PRESIDEN AKAN RESMIKAN 289 PABRIK INDUSTRI
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto pada periode Agustus sampai November 1989 akan meresmikan 289 pabrik yang masuk dalam kelompok industri kimia dasar dan aneka industri.
Menteri Perindustrian Hartarto mengungkapkan hal itu seusai bersama Menteri Muda Perindustrian T. Ariwibowo dan Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) E. Sanyoto diterima Kepala Negara di Bina Graha, hari Rabu.
Hartarto menjelaskan, ke-289 pabrik itu berlokasi di 20 propinsi dan telah berproduksi komersial. Rinciannya 20 pabrik industri kimia dasar dan 269 proyek dalam kelompok aneka industri. Kesemuanya menyerap investasi Rp 2,877 trilyun, dengan nilai ekspor 866.33 juta dollar AS per tahun, dan penghematan devisa 282.79 juta dollar per tahun. Industri itu menyerap 98.706 tenaga kerja.
LimaTahap
Hartarto menambahkan, peresrnian industri tersebut akan dilaksanakan dalam lima tahap. Tahap pertama peresmian 12 proyek industri petrokimia yang akan dipusatkan di Cilegon, Jabar, 26 Agustus nanti.
Tahap kedua, peresmian 158 pabrik industri hilir pengolahan kayu dan rotan jadi, yang disarankan dilakukan di Jateng awal September. Tahap ketiga, peresmian 48 pabrik pengolahan karet yang dipusatkan di Jabar, sekitar awal Oktober. Tahap keempat, peresmian 63 pabrik keramik, gelas dan barang dari kulit yang dipusatkan di Jakarta, akhir Oktober. Sedangkan tahap kelima, peresmian delapan pabrik pulp dan kertas yang dipusatkan di Aceh, awal November.
Promosi Investasi
Dalam kesempatan itu, Ariwibowo dan Sanyoto juga melaporkan hasil misi promosi investasi yang dipimpinnya ke Hongkong 14-15 Agustus lalu. Ariwibowo mengatakan, misi telah berjalan baik, antara lain menghasilkan tiga memorandum saling pengertian di bidang pariwisata, plastik dan komponen peralatan listrik.
Promosi serupa akan dilakukan ke Singapura 12-13 September, dan ke Taiwan, Jepang, Korea Selatan bulan Oktober.
Sanyoto menjelaskan, promosi investasi diarahkan ke negara Pasifik Barat, sebab di sanalah gudang modal, teknologi, sekaligus pasar. Ia menunjuk dengan adanya apresiasi nilai mata uang negara-negara di kawasan tersebut, para pengusaha di sana melirik tempat lain untuk berinvestasi. “Indonesia bisa menampung mereka, didukung oleh daya saing kita yang tinggi,” katanya.
Ia menunjuk minat pengusaha Korsel menanam modal di Indonesia meningkat, dari hanya satu proyek di tahun 1986 menjadi 25 di tahun 1988, dan pada tujuh bulan pertama tahun ini sudah 34 proyek yang disetujui.
Secara keseluruhan, proyek PMDN sejak 1967 sampai Juli 1989 berjumlah 5.461 proyek dengan nilai investasi Rp 69 trilyun, sedangkan PMA 1.204 proyek bernilai 25,8 milyar dollar AS. Dengan demikian proyek PMA ada 18 persen, dan ditinjau dari segi nilai investasi meliputi 39 persen dari keseluruhan investasi PMDN dan PMA tersebut.
Sumber : KOMPAS (24/08/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.468-469.