PRESIDEN: AGAMA YANG MENUNTUN KITA UNTUK TIDAK TERSESAT

PRESIDEN: AGAMA YANG MENUNTUN KITA UNTUK TIDAK TERSESAT[1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto yang mengawali sambutannya pada acara Gelar Akbar Majelis Taklim dengan takbir “Allahu Akbar” tiga kali menegaskan bahwa hanya agama yang; menuntut manusia untuk tidak salah dan tidak tersesat dalam menjalani kehidupan didunia ini.

Kepala Negara di Stadion Utama Senayan, Jakarta, Sabtu, di depan sekitar 120 ribu anggota majelis taklim dari Jabotabek, Sumatera dan berbagai daerah lainnya mengatakan, agama merupakan penyelamat kehidupan manusia apalagi pada era keterbukaan mendatang. Menurut Presiden dalam acara yang dihadiri Ibu Tien Soeharto, bangsa Indonesia kini semakin menghayati ajaran agamanya seiring dengan semakin majunya kehidupan. Ia mengingatkan kernbali bahwa kemajemukan bangsa justru merupakan faktor pendorong untuk bekerja sama. Perbedaan itujangan dibesar-besarkan. Perbedaan itu hendaknya dilihat seperti pelangi yang bersatu. Permasalahan memang masih dihadapi, namun semua itu diselesaikan satu persatu, katanya. Kepala Negara menegaskan kembali bahwa umat Islam sebagai yang mayoritas memikul tanggungjawab untuk meningkatkan tarafhidup masyarakat. Mengutip satu ayat dalam kitab suci AI Quran yang berisi” Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa jika bangsa itu tidak mengubahnya sendiri”, Kepala Negara menegaskan bahwa upaya mengubah nasib itu adalah dengan bekerja keras. Jika pada masa penjajahan dahulu bangsa Indonesia berperang dan melakukan revolusi untuk mengusir penjajah, kini bangsa Indonesia melakukan pembangunan untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan, ujar Kepala Negara. Presiden kernbali mengkaitkan peran agama dan ilmu pengetahuan. Agama merupakan landasan akhlak dan rohani, sedangkan ilmu pengetahuan memberikan kemampuan untuk mengetahui sesuatu dengan sebaik mungkin. Dengan ilmu pengetahuan itu,bangsa Indonesia dapat memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Tuhan, tegas Kepala Negara. Ketua Panitia Gelar Akbar dan Tasyakur 1995 Dra.Tuty Alawiyah A.S. dalam laporannya mengatakan, pihaknya merasa sangat termotivasi ketika pada tahun 1991, Ibu Tien Soeharto memimpin takbir dengan teriakan “AllahuAkbar”.

“Pada 12 Januari 1991 Ibu Tien dengan linangan air mata memimpin takbir itu.” “Kami merasa mendapat hekal dan termotivasi,”tegas Ketua Badan Kontak Majelis Taklirn (BKTM) yang menjadi penyelenggara acara itu.

Dai wanita puteri ulama Betawi terkemua H.A.Syafei ini mengawali sambutannya dengan memhaca shalawat yang diikuti oleh sekitar 120rihu ihu-ihu yang memenuhi Stadion Utama Senayan.

Meriah-Menyentuh

Acara itu herlangsung meriah dan sekaligus menyentuh dengan pemhacaanAl Quran, dzikir, shalawat, gerak dan lagu serta pemhacaan puisi yang bertemakan agama Islam. Presiden Soeharto agak hergetar suaranya ketika memperdengarkan takhir “Allahu Akhar”tiga kali. Menag Tarmizi Taber kemudian menyebut bahwa lautan ibu-ibu yang memenuhi Stadion Utama Senayan itu seperti wukuf di Tanah Suci. Kebanyakan ihu-ihu itu memakai pakaian muslim dengan warna putih. Acara secara resmi dimulai dengan pemukulan hedug oleh Mensesneg Moerdiono yang kemudian diikuti oleh rampak hedug para pemuda Pandeglang, Jahar. Pelelapasan rihuan halon ke udara dan demonstrasi pencak silat menyertai pula acara pemhukaan itu. Dua qoriah Nur Aisyah Amin dan Mawaddah Muhadjir kemudian antara lain membacakan secara duet surat Ibrahim ayat tujuh. Suasana terasa hening dan syahdu. Sekitar 4 .000 remaja puteri dan ihu-ihu anggota berbagai majelis taklim membentuk pula konfigurasi indah bertuliskan Allah yang berada dalam lingkaran. Penata tarinya adalah Arry Facruroddji yang mengaku hahwa penggagasnya adalah Dra.Tuty Alawiyah. Sekitar 2.500 santri yang terdiri atas 2.000 santri puteri dan 500 santri putera kemudian menyajikan gerak dan lagu yang hemafaskan islami.

Penata tarinya adalah Didi Yudhaprawira. Penampilan gerak dan lagu itu yang memperlihatkan semangat keagamaan, kehangsaan dan pemhangunan. Acara ditutup dengan shalawat badar yang memberikan kesan sendu. Acara itu dihadiri Wapres dan Ibu Tuti Try Sutrisno serta para menteri, perwakilan negara sahahat dan kalangan masyarakat lainnya.

Menristek BJ.Habibie juga tampil dengan ceramah mengenai Iptek dan umat Islam. Para ibu anggota majelis taklim itu berdatangan dari segala penjuru sejak dini hari. Ada juga yang tidak hisa masuk stadion. Mereka sangat antusias mengikuti acara yang pertama kalinya dihadiri Presiden itu. Pada acara takbir 14 Januari 1991 lalu guna memperingati HUT BKMT, lbu Tien Soeharto juga hadir. (T.EU03/1300/B/EL02/RB  1/26/08/95  13:13)

Sumber: ANTARA (26/08/1995)

_________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 516-518.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.