PRESIDEN : 1996 TAHUN UJIAN[1]
Jakarta, Republika
Presiden Soeharto mengingatkan bahwa meski tahun 1996 dapat disebut sebagai tahun ujian, dengan bekal percaya diri, bangsa Indonesia tak perlu khawatir memasuki tahun bam ini.
Menurut Presiden, selama setengah abad usia Indonesia merdeka, bangsa dan negara ini telah melewati berbagai macam ujian dengan selamat.
“Dengan bekal pengalaman masa lampau, dengan kekuatan nasional yang telah kita kembangkan selama ini, dengan penuh kewaspadaan dan persatuan di antara kita, kita percaya bahwa kita pasti berhasil menghadapi ujian di tahun-tahun yang akan datang ini.” kata Kepala Negara.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Soeharto pada pidato akhir tahun 1995, dan menyambut Tahun Baru 1996 yang disampaikan di televisi dan radio tanggal 31 Desember malam. Presiden sebelumnya juga mengingatkan bangsa Indonesia untuk mensyukuri dan memelihara ketertiban yang telah mampu dilampaui selama ini.
“Pengalaman menunjukkan” katanya, “di dalam masyarakat yang majemuk tetap terkandung bibit-bibit kerawanan besar dan kecil, yang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan gejolak.”
Karena itulah setiap hari, katanya lagi, setiap bulan dan setiap tahun yang dilalui tanpa gejolak, merupakan prestasi nasional yang harus disyukuri dan dipelihara.
Presiden mengakui bahwa dari waktu ke waktu gejolak-gejolak lokal memang terjadi di berbagai penjuru Tanah Air.
“Juga dalam tahun ini, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, agama atau pun politik.”
Menurut Presiden, setiap gejolak yang terjadi jelas merupakan langkah mundur bagi bangsa secara menyeluruh.
“Karena itu, kita harus mengerahkan sebagian pikiran, tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan serta mencegah berulangnya kejadian serupa di masa datang.”
Secara umum, kata Presiden, dapat dikatakan bahwa dalam tahun 1995 telah dicapai banyak kemajuan dalam berbagai bidang.
“Khusus dalam bidang ekonomi, dewasa ini masalah yang dihadapi bukan bagaimana memacu pertumbuhannya, tapi justru menjaga jangan sampai laju pertumbuhan yang tinggi itu membuat perekonomian memanas.”
Pemerintah, lanjut Presiden, telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan mesin perekonomian, agar pada saatnya nanti dapat dipacu lebih kencang lagi.
Sedangkan di bidang politik, Kepala Negara menyebutkan, dinamikanya terasa tinggi, gagasan-gagasan baru muncul dan suasana keterbukaan makin berkembang.
“Yang perlu kita jaga bersama adalah agar semuanya tadijangan sampai terlepas dari kendali. Untuk itu marilah kita semua berpegang teguh pada Pancasila, UUD 45 dan GBHN serta menjunjung tinggi kepentingan nasional dan persatuan diantara kita,” katanya.
Dalam bidang luar negeri, Kepala Negara bersyukur bahwa tugas kepemimpinan Gerakan Non Blok telah dapat diselesaikan dengan baik.
“Kita bersyukur bahwa segala rintisan yang sudah kita lakukan dalam rangka memberikan semangat baru kepada gerakan ini bukan saja telah diterima baik, tapi juga akan dilanjutkan di masa datang.” katanya.
Kepala Negara juga mengingatkan tentang kondisi di saat memasuki pasar bebas yang bagi Indonesia merupakan peluang sekaligus tantangan.
Jawaban terhadapnya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kualitas sumber daya manusia.
“Dalam hal ini bangsa kita telah membuat tonggak sejarah yang besar yaitu penerbangan perdana pesawat terbang N-250 buatan putra-putri Indonesia sendiri dalam tahun ke-50 Indonesia Merdeka.” kata Presiden.
Tentu saja, kata Kepala Negara, masih banyak yang harus dilakukan. Tapi penerbangan perdana pesawat terbang dengan teknologi mutak:hir itu mempertebal rasa percaya diri bangsa, bahwa bangsa ini siap memasuki abad ke-21, abad ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sumber : REPUBLIKA (02/01/1996)
________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 10-11.