PRESIDEN ANJURKAN GOTONG ROYONG PENGHIJAUAN UNTUK TANGGULANGI EROSI
Surabaya, Suara Karya
PRESIDEN SOEHARTO menganjurkan upaya penghijauan secara gotong-royong untuk menanggulangi erosi yang mempercepat pendangkalan waduk-waduk. Gotong royong penghijauan itu diharapkan melalui kerjasama masyarakat yang tinggal di hulu sungai dengan rnasyarakat di hilir sungai.
Anjuran Kepala Negara ini disampaikan ketika mengadakan temu wicara dengan para petani, selesai meresmikan Bendungan Gondang dan jembatan di atas Waduk Morokrembangan, Sabtu lalu di Lamongan Jawa Timur.
Presiden mengatakan, masyarakat yang tinggal di daerah hilir, terutama yang menikmati manfaat waduk harus turut memikirkan usaha memperpanjang usia waduk tersebut. Usia waduk terancam menjadi lebih pendek, akibat erosi yang membawa lumpur memenuhi dasar waduk.
Untuk mengurangi erosi menurut Kepala Negara, daerah hulu-hulu sungai perlu dihijaukan. “Penghijauan tidak hanya menjadi tanggungjawab masyarakat di daerah hulu, apalagi mereka merasa bahwa hasil penghijauan itu lebih banyak dinikmati oleh masyarakat di hilir,” kata Presiden.
Oleh karena itu Presiden mengharapkan agar masyarakat di hilir turut berpartisipasi dalam penghijauan daerah hulu. Cara partisipasi itu ditawarkan Presiden melalui sumbangan bibit penghijauan dari masyarakat hilir.
Kepala Negara memberi contoh pada pemanfaatan waduk Gondang. Waduk itu dapat mengairi 10.000 ha sawah di daerah hilirnya. Jika pemilikan tanah petani di daerah irigasi itu rata-rata 0,5 ha per orang dan setiap orang menyumbang 10 pohon penghijauan, maka akan terkumpul 200.000 pohon penghijauan yang merupakan jumlah cukup berarti.
Perikanan
Presiden dalam kesempatan itu juga menunjukkan cara pemanfaatan waduk, selain untuk irigasi. Kepala Negara melihat, waduk seperti waduk Gondang, cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai tempat budi daya ikan air tawar.
Dianjurkan kepada para pemuda yang mendiami daerah sekitar waduk, agar mengupayakan budi daya ikan melalui cara pemeliharaan jaring apung. “Dari pada para pemuda mencari kerja ke kota, lebih baik mengusahakan budi daya ikan yang dilakukan secara intensif dengan pemanfaatan teknologi ,”kata Presiden.
Budi daya ikan yang dilakukan para pemuda selain memberi hasil peningkatan pendapatan bagi para pemuda khususnya, menurut Kepala Negara juga akan meningkatkan protein masyarakat umumnya. Presiden mengharapkan agar perkumpulan Karang Taruna dapat mengorganisir anggotanya mengusahakan budi daya ikan di waduk.
Waduk Gondang
Pembangunan waduk Gondang bertujuan untuk mengatasi kekurangan air pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan di sebagian Kabupaten Lamongan, Jatim.
Waduk berkapasitas 23 juta m3 dengan genangan air 650 ha akan menampung air hujan dan menurunkan debit kali Gondang dari 461 menjadi 183 m3 perdetik. Waduk ini juga berperan sebagai sumber untuk mengairi sawah seluas 10.482 ha.
Waduk Gondang dibangun selama 10 tahun dan telah menelan biaya Rp 20,7 milyar. Rintisan pembangunan waduk ini telah dimulai sejak tahun 1902 dengan langkah penyelidikan geologi oleh G Godef Roy.
Jembatan yang diresmikan Presiden adalah bagian dari jalan tol yang menghubungkan daerah pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan jalan tol Surabaya-Gempol melalui Dupak.
Presiden dalam kesempatan peresmian, Sabtu lalu memberi nama jembatan tersebut menjadi Jembatan Soerjo. Nama itu untuk mengabadikan nama Gubemur RT. Soerjo, orang pertama yang menjadi Gubernur Jatim (1945-1948).
Jembatan yang melintasi pemukiman penduduk dan waduk Morokrembangan itu dibangun dengan biaya Rp 8,4 milyar. Pembangunan jembatan ini dilakukan untuk menghemat biaya, karena jika tidak dibangun jembatan, diperlukan biaya lebih besar untuk pembebasan daerah pemukiman yang dihuni oleh 1.400 kepala keluarga.
Sumber: SUARA KARYA (06/04/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 816-818