PON XIII DIHARAPKAN MAMPU JAWAB TANTANGAN DUNIA 

PON XIII DIHARAPKAN MAMPU JAWAB TANTANGAN DUNIA [1]

0leh Askan Krisna Jakarta, Antara

 

Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII yang bermotto “PON Prestasi”, kini tertantang untuk mengejar ketinggalan atlet-atlet Indonesia mencatatkan namanya dalam keolahragaan internasional.

“Kita boleh bangga di cabang tenis dan bulutangkis, tapi kita mesti prihatin di cabang-cabang olahraga lainnya,”kata Wakil Sekretaris Bidang Kesra Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPR H. Muhammad Muas.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah berpenduduk terbesar di dunia agaknya lebih memungkinkan mampu “berbicara banyak” berprestasi di berbagai cabang olahraga internasional. Kenyataannya, untuk tingkat Asia pun para atlet nasional kelihatan masih “kalah pamor”.

Presiden Soeharto dalam peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) mengimbau kepada para pembina olahraga, agar mereka terpacu untuk meningkatkan prestasi atlet nasional.

“Kita tidak dapat mengatakan pembangunan olahraga yang kita lakukan selama ini berhasil, jika prestasi atlet-atlet kita terus merosot,” kata Presiden.

Upaya peningkatan prestasi para atlet itu diharapkan menyeluruh di tingkat nasional maupun daerah. Kepala Negara berpendapat, bahwa upaya peningkatan prestasi masih dapat dilakukan karena suasana di tanah air cukup mendukung, antara lain dengan telah mengakamya kegemaran berolahraga, serta tersedianya dana di masyarakat.

Program pembibitan para atlet diharapkan dilakukan secara terpadu dan menyuruh sejak era “tinggallandas” pada Repelita VI. Untuk mewujudkan keadaan tersebut, maka sistem pembibitan olahragawan di sekolah-sekolah dasar harus dilaksanakan secara baik dan tidak berpikir terkotak­ kotak, karena itu hanya membuang waktu, pikiran, tenaga dan dana, kata Presiden.

Tantangan Masa Depan

Bagaimana pun cabang keolahragaan kita tak lepas dari badan keolahragaan internasional, karena itu PON XIII hendaknya mampu menjawab tantangan bidang keolahragaan dunia di masa depan,”kata Wakil Sekretaris Bidang Kesra Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPR H. Muhammad Muas.

Pada SEA Games 1993 di Singapura, Indonesia hanya meraih 88 medali emas. Padahal, pada SEA Games 1991di Manila mampu mengantongi 92 medali emas, SEA Games 1989 di Kuala Lumpur 102 medali, dan SEA Games 1987 di Jakarta 185 medali emas.

Prestasi internasional yang dicapai atlet-at1et Indonesia selama lima tahun lalu terakhir adalah keberhasilan Tim Indonesia memetik satu medali perunggu di cabang panahan pada olimpiade Seoul 1988, dan dua medali emas, dua medali perak dan satu perunggu pada Olimpiade Barcelona 1992 yang diraih oleh cabang bulutangkis.

Berkaitan dengan prestasi itu, kata Muas, hasil PON XIII perlu dievaluasi secara cermat, agar dalam Pelita VI mampu menjawab tantangan keolahragaan dunia.

“Tantangan tersebut perlu dijawab, baik: di Olimpiade, Asian Games, maupun event-event keolahragaan internasional lain, “katanya. PON XIII diharapkannya, mampu sebagai barometer prestasi nasional dan dengan basil evaluasi bisa dibenahi berbagai kelemahan para atlet maupun manajemen pembinaan di bidang keolahragaan.

Dia berpendapat, PON XIII yang bertemakan PON prestasi adalah tepat, dan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tiap atlet di dalam penampilan di gelanggang nasional maupun internasional.

“Ini berarti, atlet yang tampil di arena PON XIII sudah ditempa baik fisik, mental maupun ketrampilan di cabangnya, karena mereka bukan saja tampil membela nama daerah, tetapi juga sebagai individu,”kata mantan pimpinan Komisi IX DPR yang membidangi agama, pendidikan, olahraga dan kebudayaan itu.

Kalender Kegiatan

Muas menyatakan, pemerintah perlu meningkatkan “calendar of events” atau kalender kegiatan olahraga bertaraf internasional maupun nasional di ibukota maupun daerah.

“Pemerintah perlu membuat perencanaan keolahragaan lebih baik yang mengacu pada peningkatan prestasi para atlet dari tingkat daerah, nasional dan internasional,” kata Muas.

Sementara itu anggota Komisi IX,Drs. H. Zarkasih Nur berpendapat, pemerintah perlu memperhatikan pembangunan sarana dan prasarana olahraga, termasuk fasilitas olahraga untuk umum maupun sekolah.

Dia mengatakan, semakin meningkatnya minat masyarakat berolahraga dan dicapainya prestasi internasional, maka pembangunan dibidang olahraga ikut berperan dalam upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang sehat jasmani , mental dan rohaninya.

Kualitas manusia Indonesia yang demikian, katanya, diperlukan untuk membentuk watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi untuk meningkatkan prestasi yang dapat membawa keharuman dan kejayaan nama bangsa dan negara.

Sebagai PON Prestasi, Zarkasih menilai PON XIII, wajar apabila masing-masing daerah dan atletnya terpacu untuk meraih prestasi terbaik. Selama ini DKI Jakarta merupakan gudangnya atlet-atlet terbaik itu, disusul propinsi-propinsi lainnya.

Di sisi lain, kini terlihat kecenderungan “kecemburuan atlet”, karena takjarang atlet-atlet terbaik dari daerah tertarik atau ditarik oleh beberapa instansi di Jakarta dan berlakunya janji bonus”untuk setiap medali yang diraih. Presiden Soeharto mengimbau, agar masalah mutasi para atlet dapat diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Imbauan Presiden, agaknya mengarahkan agar bagi daerah yang belum mampu mencetak pemain handal agar mampu membuat daerahnya mawas diri dan berusaha untuk melakukan pembinaan yang baik. Keadaan itu agar di masa mendatang setiap daerah mampu menghasilkan atlet terbaik tanpa harus menarik atlet daerah lain yang “sudahjadi “. (U.AK/JKT-001 /SBY-006/ 13/09/93 12: 18/RE3)

Sumber:ANTARA(13/09/ 1993)

_________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 784-787.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.