PRESIDEN ANUGERAHKAN BINTANG MAHAPUTERA KEPADA LIMA TOKOH
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto dalam upacara di Istana Negara Jakarta hari Selasa menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera kepada lima putera Indonesia yang dinilai berjasa luar biasa kepada bangsa dan negara.
Mereka yang memperoleh bintang kehormatan itu adalah Prof. H. Mohammad Rasjidi, Oetoyo Oesman SH, Prof. Padmo Wahjono SH, Letjen TNI (Purn) Soerjo Wirjohadipoetro dan Tedjo Sumarto SH.
H.M. Rasjidi (74 tahun) adalah menteri agama pertama di Indonesia yang berjasa besar dalam mengupayakan dukungan negara-negara Arab atas negara Republik Indonesia pada awal kemerdekaan tahun 1945.
Oetojo Oesman dikenal sebagai tokoh Golkar yang kini menjabat Kepala BP-7 Pusat. Ia pernah menjadi dirjen pada Depnaker dan sebelumnya aktif dalam organisasi kemasyarakatan di bidang pekerja.
Padmo Wahjono (57) adalah ahli hukum ketatanegaraan yangkini menjabat Wakil Kepala BP-7 Pusat. Oetojo dan Padmo dinilai berjasa besar dalam menyebarluaskan pemahaman dan penghayatan Pancasila. Sedang Letjen (Purn) Soerjo terakhir menjabat anggota DPA periode 1983-88, dianggap berjasa menata sistem administrasi TNI AD pada tahun 1950 yang digunakan sampai sekarang. Tedjo Sumarto adalah bekas pejabat Deppen yang kini menjadi Manggala BP-7 Pusat.
Suaranya sering terdengar melalui RRI dalam acara tanya-jawab mengenai Pancasila, UUD 1945 dan pendidikan politik lain termasuk masalah hukum dan ketatanegaraan.
Dalam upacara singkat tanpa pidato itu Tedjo Sumarto mendapat Bintang Mahaputra Nararya, Oetojo Oesman memperoleh Bintang Mahaputra Utama sedang Padmo Wahjono mendapat Bintang Mahaputera Pratama, berdasarkan Keputusan Presiden No 055/ tahun 1989.
Presiden menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada Letjen (Pur) Soerjo Wirjohadipoetro, yang pada saat terjadinya pemberontakan G-30-S/PKI menjabat Ketua Gabungan Komando Tertinggi dan ikut dalam upaya penumpasan pemberontakan itu bersama kekuatan ABRI lainnya.
Sesudah penumpasan pemberontakan tersebut, Letjen Soerjo diperintahkan berangkat ke Eropa dan Amerika Serikat untuk menjelaskan peristiwa itu. Soerjo dinilai berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga banyak negara menaruh
simpati pada Indonesia. Kepala Negara dalam upacara sederhana itu menyematkan Bintang Mahaputra Utama kepada Prof Haji Mohammad Rasjidi, menteri agama Indonesia yang pertama. Sesudah penandatanganan Perjanjian Linggarjati 1947, Prof Rasjidi mengunjungi beberapa negara Arab untuk mendapatkan dukungan bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya tidak sia-sia, karena menghasilkan pengakuan “dejure” pertama bagi RI, yaitu dari Mesir.
Rasjidi-lah yang membuka dan memimpin perwakilan RI di Mesir dan kemudian bertugas di Pakistan. Upacara penganugerahan bintang kehormatan bagi putera-putera terbaik itu merupakan acara tahunan dalam rangkaian memperingati ulang tahun ke-44 proklamasi kemerdekaan RI.
Hadir pada acara singkat namun khidmat itu Wakil Presiden Sudharmono, Ibu Negara Ny. Tien Soeharto, Ny. Sudharmono, para pimpinan lembaga tertinggi/tinggi negara, para menteri kabinet, para tokoh masyarakat dan pejabat tinggi sipil dan militer lainnya.
Seusai menyematkan tanda-tanda kehormatan tersebut, Presiden yang didampingi Ibu Tien Soeharto memberikan ucapan selamat kepada kelima penerima Bintang Mahaputra tersebut, dilanjutkan oleh Wakil Presiden Sudharmono dan hadirin lainnya.
Sumber : ANTARA(15/08/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 766-766.