PIDATO PRESIDEN SOEHARTO DI PBB DINILAI YANG TERBAIK SELAMA INI

PIDATO PRESIDEN SOEHARTO DI PBB DINILAI YANG TERBAIK SELAMA INI

 

 

New York, SuaraPembaruan

Pidato Presiden Soeharto pada Sidang Majelis Umum PBB, dinilai sebagai pidato yang terbaik selama ini. Penilaian itu diberikan Direktur Eksekutif UNICEF, James P. Grant sewaktu diterima Presiden Soeharto di New York, Jum’at siang (Sabtu malam WIB).

“Pidato Presiden Soeharto itu adalah pidato yang terbaik di Majelis Umwn PBB yang pernah didengamya sampai saat ini,” ujar Mensesneg Moerdiono, mengutip Direktur Eksekutif UNICEF tersebut.

Di hari keempat kunjungannya di New York (Jum’at siang), Presiden Soeharto secara berturut-turut menerima Direktur Eksekutif UNICEF, Direktur Eksekutif UNPF Dr. Nafis Sadik, Presiden Slovenia Milan Kucan, Deputi PMI Menlu Kuwait Sheik Salem Al Sabah dan Wakil Presiden Suriname, Jules Rattan.

“Tengah hari, Presiden Soeharto juga melaksanakan sholat Jumat di Mesjid Islamic Cultural Centre, New York. James P. Grant tersebut juga mengatakan kesediaan yang sungguh-sungguh dari UNICEF untuk mengambil bagian dalam pelaksanaan keputusan KTT ke-10 Gerakan Non Blok (GNB) yang salah satu isinya adalah dalam bidang kependudukan.

Ia juga sangat menghargai keberhasilan Indonesia menurunkan secara tajam tingkat kematian anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), bahkan lebih rendah dari negara-negara Barat.

Ia juga mendukung program-program kesehatan dan pendidikan yang dilakukan Indonesia. Sebab penurunan tingkat kematian balita tidak berarti, tanpa diikutipendidikan dan kesehatan UNICEF juga sangat menghargai program immunisasi, program PKK yang sangat berhasil, program Posyandu dan berbagai program lainnya yang bisa diterapkan di berbagai negara lain.

James Grant, menurut Moerdiono, juga meminta agar Indonesia bersedia membentuk Tim Kesehatan yang terdiri dari delapan sampai 10 orang untuk membantu menanggulangi masalah kesehatan di Somalia, di mana masalah kesehatan anak-anak sangat menonjol di negara yang ditimpa musibah kelaparan tersebut.

Presiden Soeharto, katanya, telah meminta Mensesneg menghubungi Menkes, dr. Adhyatma untuk menanyakan kesiapan Indonesia memenuhi permintaan UNICEF tersebut.

Direktur Eksekutif UNCEF. Dr. Nafis Sadik juga menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan keputusan KTT GNB di Jakarta sebagai suatu cara untuk membangun negara Selatan-Selatan.

 

Slovenia

Presiden Slovenia bersama Presiden Soeharto membicarakan masalah bilateral dan perkembangan di negara masing-masing, terutama perkembangan terakhir di Slovenia sebagai negara baru yang memisahkan diri dari Uni Soviet.

Slovenia menganggap penting peranan dan kehadiran GNB, walaupun mereka belum masuk anggota akan tetapi sudah menjadi peninjau di KTT ke-10 GNB di Jakarta.

Kedua pemimpin itu sepakat untuk meningkatkan hubungan kedua negara, terutama di bidang ekonomi. Kunjungan tidak hanya di kalangan pejabat, tetapi diperluas juga di kalangan pengusaha. Presiden Soeharto sendiri, kata Moerdiono, menekankan perlunya negara industri memenuhi apa yang pemah dijanjikan bahwa 0,7% dari pendapatan nasional masing­masing, diberikan untuk membantu negara-negara yang sedang membangun. Sampai sekarang, janji itu baru dipenuhi 0,3 %.

Wakil PM/Menlu Kuwait menyatakan dukungannya atas gagasan-gagasan serta pemikiran Presiden Soeharto dalam pidatonya di depan sidang umum PBB. Salem Al-Sabah dan Presiden Soeharto sepakat memerintahkan kepada pejabat kedua negara untuk menjajagi perluasan kerja sama antara kedua negara terutama dalam rangka pelaksanaan keputusan GNB dan kerja sama Selatan-Selatan.

Pembicaraan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Suriname, adalah suatu pertemuan yang diikat oleh budaya yang sangat kuat, sebab sebagian besar penduduk Suriname berasal dari Pulau Jawa. Oleh karena itu, Wapres Suriname menginginkan peningkatan persahabatan dari hubungan perdagangan.

Salah satu yang konkret adalah keinginan Suriname mengimpor pupuk dari Indonesia, karena selama ini mereka mendatangkan komoditi itu dari Eropa Barat. Selain itu negara pulau itu juga ingin belajar dari pengalaman Indonesia untuk meningkatkan produksi pertanian, terutarna tanarnan pangan.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (28/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 323-325.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.