembangunan dan harus sudah dilakukan perentjanaan dan persiapan industri berat untuk tahap pembangunan selandjutnja.

Disamping pembangunan materiil tersebut diatas, maka perlu pula pembangunan spirituil. Dalam bidan ini, maka dalam djangka waktu 3-5 tahun jang akan datang harus sudah mulai terasa adanja kemadjuan dan keleluasaan pengembangan djiwa dan bakat rakjat, suatu kemadjuan mental dan technis jg diperlukan untuk memulai tahap-tahap selandjutnja menudju pada sasaran achir masjarakat adil makmur.

Untuk itu maka pertama-tama diperlukan perluasan dan penjempurnaan fasilitas pendidikan mulai dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sampai Pendidikan Tinggi, dgn mengutamakan pendidikan kedjuruan jang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan itu sendiri. Dalam hubungan ini tidak boleh dilupakan pengembangan dan pembangunan projek-projek riset, baik projek riset jang ilmiah sifatnja maupun riset-riset praktis, jang diperlukan untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru guna kemadjuan peningkatan produksi jang tjepat dan kemadjuan perkembangan kebudajaan Bangsa pada umumnja.

Pembangunan bidang-bidang keagamaan, kesehatan, keolahragaan, kesenian dan kebudajaan perlu pula mendapatkan perhatian dan dilakukan sedjalan dan serasi dengan pembangunan materiil.

Dengan terselenggaranja pembangunan dalam bidang spirituil jang tjepat, diharapkan Bangsa Indonesia akan mendjadi Bangsa jang sehat dan kuat, bermental berani dan kreatif, bertekun kepada Tuhan Jang Maha Esa dan siap menghadapi tugas-tugas pembangunan selandjutnja jg akan terus meningkat dan lebih berat.

Dilihat dari sumber pembiajaannja, maka basis daripada realisasi pembangunan terletak pada dua bidang, jakni Agradia dan Pertambangan, karena kedua bidang itu merupakan sumber penghasil devisa negara, sedangkan devisa itu kita prlukan bagi usaha pembangunan dibidang-bidang jang lalu.

Dilihat dari aspek operasionalnja, maka diperlukan adanja prasarana fisik dan prasarana mental. Prasarana fisik adalah keharusan tjukupnja dan lantjarnja fasilitas-fasilitas infra-Struktur dan telekomunikasi jang merata di seluruh Tanah Air, terutama jang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan pelabuhan2. Prasarana mental adalah kemauan keras dan ketekunan kita untuk membangun.

Aspek idiil dari pembangunan ini adalah, agar kesatuan Indonesia baik dalam arti fisik maupun mental dapat terus menerus dipupuk dan diperkuat.

Walaupun sasaran achir rentjana pembangunan 5 tahun jang pertama ini seperti jg dikemukakan diatas nampaknja sederhana, akan tetapi dibalik itu diperlukan kegiatan2 jang sangat luas dan besar. Baik untuk perluasan dan intensifikasi pertanian, baik untuk perbaikan2 prasarana, baik untuk membuka daerah2 perindustrian ringan dan sebagainja itu, diperlukan penjebaran penduduk (tenaga kerdja) serta perentjanaan penggunaan dan pemanfaatan tanah serta pengarahan dana dan kemampuan jang baik dan tepat.

Sekali lagi saja kemukakan bahwa gagasan2 ini adalah gagasan2 pokok jang sementara sifatnja jang dalam penjusunannja nanti setjara terperintji masih harus diudji setjara wadjar objektif dan realistis.

Untuk dapat menjusun rentjana jang tepat, sungguh diperlukan dan diperhatikan banjak hal dan faktor dibutuhkan adanja data2 jang tjukup, perkiraan jg tepat atas kondisi2 jang ada, kemampuan pembiajaan dan man­agement dan sebagainja.

Tetapi apapun dan bagaimanapun tjorak pola perentjanaan tersebut harus tetap dalam pola dasar kepribadian Bangsa, harus tetap dilandasi oleh djiwa dan semangat Pantjasila, harus merupakan langkah madju kearah tertjapainja tjita2 Bangsa, masjarakat adil dan makmur.

Arti Penanaman Modal Asing

Achirnja dalam uraian Tertib Ekonomi ini ingin kami menjinggung masalah modal asing.

Mengenai penanaman modal asing, kami minta perhatian bahwa modal asing itu sekedar alat pembantu untuk memenuhi kebutuhan kita. Berhasil atau gagalnja perbaikan ekonomi, terutama terletak dipundak kita sendiri. Perlu djuga disadari, bahwa penanaman modal asing itu memang tidak akan. langsung dapat kita rasakan manfaatnja sebab projek2 besar jang akan dibiajai dengan modal baru beberapa tahun kemudian akan memberi hasil njata.

Dengan undang2 penanaman modal asing jang telah kita punjai itu, mudah2an kita dapat memanfaatkan sumber kemampuan asing untuk memperlantjar pembangunan ekonomi kita selama modal nasional, modal domestik belum mampu mengolah sendiri kekajaan alam kita. Sudah djelas, bahwa kita harus memberikan fasilitas jang luas tetapi wadjar terhadap pertumbuhan modal nasional ini.

Kami djuga perlu meminta pengertian Rakjat bahwa penanaman modal asing atau bantuan2 kredit dari Negara2 lain tidak berarti bahwa kita tunduk pada kepentingan asing. Kita mau menerima dan bahkan meminta bantuan dari manapun datangnja dalam pembangunan ekonomi ini tetapi bantuan itu tidak boleh mengikat kita dengan ikatan2 politik, lebih2 mengorbankan kemerdekaan dan kedaulatan kita.

Demikianlah garis2 besar kebijaksanaan ekonomi jang akan tetap dipegang oleh Pemerintah untuk masa depan. Garis kabidjaksanaan ini tidak bisa dilihat terlepas dari pada apa jang telah ditjapai dimasa lampau selama setahun usia Kabinet Ampera ini.

Memiliki hasil2 jang ditjapai, maka Pemerintah mempunjai penuh harapan dan penuh kepertjajaan bahwa hasil2 dimasa depanpun tidak akan mengetjewakan. Akan tetapi dalam mengedjar usaha dan investasi dimasa depan ini, Pemerintah sadar bahwa kesulitan2 tjukup besar.

Pemerintah insjaf pula bahwa masih banjak rintangan2 jang perlu dilalui, masih banjak beban jang kelak akan dipikul diatas pundak Rakjat dan Pemerintah.

Meskipun demikian, Pemerintah tetap dengan penuh kesungguhan hati berusaha mengatasi segala kesukaran dan rintangan jang dihadapi. Pemerintah pertjaja bahwa dalam menghadapi tugas dan tantangan jang besar dimasa depan ini, Rakjat pasti akan selalu ikut membantu usaha2 Pemerintah.

Pembinaan Tertib Sosial

PENGERTIAN2 POKOK TENTANG TERTIB SOSIAL

Sidang DPR-GR jang kami muliakan;

Dalam rangka membina tertib sosial, maka usaha menegakkan kehidupan sosial setjara tertib dan dinamis, bidang keagamaan, sosial, pendidikan, kebudajaan, kesedjahteraan buruh/pegawai dan sebagainja mendjadi sasaran2 perhatian Pemerintah.

Apabila dilihat dari segi “pembiajaan” tampak seolah olah perhatian Pemerintah hanja ketjil sadja, maka hal itu semata-mata karena terbatasnja kemampuan keuangan jg tersedia sedangkan Pemerintah harus menentukan prioritas pada bidang2 lain terlebih dahulu.

Pembinaan Agama sangat penting sebab Agama selalu memberi kekuatan iman, memberikan landasan mental dan ketinggian moral. Dalam tata hidup didunia adjaran2 Agama merupakan unsur mutlak bagi terwudjudnja tertib sosial.

Tertib sosial sangat diperlukan, agar masjarakat merasa maupun bathin dimanapun ia berada agar dengan demikian dapat pula bekerdja dengan giat dan tenang.

Tertib sosial adalah tata-tertib dalam masjarakat jang tumbuh dari kesadaran masjarakat sendiri dengan melaksanakan norma2 hukum, norma2 umum, norma2 agama, norma2 kesusilaan dan sebagainja. Maka lingkungan masjarakat ditingkat basis seperti desa, RT/RW, kampung-kampung, tempat2 rekreasi adalah wadah atau alat jang baik untuk membina tertib sosial ini.

Dalam meletakkan dasar2 tertib sosial, kitapun harus melihat djangkauan kedepan kepada kebutuhan-kebutuhan dan kondisi2 jang akan datang.

Pendidikan

Dalam bidang ini, maka perhatian harus kita tjurahkan pada bidang pendidikan; mulai dari Taman Kanak-kanak sampai pendidikan tinggi. Tudjuan pendidikan ialah membentuk warganegara pantjasila jang berkepribadian, berwatak, bermoral luhur, sehat badanijah dan rohanijah, berketrampilan, mampu berdiri sendiri, sehingga nanti mampu meneruskan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sesuai dgn tjita2 Bangsa.

Untuk itu ketertiban dan kelantjaran pendidikan dan bersekolah perlu ditingkatkan terus djuga perlu dikembangkan satu sistim pendidikan jang langsung berdasarkan pada Pantjasila. Pendidikan mulai dari Taman Kanak2 sampai perguruan tinggi harus atu sistim jang integral. Pendidikan kedjuruan harus lebih diutamakan disesuaikan dengan strategi pembangunan. Untuk ini sebuah RUU Pendidikan telah diadjukan Pemerintah kepada DPRGR untuk mendapatkan penjelesaian.

Dalam keadaan keuangan negara jang masih terbatas sekarang ini Pemerintah sungguh2 minta bantuan masjarakat untuk setjara bergotong rojong dapat menambah ruang-ruangh beladjar dan gedung gedung sekolah sudah barang tentu pengerahan dan penggunaan dana-dana dari Rakjat sematjam ini harus diatur setjara tertib dan tidak boleh telalu memberatkan masjarakat-orang tua murid-sehingga mengakibatkan anak2 didik dari orang-orang jang kurang mampu malahan tidak mendapatkan kesempatan pendidikan.

Chusus mengenai nasib guru-guru, Pemerintah menaruh perhatian setidaknja tidaknja akan diusahakan agar guru2 kita dapat menerima apa jg mendjadi haknja dan tepat pada waktunja.

Kesenian Dan Kebudajaan

Erat hubungannja dengan masalah pendidikan adalah menundjukkan ketinggian dan keluhuran budi sesuatu Bangsa. Walaupun Orde Baru menghargai kebebasan, tetapi hal ini tidak berarti kebebasan tanpa batas. Batas-batas inipun dikenal dalam kegiatan atau manisfestasi kesenian dan kebudajaan.

Kita hendaknja mengembangkan kepribadian kita sendiri dalam bidang kesenian dan kebudajaan ini, unsur unsur dari luar unsur2 jang bersifat universil, unsur2 jang positif boleh kita ambil untuk melengkapi dan menjempurnakan kesenian dan kebudajaan kita.

Sebaliknja djanganlah kita begitu sadja mentjontoh/kesenian kebudajaan dan kebiasaan asing jang tidak sesuai dengan kepribadian kita jang tidak sesuai dengan rasa kesusilaan kita, lebih-lebih bila kebudajaan asing itu dinegeri asalnja sendiri djuga mendapat ketjaman2 dari masjarakatnja.

Praktek2 kesenian, kebudajaan dan tingkah laku hidup sehari-hari itupun hendaknja memperhatikan keprihatinan rakjat banjak dewasa ini. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (01/09/1967)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 625-630.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.