POLITIK LN BEBAS AKTIF TETAP KITA LAKSANAKAN SELURUS2-NYA
Presiden Lantik Tiga Dubes Baru
Presiden Soeharto mengingatkan, dalam melaksanakan tugas di tempat baru para Duta Besar selalu memperhatikan dan berusaha memberikan amal sumbangan kearah terlaksananya Sapta Krida Kabinet Pembangunan III serta Ketetapan – ketetapan MPR yang berarti pula ikut berusaha mensukseskan pelaksanaan Repelita III yang akan datang.
Kepala Negara yang memberikan amanat pada upacara pelantikan tiga Duta Besar Indonesia yang baru di Istana Negara, Rabu pagi, selanjutnya menegaskan bahwa tugas Duta Besar adalah sungguh luas jangkauannya.
“Seorang Duta Besar bukan saja mewakili dan mengrus kepentingan negara dan warganya diluar negeri, tetapi ia harus menterjemahkan kepribadian Indonesia menggambarkan cita-citanya dan menjelaskan usahanya sehingga keseluruhan citacita dan aspirasi rakyat Indonesia dikenal dan dipahami oleh rakyat dari negara bersangkutan”, kata Kepala Negara.
Pada awal amanatnya ini, Kepala Negara kembali mengingatkan bahwa keadaan dunia dewasa ini telah jauh berbeda dengan keadaan dan kebutuhan perjuangan kita dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan dahulu.
Namun, demikian Kepala Negara, politik luar negeri kita yang bebas dan aktif sama sekali tidak akan kita tinggalkan melainkan akan tetap kita laksanakan seluruslurusnya.
“Kita akan terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu dalam menjawab tantangan dan kebutuhan zaman yang sekarang,” kata Kepala Negara menegaskan.
Tiga Duta Besar RI yang dilantik itumasing-masing Soedjatmiko untuk Republik Singapura, Kahono Martohadinegoro untuk Kerajaan Belgia dan Iwan Stambul untuk Republik Nigeria.
Dubes Irak
Sebelumnya, Presiden Soeharto juga telah menerima surat2 kepercayaan dari Duta Besar Irak yang baru untuk Indonesia Hisham Fakhri Al-Tabakchali dalam suatu upacara di Istana Merdeka.
Presiden dalam pidato balasannya setelah menerima surat2 kepercayaan itu mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara bangsa dan negara perlu diberi isi yang lebih nyata yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh rakyatnya masing2.
Dikatakan selanjutnya, bagi Indonesia yang dewasa ini sedang berjuang sekuat tenaga untuk membangun bangsanya dalam mencapai cita2nya menganggap penting pengembangan kerjasama dengan negara2 sahabat seperti ini khususnya dibidang ekonomi dan kebudayaan.
Pengembangan kerjasama ini menurut Kepala Negara tentunya harus dilaksanakan atas dasar saling harga menghargai, saling membantu dan saling memberikan manfaat.
Untuk menghadapi perkembangan dunia, maka Indonesia maupun Irak sebagai anggota Dunia Ketiga, Non Blok dan Konferensi Islam mempunyai kewajiban untuk bersatu dan bekerjasama serta saling membantu dalam memperbaiki nasib masing2 dan terbentuknya Tata Ekonomi Dunia Baru yang lebih menjamin persamaan dan keadilan bagi semua bangsa.
Dalam awal sambutannya ini, Kepala Negara tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih serta penghargaan kepada Duta Besar Irak yang lama Dr.Wahbi A. Fattah atas segala usahanya dalam mempererat hubungan persahabatan dan kerjasama Indonesia dan Irak selama masa tugasnya.
Duta Besar Irak yang barn, Hisham Fakhri Al-Tabakchali (49 tahun), adalah diplomat dengan latar belakang ahli Hukum.
Sebehim menjadi Duta Besar di Indonesia pemah ia menjabat sebagai Duta Besar di Aljazair ia juga pernah ditempatkan di Paris, London, Kairo, Istambul, Bonn, Teheran, Karamanshah (Iran), Beograd dan Dhoba.
Ia memulai karirnya ditahun 1947 dalam lingkungan Dinas Urusan Luar Negeri yang kemudian pada 1952 diangkat sebagai diplomat.
Duapuluh empat tahun kemudian (1976), pangkatnya dinaikkan setingkat Duta Besar.
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (08/11/1978)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 759-761.