PRESIDEN AJAK SEMUANYA BERPERAN SERTA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA[1]
Surabaya, Suara Karya
Presiden Soeharto mengajak seluruh jajaran pemerintahan, kalangan dunia usaha swasta, semua organisasi dan tokoh-tokoh masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan peran-sertanya dalam membangun keluarga sejahtera. “Mari kita jadikan peringatan Hari Keluarga Nasional untuk membulatkan tekad membangun Keluarga Sejahtera,”kata Presiden. Ajakan itu disampaikan dalam peringatan Hari Keluarga Nasional di desa Semambung, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo Rabu (29/6). Hadir dalam acara tersebut Menko Kesra Azwar Anas, Menteri Negara Kepend udukan/ Kepala BKKBN Haryono Suyono, Menteri Sosial Inten Soeweno, Menpora Hayono Isman dan sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan VI serta Gubernur Jatim H.M Basofi Sudirman. Presiden Soeharto mengatakan, peringatan Hari Keluarga Nasional dipusatkan di desa Semambung, karena semangat membangun warga desa tersebut sangat tinggi. Semangat gotong-royongnya kuat, sehingga menghasilkan kehidupan keluarga semakin sejahtera. Itulah sebabnya karena keberhasilan desa tersebut, kita semua ingin berguru kepada warga desa Semambung mengenai pembangunan keluarga sejahtera secara gotong royong dan mandiri. “Saya percaya beribu-ribu desa yang lain akan menjadikan Semambung sebagai contoh,” kata Kepala Negara. Dalam kesempatan itu Kepala Negara juga mengatakan, pembangunan yang kita lakukan selama ini telah membawa hasil yang membesarkan hati. Setelah 25 tahun membangun, keluarga kita yang dahulu banyak buta huruf sekarang telah menjadi keluarga yang berpendidikan. Kalau masa lalu keluarga kita banyak para petani, yang tinggal di desa terbelakang, kini desa tersebut telah menjadi desa yang lebih maju. Bahkan keluarga desanya hidup sejahtera. Banyak kemudahan yang ada di kota sekarangjuga tersedia di desa. Penduduk desa dengan mudah berkunjung ke kota dan sebaliknya kitapun bertambah maju sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan penduduk. Keberhasilan pembangunan selama ini, kata Presiden Soeharto, tidak saja meningkatkan kemampuan keluarga-keluarga, tetapi juga menjadikan keluarga kita semakin sedikit jumlah anggotanya. Sehingga cenderung menjadi keluarga-keluarga ini yang kecil dan Iebih lincah. Selain itu, perubahan masyarakat dari agraris menjadi industri juga meningkatkan daya gerak mereka.
Temu Wicara
Kepala negara didampingi ibu Tien Soeharto sebelum memasuki arena upacara, sempat singgah di rumah nenek Solik di desa Semambung. Nenek tersebut tergolong keluarga prascjahtcra di desa itu. Dalam dialog Presiden Soeharto dengan nenek Solik, terungkap bahwa nenek tua itu istri veteran Saji yang pada waktu itu telah ikut beuang melawan penjajah. Karena suaminya meninggal dalam peperangan, maka Solik hidup dalam keadaan miskin bersama empat anak. Semua anaknya waktu itu putus sekolah, sehingga nenek Solik juga meninggalkan anak-anak yang masih prasejahtera. Masih banyak ditemukan keluarga di desa-desa seperti nenek Solik yang perlu mendapat bantuan. Karena itu diharapkan kepedulian para masyarakat yang sudah mampu untuk membantunya. Kepala Negara juga mengadakan temu wicara dengan kelompok keluarga muda mandiri, keluarga Ianjut usia (lansia), Pasangan peserta KB, Kelompok UPPKA-KB dan Keluarga Prasejahtera. Dalam temu wicara tersebut Ny Suheni dari desa Wonorejo Kecamatan Trowulan Mojokerto tampil mewakili keluarga Prasejahtera di Jatim, Presiden mengharapkan kepada para keluarga Prasejahtera untuk tidak malu malu melakukan pekerjaan apa saja, asalkan halal. Ny Suheni mengatakan ia bekerja meracang dan menjual kue, sedangkan suaminya sebagai buruh tani. “Keluarga Tani sudah menjadi peserta KB dengan anak dua orang yang masih sekolah di SMP dan SD”katanya. Wakil dari Keluarga Sejahtera III yang di tanya Kepala Negara juga mengatakan sudah banyak membantu para keluarga prasejahtera. Ada yang memberikan bantuan berupa ternak itik tiap keluarga diberi bantuan 100 ekor untuk dikembangkan. Bahkan, dengan adanya Gerakan Keluarga Sejahtera, ada dari Keluarga Sejahtera yang membantu membuatkan lantai semen untuk rumah-rumah yang lantainya masih tanah. Wakil Kelompok Keluarga Muda Mandiri dalam kesempatan itu juga mengatakan sudah siap diterjunkan ke desa untuk membangun desa. Di desa yang tertinggal. Mereka akan mengajak membimbing para perangkat desa untuk membangun bersama masyarakat memajukan daerah.
Demikian pula wakil dari kelompok Lanjut usia, juga masih sanggup untuk membantu membangun sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya Kepala Negara mengharapkan kepada para lansia untuk memberikan saran-saran (urun rembuk) kepada mereka yang muda untuk melakukan pembangunan. Sebagai manusia lansia agar mempersiapkan diri, sehingga tidak menjadi urusan anak-anaknya. “Namun apabila anaknya ingin membahagiakan atau membalas budi baik orang tua, ya jangan di tolak,” kata Kepala Negara.
Dalam temu wicara tersebut Presiden Soeharto mengatakan sebelum masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila tercapai kita harus berjuang mati-matian, agar rakyat yang masih berada di garis kerniskinan dapat terangkat dari kehidupannya itu. Sebagai patokan guna mencukupi kebutuban minimal, baik pangan maupun non pangan, sebaiknya mereka berpenghasilan kurang lebib Rp 18.244 tiap orang per bulan, yang berarti sudab mendekati kebutuhan untuk hidup. Apabila belum mencapai angka tersebut, mereka masih tergolong keluarga prasejabt era.
Menurut Presiden, saat ini telab diadakan percobaan waktu kerja selama 5 hari dalam sepekan. Hal itu sudab dilakukan oleb kantor-kantor tertentu dan Badan Usaba Milik Negara (BUMN), ternyata percobaan tersebut lebib efisien, karena dapat menghemat listrik,penggunaan telepon dan lainnya, Untuk itu, sedang dipelajari waktu kerja tersebut untuk menjadi suatu gerakan secara menyelurub di Indonesia. Maksud gerakan itu agar pada bari libur rakyat yang berdomisili di kota dapat berbelanja di desa-desa, Baik Presiden Soeharto maupun Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, Haryono Suyono mengatakan, setiap bari libur itu masyarakat kota dapat rekreasi sambil belanja di pedesaan. Menteri Kependudukan bekerjasama dengan Depsos pada Juli mendatang akan menyebar mobil unit keliling untuk menjual hasil dari pedesaan. Bila perlu juga dijadikan pameran keliling, sehingga masyarakat kota akan dengan mudab membeli hasil dari desa. Dengan demikian masyarakat desa tidak perlu ke kota untuk menjual hasil kerjanya, tetapi akan membuat desa itu menjadi kota dan semua kebutuban dapat diperolebnya di desa. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto juga menyerahkan penghargaan berupa Satyalencana Wira Karya kepada HM Basof i Sudirman, Gubernur Jatim, Bupati Tuban, Drs H Syukur Sutomo, Bupati Banyuwangi, MT Poernomo Sidik, Bupati Sidoarjo H Edi Sanyoto, Bupati Lumajang, H Tamrin Hariadi, Bupati Sleman, Drs H Arifien Ilyas. Toko bu sabawan Swasta Ny. H. Siti Hardiyanti Indra Rukmana, dan Ketua Umum Masyarakat Perhutanan, H Muh ammad Hassan. Kepala Negara juga menyerabkan piagam pengbargaan kepada pemenang Lomba Cerdas Cermat Pramuka Saka Kencana yang diraih Jatim, Piagam Pengbargaan Lomba Kelompok UP-PKA yang diraih oleh kelompok Srikandi Kodya Mojokerto, piagam penghargaan untuk pemenang Iomba poster tingkat lnternasional, penyeraban bantuan untuk Keluarga Muda Mandiri serta penyeraban kartu ayoman KB. Presiden juga disuguhi tarian massal atau tari kolosal yang menggambarkan perjuangan Yogya Kembali yang dilakukan siswa sekolab sendratari di Jatim Presiden kemudian meninjau pameran serta pasar murah yang dilaksanakan oleh para pengusaba di Jatim. (KF-3/KF-1)
Sumber: SUARAKARYA( 1994)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 770-773.