PNI DG TEGAS TOLAK COME-BACK NJA DR. IR. SUKARNO
Warga PNI Jang Kultuskan B.K. Akan Ditindak Tegas[1]
Djakarta, Angkatan Bersendjata
Oleh karena itu PNI/FM sebagai salah satu kekuatan nasional harus benar2 bersih dari oknum2 dan pengaruh2 Gestapu/PKI.
Dalam rangka memelihara keseimbangan kekuatan inilah:
“maka saja ingin membantu PNI dalam usahanja untuk mengadakan konsolidasi mengadakan pembersihan kedalam. Tetapi kalau perdjuangan dan pendirian PNI tidak sedjalan dengan perdjuangan dan pendirian TNI-AD, maka bantuan tsb tidak akan saja berikan dan malahan harus mendapatkan penggarapan setjara tegas”.
Majdjen M. Jasin minta agar PNI menjadari bahwa facta sedjarah telah menundjukkan kepada kita tentang kegagalan kepemimpinan Ir. Sukarno jang setjara mutlak mengetrapkan doktrin “Nasakom” dan “Demokrasi Terpimpin” didalam kepemimpinan Ir. Soekarno ini hendaknja oleh PNI didjadikan bahan penilaian terhadap adjaran2 Ir. Soekarno jang selama ini oleh PNI dinjatakan sebagai Bapak Marhaenisme.
Dengan demikian didalam melaksanakan konsolidasi partai sekarang ini PNI dapat mentjapai tudjuannja.
Care Taker DPD PNI Djatim
Menanggapi pendapat Pangdam VIll/Brawidjaja Majdjen M. Jasin tsb, Care Taker DPD PNI Djatim baik Soendoro SH, Wasis maupun Djakfar Makruf menjatakan, bahwa sikap PNI pada waktu ini terhadap Ir. Sukarno disamping mengakui djasa2nja djuga mengakui kesalahannja jg prinsipil, ialah idee “Nasakom” jang bertentangan dengan Marhaenisme.
Setelah PNI menemukan kepribadiannja kembali, maka definisi Bung Karno bahwa “Marhaenisme adalah marxisme jang ditrapkan di Indonesia” tidak dapat kita terima.
Marhaenisme jg benar jg dianut oleh PNI sekarang adalah “sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi dan Ketuhanan jang Maha Esa”.
Politik luar negeri bebas aktif jang oleh Bung Karno disempitkan dan diberi poros Djakarta-Pnompenh-Peking djelas tidak dapat diterima oleh PNI.
Atas dasar penilaian inilah dan masih banjak lagi hal2 negatip lainnja jang dilakukan oleh Bung Karno maka PNI dengan tegas telah menjatakan tidak dapat menerima “comebacknja” Ir. Soekarno.
Berbitjara tentang hubungan Bung Karno sebagai Bapak Marhaenisme dengan PNI maka oleh Care Taker didjelaskan, bahwa hubungan tersebut hanja bersifat historis karena Bung Karno adalah seorang pendiri PNI dan tidak ada hubungan organisatoris dengan PNI.
Care Taker menjatakan, bahwa kalau pada waktu sekarang ini masih ada yel2 jang bersifat mengkultus individukan Bung Karno dan jang dilakukan oleh warga PNI, maka kita sedang berusaha untuk mentjari latar belakang jang sebenarnja, apakah yel2 tsb dilakukan karena irrasionil ataukah benar2 dengan kesadaran.
Terhadap warga PNI sendiri jang masih berkepala batu setjara membabi buta mengkultus individukan Bung Karno, maka dalam rangka membersihkan badan tubuh PNI, kita tidak segan2 untuk mengambil tindakan setjara drastis.
Pada pertemuan tersebut Care Taker DPD PNI Djatim djuga melaporkan tentang langkah2 jang telah diambil al. membekukan GPM, GSNI dan GMNI dibeberapa tempat serta membentuk care-taker untuk mengadakan konsolidasi kedalam.
Langkah2 seperti ini akan dilandjutkan terhadap ormas2 PNI lainnja jang dipandang dan dinilai sudah tidak dapat mengikuti langkah gerak PNI sekarang.
Usaha untuk melaksanakan konsolidasi organisasi guna mengembalikan PNI kepada peribadiannja jang murni ini diharapkan dalam djangka waktu 5 atau 6 bulan sudah dapat diselesaikan.
Demikian al. pendjelasan2 Care Taker DPD PNI/Djatim kepada Pangdam VIII Majdjen M. Jasin. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (12/08/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 576-577.